Jumat, 03 Oktober 2014

KARNA*ABIMANYU >>> PERANTARA CINTA DAN DHARMA



Arjuna  : “Baik kereta ataupun kehidupan. Saat ia terperosok ke dalam lumpur, ia kan membutuhkan orang lain untuk bisa bangkit”
                  Karna : “Baik kereta maupun kehidupan, akan terperosok ke dalam lumpur saat beban yang ditanggungnya terlalu berat”

Arjuna dan Karna yang serupa dan bersaudara namun tak saling mengenal. Hingga kehidupan membawa satu diantaranya menjadi perantara kematian bagi yang lain. Kalimat yang akan membuat terenyuh siapapun untuk kesekian kalinya pada Sang Putra Surya. Disengaja atau tidak seorang kakak tak akan berpikir menjadi perantara kehancuran bagi adiknya. Meskipun untuk hidupnya yang jadi taruhan.
Lihatlah Karna, yang meski tahu muslihat Dewa Indra memintanya melepas Kavaca dan Kundala yang mampu melindunginya dari kematian, ia tetap melepasnya. Demi apa? Lagi-lagi demi dharma. Dan apa? Demi cintanya pada sang adik. Karna mungkin tak berdaya untuk melanggar sumpah setianya pada Duryudhana yang telah memberinya penghargaan ketika semua orang membuangnya, untuk itulah ia memilih membebaskan diri dengan kematian. Kematian yang hanya dirasanya pantas ditangan adik ketiganya, Arjuna.
Aku melihatnya, ia menghadapi kematian di tangan adik tercintanya dengan tersenyum. Entah bagaimana caranya, tapi Karna, kehidupan, hingga kematiannya menguras energiku. Barangakali atau bisa jadi aku akan mati seperti Karna. Tapi, putra mana yang tidak merasa beruntung dijemput dalam pangkuan sang Bunda. Tempat paling damai di seluruh dunia. Tempat yang selalu dirindukan bahkan dalam mimpi yang tak bisa lagi dia ingat.
Kalau di pihak Kurawa ada Karna yang tanpa pamrih, Pandawa punya Abimanyu yang gigih dan tanpa ragu. Seperti kata Khrisna, tidak ada kebajikan yang tidak bisa ditegakkan. Keduanya, Karna dan Abimanyu terlahir sebagai sebuah perantara perubahan besar di seluruh daerah Arya.
Jika saja Karna tak terlahir dan gejolak hidup membawanya berpihak pada Kurawa, tak akan ada perang besar Barathayuda. Karena Kurawa takkan pernah memiliki alasan kekuatan untuk menandingi Pandawa yang berperisaikan Khrisna. Lalu ketidakadailan akan tetap terselip bahkan dalam selimut sekalipun.
Lalu Abimanyu, jika bukan ambisi untuk apa lagi dia dilahirkan. Terlahir dari seorang ayah dengan kesaktian setingkat dewa, seorang ibu keturunan dinasti besar Yadawa, Subadhra, dan hidup untuk memenuhi sumpah pengabdian pada Ibunda Pancali yang terlahir dari api pengorbanan. Hidupnya adalah alasan dimana Pandawa akan tetap dikenang hingga akhir jaman. Seperti yang dijanjikan Khrisna.

Abimanyu : Aku adalah mata panah ayahku. Aku akan selalu berlumur darah, tapi kejayaan tetaplah milik ayahku. Aku adalah perisai bagi saudara-saudaraku.

ABOUT IT 2 (Last Moment Karna)





Hanya dua kali Kunti bersenandung untuk Karna. Pertama ketika Karna dilahirkan sebelum kemudian dihanyutkan di Sungai Aswa (Gangga). Kedua sekaligus yang terakhir, di padang Kurusetra menjelang kematiannya.
Tangannya melambai, mencoba menggapaimu. Tapi dia tak berdaya bahkan sekedar mengangkat tubuhnya. Ia serupa bayi, bayi yang kau buang dulu. Dia tak meminta apapun, tidak harta, gelar, nama besar, ataupun kekuasaan. Ia hanya minta pengakuan dan hak untuk merebahkan kepalanya di pangkuanmu.


Nyawanya sudah di ujung mata panah putra ketigamu ibu. Ia hampir melepasnya. Lalu kau datang dan meneriakkan namanya, ia seperti terbangkit kembali mencari asal suaramu. Suara yang selalu dirindukan seumur hidup. Suara yang yang selalu terngiang di telinga meski tanpa dikenalnya. Suara yang menjadi alasan ketenangan tapi juga semua luka dihatinya. Ia merindukanmu ibu, melebihi semua anak di dunia ini.
Kau berikan haknya, di akhir kehidupannya. Lihatlah dia. Dia tersenyum menjemput mautnya. Bebannya telah sirna, sumpahnya telah tergenapi, hutangnya terlunasi, tugasnya pun telah usai. Tak ada lagi yang diingininya. Ia telah dapatkan dirimu, meski untuk sekali dan terakhir kalinya. Ia puas.

ABOUT IT (Last Moment Karna)




 Aku tak berhenti terenyuh setiap kali memaknai peran Karna. Tak jarang pula menangis. Merasa seperti melihat diri sendiri? Barangkali. Bagaimana seseorang bisa menahan begitu banyak rasa sakit dalam hidupnya tanpa menjadi rapuh? Bagaimana seseorang bisa menerima setiap inchi ketidakadilan atas dirinya tanpa sedikitpun rasa dendam? Sementara mereka yang hanya sekali tersakiti lantas merasa berhak mengajukan perang atas nama kebenaran dan harga diri. Bagaimana seseorang dengan hati sedalam samudera tanpa setitikpun kebencian pada orang-orang yang seharusnya bertanggung jawab atas semua luka dalam hidupnya?


Ibu, kali ini sungguh aku merasa lelah. Berharap bisa kembali tidur dan terlelap di pangkuanmu seperti saat-saat yang sudah nyaris tak bisa kuingat. Bahkan matipun disana tak mengapa. Aku lelah berpura-pura kuat di hadapan dunia, juga mungkin dihadapanmu. Aku lelah membohongi diriku sendiri. Boleh tidak, aku menangis di pangkuanmu? Tapi jangan menjadi lemah karena itu. Karena itu sama dengan kematian bagiku. Aku butuh kau yang kuat. Berikan aku kebebasan seperti Kunti membebaskan Karna dari beban kehidupannya. Sekalipun itu menuju kematiannya.
Aku seperti tengah berlari tanpa tahu ujung dari pelarianku ini, Ibu. Bisakah kau ajarkan lagi kemana aku harus berlari, juga dimana aku harus berhenti?



KARNA SAD SONG


 Ye Kaisi Duvidha Hai,
What kind of confusion is this!
Dilema macam apa ini!

Kaisi ye Vipada Hai,
What kind of difficult time is this!
Musibah macam apakah ini!

Yeh dharm hai balidaan hai
Is this dharma or sacrifice?
Apakah ini dharma atau pengorbanan?

Apne hi Apno ke
Our own relatives take away
Saudara-saudara kita sendiri diambil

Sukh Leke Dukhe Dene
our happiness and give us sorrows.
Kebahagiaan kita juga memberi kita kesedihan

Adharam hai Ya Ye Vidhaan hai
Is this adharma or is this our destiny?
Apakah ini kesalahan atau takdir kita?

Ye Kaisi Duvidha Hai....
What kind of confusion is this
Dilema macam apa ini!

Mahabharat..mahabharat
Mahabharat..

SLOKA OF KARNA




Suryaputra Karnaah Karnaah
Son of Sun God, Karna
Putra dari Dewa Matahari, Karna
Parashuram shishya Karnaah
Student of Parashurama, Karna
Murid dari Parashurama, Karna
Suto Va Sut Putrovayo
Whether I am a charioteer, Son of a charioteer
Apakah aku seorang kusir, Anak dari seorang kusir
Vakova Bhavamyaham
Or whoever I am, that doesn’t matter
Atau siapapun aku, itu bukanlah masalah
Daivayettam Kule Janm
Taking Birth in a cast, is the decision of God
Terlahir dalam sebuah kasta, adalah keputusan Tuhan
Madayettam Tu Paurusham Paurusham Paurusham
But my power and smartness is earned by myself
Tapi kekuatan dan kecerdasan aku peroleh sendiri