Saridjah ‘Ibu Soed’ Niung
Bintang Soedibjo
MEMANTIK JIWA NASIONALIS
LEWAT LAGU PATRIOTIS
Jika ditanya apa saja
lagu wajib yang kita hafal, barangkali masih tersisa barang satu dua lagu.
Namun bagaimana dengan penciptanya? Masihkah kita mengingat mereka? Ibu Soed,
salah seorang Maestro musik Indonesia, lewat keceriaan lagu ciptaannya,
berusaha mematri semangat patriotis anak bangsa. Lagu yang kini gaungnya pun nyaris
pudar ditelan lagu-lagu modern yang bahkan tak memiliki nilai filosofis apalagi
semangat pengajaran yang baik.
Kreatif, berbakat, nasionalis, dan penuh
dedikasi. Begitulah refleksi singkat yang tercermin dari sosok, Saridjah Niung
Bintang Soedibjo. Refleksi itu kiranya tidak berlebihan jika melihat lagu-lagu
gubahannya yang sarat nilai patriotisme. Sebagian besar lagu anak yang
diciptakannya juga sangat terkenal di kalangan pendidikan Taman Kanak-Kanak
Indonesia.
Diperkirakan mencapai 480 jenis lagu anak dan
nasional telah diciptakan Saridjah Niung, meski tak semuanya bisa kita temui
saat ini. Masih ingat dengan lagu Berkibarlah Benderaku, Bendera Merah Putih,
atau lagu Naik-Naik Ke Puncak Gunung yang hampir selalu disenandungkan dalam
perjalanan liburan? Ya, itu sedikit dari ratusan lagu gubahan Saridjah Niung
yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Soed. Nama yang disandang setelah menjadi
Istri R. Bintang Soedibjo pada
tahun 1927.
Ibu Soed lahir sebagai putri bungsu dari dua
belas orang bersaudara. Ayah kandungnya adalah Mohamad Niung, seorang pelaut asal Bugis yang
menetap lama di Sukabumi dan menjadi pengawal Prof Dr Mr J F Kramer. Pensiunan Wakil Ketua Hoogerechtshof (Kejaksaan
Tinggi) di Jakarta pada
masa itu. J F Karmer pula yang lantas menjadi orang tua angkat Ibu Soed. Sekaligus
yang berperan besar dalam mengasah kemahirannya di bidang musik, terutama
bermain biola.
Kecuali itu,
latar belakang J F Kramer yang seorang Indo-Belanda beribukan
keturunan Jawa ningrat juga membuat
Ibu Soed dididik menjadi patriotis dan mencintai bangsanya. Karenanya tidak
heran jika dalam hampir sebagian besar lagu gubahan Ibu Soed selalu memiliki
nilai filosofis patriotisme.
Untuk memperdalam ilmunya di bidang seni suara dan musik, Ibu Soed juga
melanjutkan sekolah di Hoogere Kweek School (HKS) Bandung .
Setelah tamat, ia kemudian mengajar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS).
Ketika menjadi guru musik di HIS Petojo, HIS Jalan Kartini, dan HIS Arjuna yang
masih menggunakan Bahasa Belanda (1925-1941) inilah, Ia prihatin melihat
anak-anak Indonesia yang tampak murung. Hal ini membuat Ibu Soed berpikir untuk
menyenangkan mereka dengan bernyanyi lagu ceria. Didorong rasa patriotisnya,
Ibu Soed pun mulai menciptakan lagu anak dan mengajar mereka untuk menyanyi
dalam Bahasa Indonesia.
Tokoh Musik
Multitalent
Ibu Soed lahir di Sukabumi pada
26 Maret 1908 dan meninggal pada tahun 1993 di Jakarta pada usia 85 tahun.
Melihat rentang waktu tersebut maka tidak heran jika Ibu Soed juga berjuluk
sebagai tokoh musik tiga jaman (Belanda, Jepang, dan Indonesia). Kariernya di
bidang musik bahkan sudah dimulai jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Suaranya
pertama kali disiarkan dari radio NIROM Jakarta periode 1927-1928.
Semasa hidupnya, Ibu Soed tidak hanya dikenal
sebagai pemusik dan guru musik. Disamping keahliannya mencipta lagu anak-anak,
ia juga adalah penyiar radio, dramawan, dan seniman batik Indonesia. Salah satu
karya batik khas Indonesia yang dibuat berdasarkan konsepsi Presiden Soekarno diberi
nama Batik Terang Bulan, memperoleh penghargaan Satya Lencana Kebudayaan dari
pemerintah Indonesia dan MURI.
Ibu Soed juga pernah menulis naskah sandiwara dan
mementaskannya. Operette Balet Kanak-kanak Sumi di Gedung Kesenian Jakarta pada
tahun 1955 bersama Nani Loebis Gondosapoetro sebagai penata tari dan RAJ
Soedjasmin sebagai penata musiknya.
Saat aktif sebagai anggota organisasi Indonesia
Muda tahun 1926, Ibu Soed pun membentuk grup Tonil Amatir yang dipentaskan guna
menggalang dana untuk acara penginapan mahasiswa Club Indonesia. Aktivitasnya
tidak hanya menonjol sebagai guru dan aktivis organisasi pemuda, tetapi juga
berperan dalam berbagai siaran radio sebagai pengasuh siaran anak-anak
(1927-1962).
Karena reputasinya yang aktif dalam pergerakan
Nasional, pada tahun 1945 Rumah Ibu Soed di Jalan Maluku No. 36 Jakarta pernah
menjadi sasaran aksi penggeledahan pasukan Belanda. Beruntung salah seorang
tetangganya yang berkebangsaan Belanda meyakinkan mereka bahwa mereka salah
sasaran. Sebab profesi Ibu Soed yang hanya pencipta lagu dan suaminya seorang
pedagang. Kendati selamat dari penggeledahan, Ibu Soed dan seorang pembantu
tetap harus bersusah payah membuang pemancar radio gelap ke dalam sumur. (nurhayati)
DIILHAMI PERISTIWA
SEJARAH BANGSA
Banyak lagu Ibu Soed yang menjadi lagu populer
abadi. Beberapa diantaranya juga telah dinyatakan sebagai lagu wajib nasional
yang kerap diperdengarkan dalam kesempatan kenegaraan. Salah satunya pada
perayaan Proklamasi Kemerdekaan republik Indonesia, 17 Agustus.
Bagi sebagian orang, lagu berkibarlah benderaku,
Indonesia tanah airku, barangkali hanyalah lagu masa kecil yang kerap
disenandungkan di bangku Taman Kanak-kanak. Namun lupakah kita bagaimana lagu
tersebut digubah? Semangat yang mendasarinya? Pak Kasur, salah seorang rekannya
yang juga tokoh pencipta lagu anak-anak, mengatakan, Ibu Soed selalu menghadirkan
semangat patriotisme di setiap lagu yang diciptakan.
Sebagai contoh, patriotisme terdengar sangat
kental dalam lagu Berkibarlah Benderaku. Lagu yang diciptakan Ibu Soed setelah
melihat kegigihan Jusuf Ronodipuro, seorang pimpinan kantor RRI menjelang
Agresi Militer Belanda I pada tahun 1947. Dimana Jusuf menolak untuk menurunkan
Bendera Merah Putih yang berkibar di kantor RRI, walaupun dalam ancaman senjata
api pasukan Belanda.
Ceritanya bermula pada malam 21 Juli 1945. Saat Jusuf
yang ketika itu berusia 33 tahun menolak perintah di bawah ancaman senjata dari
para serdadu Belanda yang meminta agar dia menurunkan bendera merah-putih yang
tengah berkibar. Ancaman senjata, dia balas dengan gertak ancaman pula,
"Kalau memang bendera harus turun, maka dia akan turun bersama bangkai
saya!" cecar Jusuf yang lalu mengilhami lahirnya sebuah lagu perjuangan tersebut.
Sebagai pemusik yang mahir memainkan biola, Ibu
Soed juga turut mengiringi lagu Indonesia Raya bersama W.R. Supratman saat lagu
itu pertama kali dikumandangkan dalam acara Sumpah Pemuda di Gedung Pemuda,
tanggal 28 Oktober 1928. Pada tahun-tahun perjuangan, Ibu Soed juga bersahabat
dengan Cornel Simanjuntak, Ismail Marzuki, Kusbini, dan tokoh-tokoh nasionalis
lain.
Sebagai generasi muda penerus bangsa, sudah
selayaknya kita meniru semangat nasionalisme para pejuang bangsa. Tidak hanya
dengan mengangkat senjata di tangan. Tapi juga melalui karya terbaik yang kita
dedikasikan demi kemajuan bangsa. (ati)
BIODATA
Nama Lengkap : Saridjah Niung Bintang Soedibjo
Nama Panggilan : Ibu Soed
TTL : Sukabumi, 26 Maret 1908
Suami : R Bintang Soedibjo
Karya : Tanah Airku,
Pendidikan : Hoogere Kweek School Bandung,
Pendidikan Seni Suara dan Musik
Pekerjaan : Pemusik, Guru Musik, Komponis,
Penyiar Radio, Dramawan, Seniman Batik
Meninggal : Jakarta, tahun 1993
Beberapa lagu ciptaan Ibu
Soed
- Anak Kuat
- Berkibarlah
Benderaku
- Bendera Merah Putih
- Burung Kutilang
- Dengar Katak
Bernyanyi
- Desaku
- Hai Becak
- Indonesia Tumpah
Darahku
- Himne Kemerdekaan
- Kampung Halamanku
- Kupu-kupu yang Lucu
- Lagu Bermain
- Lagu Gembira
- Main Ular-Ularan
- Menanam Jagung
- Naik Delman
- Naik-Naik ke Puncak
Gunung
- Nenek Moyang
- Pagi-pagi
- Pergi Belajar
- Tanah Airku
- Teka-Teki
- Tidur Anakku
- Tik Tik Bunyi Hujan
- Waktu Sekolah Usai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar