Senin, 23 November 2015

Saridjah ‘Ibu Soed’ Niung Bintang Soedibjo


Saridjah ‘Ibu Soed’ Niung Bintang Soedibjo

MEMANTIK JIWA NASIONALIS LEWAT LAGU PATRIOTIS

Jika ditanya apa saja lagu wajib yang kita hafal, barangkali masih tersisa barang satu dua lagu. Namun bagaimana dengan penciptanya? Masihkah kita mengingat mereka? Ibu Soed, salah seorang Maestro musik Indonesia, lewat keceriaan lagu ciptaannya, berusaha mematri semangat patriotis anak bangsa. Lagu yang kini gaungnya pun nyaris pudar ditelan lagu-lagu modern yang bahkan tak memiliki nilai filosofis apalagi semangat pengajaran yang baik.


Kreatif, berbakat, nasionalis, dan penuh dedikasi. Begitulah refleksi singkat yang tercermin dari sosok, Saridjah Niung Bintang Soedibjo. Refleksi itu kiranya tidak berlebihan jika melihat lagu-lagu gubahannya yang sarat nilai patriotisme. Sebagian besar lagu anak yang diciptakannya juga sangat terkenal di kalangan pendidikan Taman Kanak-Kanak Indonesia.
Diperkirakan mencapai 480 jenis lagu anak dan nasional telah diciptakan Saridjah Niung, meski tak semuanya bisa kita temui saat ini. Masih ingat dengan lagu Berkibarlah Benderaku, Bendera Merah Putih, atau lagu Naik-Naik Ke Puncak Gunung yang hampir selalu disenandungkan dalam perjalanan liburan? Ya, itu sedikit dari ratusan lagu gubahan Saridjah Niung yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Soed. Nama yang disandang setelah menjadi Istri R. Bintang Soedibjo pada tahun 1927.
Ibu Soed lahir sebagai putri bungsu dari dua belas orang bersaudara. Ayah kandungnya adalah Mohamad Niung, seorang pelaut asal Bugis yang menetap lama di Sukabumi dan menjadi pengawal Prof Dr Mr J F  Kramer. Pensiunan Wakil Ketua Hoogerechtshof (Kejaksaan Tinggi) di Jakarta pada masa itu. J F Karmer pula yang lantas menjadi orang tua angkat Ibu Soed. Sekaligus yang berperan besar dalam mengasah kemahirannya di bidang musik, terutama bermain biola.
Kecuali itu,  latar belakang J F Kramer yang seorang Indo-Belanda beribukan keturunan Jawa ningrat juga membuat Ibu Soed dididik menjadi patriotis dan mencintai bangsanya. Karenanya tidak heran jika dalam hampir sebagian besar lagu gubahan Ibu Soed selalu memiliki nilai filosofis patriotisme.
Untuk memperdalam ilmunya di bidang seni suara dan musik, Ibu Soed juga melanjutkan sekolah di Hoogere Kweek School (HKS) Bandung . Setelah tamat, ia kemudian mengajar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS). Ketika menjadi guru musik di HIS Petojo, HIS Jalan Kartini, dan HIS Arjuna yang masih menggunakan Bahasa Belanda (1925-1941) inilah, Ia prihatin melihat anak-anak Indonesia yang tampak murung. Hal ini membuat Ibu Soed berpikir untuk menyenangkan mereka dengan bernyanyi lagu ceria. Didorong rasa patriotisnya, Ibu Soed pun mulai menciptakan lagu anak dan mengajar mereka untuk menyanyi dalam Bahasa Indonesia.
Tokoh Musik Multitalent
Ibu Soed lahir di Sukabumi pada 26 Maret 1908 dan meninggal pada tahun 1993 di Jakarta pada usia 85 tahun. Melihat rentang waktu tersebut maka tidak heran jika Ibu Soed juga berjuluk sebagai tokoh musik tiga jaman (Belanda, Jepang, dan Indonesia). Kariernya di bidang musik bahkan sudah dimulai jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Suaranya pertama kali disiarkan dari radio NIROM Jakarta periode 1927-1928.
Semasa hidupnya, Ibu Soed tidak hanya dikenal sebagai pemusik dan guru musik. Disamping keahliannya mencipta lagu anak-anak, ia juga adalah penyiar radio, dramawan, dan seniman batik Indonesia. Salah satu karya batik khas Indonesia yang dibuat berdasarkan konsepsi Presiden Soekarno diberi nama Batik Terang Bulan, memperoleh penghargaan Satya Lencana Kebudayaan dari pemerintah Indonesia dan MURI.
Ibu Soed juga pernah menulis naskah sandiwara dan mementaskannya. Operette Balet Kanak-kanak Sumi di Gedung Kesenian Jakarta pada tahun 1955 bersama Nani Loebis Gondosapoetro sebagai penata tari dan RAJ Soedjasmin sebagai penata musiknya.
Saat aktif sebagai anggota organisasi Indonesia Muda tahun 1926, Ibu Soed pun membentuk grup Tonil Amatir yang dipentaskan guna menggalang dana untuk acara penginapan mahasiswa Club Indonesia. Aktivitasnya tidak hanya menonjol sebagai guru dan aktivis organisasi pemuda, tetapi juga berperan dalam berbagai siaran radio sebagai pengasuh siaran anak-anak (1927-1962).
Karena reputasinya yang aktif dalam pergerakan Nasional, pada tahun 1945 Rumah Ibu Soed di Jalan Maluku No. 36 Jakarta pernah menjadi sasaran aksi penggeledahan pasukan Belanda. Beruntung salah seorang tetangganya yang berkebangsaan Belanda meyakinkan mereka bahwa mereka salah sasaran. Sebab profesi Ibu Soed yang hanya pencipta lagu dan suaminya seorang pedagang. Kendati selamat dari penggeledahan, Ibu Soed dan seorang pembantu tetap harus bersusah payah membuang pemancar radio gelap ke dalam sumur. (nurhayati)


DIILHAMI PERISTIWA SEJARAH BANGSA
Banyak lagu Ibu Soed yang menjadi lagu populer abadi. Beberapa diantaranya juga telah dinyatakan sebagai lagu wajib nasional yang kerap diperdengarkan dalam kesempatan kenegaraan. Salah satunya pada perayaan Proklamasi Kemerdekaan republik Indonesia, 17 Agustus.
Bagi sebagian orang, lagu berkibarlah benderaku, Indonesia tanah airku, barangkali hanyalah lagu masa kecil yang kerap disenandungkan di bangku Taman Kanak-kanak. Namun lupakah kita bagaimana lagu tersebut digubah? Semangat yang mendasarinya? Pak Kasur, salah seorang rekannya yang juga tokoh pencipta lagu anak-anak, mengatakan, Ibu Soed selalu menghadirkan semangat patriotisme di setiap lagu yang diciptakan.
Sebagai contoh, patriotisme terdengar sangat kental dalam lagu Berkibarlah Benderaku. Lagu yang diciptakan Ibu Soed setelah melihat kegigihan Jusuf Ronodipuro, seorang pimpinan kantor RRI menjelang Agresi Militer Belanda I pada tahun 1947. Dimana Jusuf menolak untuk menurunkan Bendera Merah Putih yang berkibar di kantor RRI, walaupun dalam ancaman senjata api pasukan Belanda.
Ceritanya bermula pada malam 21 Juli 1945. Saat Jusuf yang ketika itu berusia 33 tahun menolak perintah di bawah ancaman senjata dari para serdadu Belanda yang meminta agar dia menurunkan bendera merah-putih yang tengah berkibar. Ancaman senjata, dia balas dengan gertak ancaman pula, "Kalau memang bendera harus turun, maka dia akan turun bersama bangkai saya!" cecar Jusuf yang lalu mengilhami lahirnya sebuah lagu perjuangan tersebut.
Sebagai pemusik yang mahir memainkan biola, Ibu Soed juga turut mengiringi lagu Indonesia Raya bersama W.R. Supratman saat lagu itu pertama kali dikumandangkan dalam acara Sumpah Pemuda di Gedung Pemuda, tanggal 28 Oktober 1928. Pada tahun-tahun perjuangan, Ibu Soed juga bersahabat dengan Cornel Simanjuntak, Ismail Marzuki, Kusbini, dan tokoh-tokoh nasionalis lain.
Sebagai generasi muda penerus bangsa, sudah selayaknya kita meniru semangat nasionalisme para pejuang bangsa. Tidak hanya dengan mengangkat senjata di tangan. Tapi juga melalui karya terbaik yang kita dedikasikan demi kemajuan bangsa. (ati)


BIODATA
Nama  Lengkap           : Saridjah Niung Bintang Soedibjo
Nama Panggilan         : Ibu Soed
TTL                              : Sukabumi, 26 Maret 1908
Suami                          : R Bintang Soedibjo
Karya                           : Tanah Airku,
Pendidikan                  : Hoogere Kweek School Bandung, Pendidikan Seni Suara dan Musik
Pekerjaan                    : Pemusik, Guru Musik, Komponis, Penyiar Radio, Dramawan, Seniman Batik
Meninggal                   : Jakarta, tahun 1993

Beberapa lagu ciptaan Ibu Soed
  • Anak Kuat
  • Berkibarlah Benderaku
  • Bendera Merah Putih
  • Burung Kutilang
  • Dengar Katak Bernyanyi
  • Desaku
  • Hai Becak
  • Indonesia Tumpah Darahku
  • Himne Kemerdekaan
  • Kampung Halamanku
  • Kupu-kupu yang Lucu
  • Lagu Bermain
  • Lagu Gembira
  • Main Ular-Ularan
  • Menanam Jagung
  • Naik Delman
  • Naik-Naik ke Puncak Gunung
  • Nenek Moyang
  • Pagi-pagi
  • Pergi Belajar
  • Tanah Airku
  • Teka-Teki
  • Tidur Anakku
  • Tik Tik Bunyi Hujan
  • Waktu Sekolah Usai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar