Selasa, 26 Mei 2015

Hj Lulis Irsyad Yusuf, Ketua TP PKK Kab Pasuruan (2013-2018)

SINERGI WUJUDKAN KABUPATEN PASURUAN MASLAHAT

     Bekerja sepenuh hati membantu tugas suami. Itulah motivasi utama Hj Lulis Irsyad Yusuf dalam menjalani peran sebagai Ketua TP PKK Kab Pasuruan. Berbagai prioritas program yang dijalankan pun memiliki muara yang sama dengan Visi, ‘Menuju Kabupaten Pasuruan yang Sejahtera dan Maslahat’. Seperti apakah?
           
            Menjalankan peran sebagai istri top figur dengan segudang aktifitas bukanlah hal yang baru bagi Hj Lulis Irsyad Yusuf, Ketua TP PKK Kab Pasuruan. Sebelumnya, sang suami, H Irsyad Yusuf yang kini menjabat sebagai Bupati Pasuruan merupakan Ketua DPRD Kabupaten Pasuruan periode 2010-2014. Kendati ia juga mengakui bahwa tanggung jawabnya kini terasa jauh lebih menyita waktu dan tenaga.
“Yang paling berkesan ketika aktif di kegiatan PKK adalah saya menjadi lebih dekat dengan masyarakat. Ternyata ada banyak orang diluar sana yang membutuhkan perhatian kita,” katanya saat berbincang dengan Puspa.
Ditemui usai Puncak Peringatan hari Kesatuan Gerak PKK Prov Jatim 2015, yang digelar di Taman Candra Wilwatikta Prigen Pasuruan, 21 Mei 2015 lalu, perempuan yang akrab disapa Bunda Lulis ini bersyukur karena dipercaya menjadi tuan rumah perhelatan besar bagi kader PKK seluruh Jatim tersebut. Lulis juga dengan bangga memperkenalkan berbagai potensi yang dimiliki Kab Pasuruan, khususnya di bidang pariwisata dan sentra Usaha Kecil Menengah (UKM).
Terkait PKK, sejak menjabat pada 9 Juli 2013, Lulis memilih untuk mengaktifkan kembali gerakan PKK yang sempat vakum. Beberapa program kerja yang menjadi priotasnya seperti Keaksaraan Funsional (KF), Kesehatan kaitannya dengan Angka Kematian Ibu dan Balita (AKI, AKB), juga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Hal itu merupakan berangkat dari berbagai kendala yang ditemukan Lulis selama dirinya terjun ke masyarakat.
“Dari setiap pemantauan, saya mendapati bahwa sasaran terbesar program KF adalah perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa pengarusutamaan gender belum terwujud. Untuk itu PKK merasa ikut bertanggung jawab untuk menuntaskan masalah buta aksara ini,” terang Lulis.
Oleh karena itu, secara bertahap TP PKK Kab Pasuruan melakukan upaya-upaya pendampingan. Mulai dari pembelajaran, bimtek bagi para tutor, serta monitoring dan evaluasi. Dimana saat ini program tersebut setidaknya mentargetkan pemberantasan buta aksara di Kab Pasuruan yang masih mencapai 37.531 jiwa.
Disamping itu, TP PKK Kab Pasuruan juga berupaya menekan AKI dan AKB yang terbilang tinggi di Kab Pasuruan. Langkah sinergis TP PKK bersama Dinas Kesehatan Kab Pasuruan ini dengan menggalakkan kader asuh di semua kecamatan se-Kab Pasuruan. Kader asuh ini nantinya akan fokus pada pendampingan dan pemantauan terhadap sasaran kesehatan yang ditentukan dalam satu wilayah posyandu melalui pola surveillans KIA (kesehatan Ibu dan Anak) dan kondisi kesehatan masyarakat secara umum.
Selanjutnya, sebagaimana kapasitasnya selaku Bunda PAUD Kab Pasuruan, Lulis juga memberikan perhatian penuh terhadap pengembangan PAUD. Upaya ini dilakukan dengan menggelar pelatihan bagi guru PAUD dan TK se-Kab Pasuruan. Menurut Lulis, guru merupakan role model bagi setiap anak didiknya. Dimana setiap tindak tanduk maupun perkataannya akan dicontoh sekaligus berperan dalam membentuk karakter anak. Sehingga seorang guru harus dibekali dengan kurikulum dan ilmu pengetahuan yang tepat bagi perkembangan anak.
“Beberapa waktu yang lalu kami juga melaunching program ‘Satu Desa Satu Bunda Paud’. Melalui program-program tersebut kami harap setiap anak mendapatkan layanan pendidikan sedini mungkin dan juga kesempatan untuk bersekolah setinggi mungkin,” tutur Lulis penuh harap.

Menuju Pasuruan Maslahat

Selain tiga prioritas tersebut, TP PKK Kab Pasuruan dibawah kepemimpinan Lulis juga menargetkan pengembangan UKM di masing-masing kecamatan Se-Kab Pasuruan. Mengingat banyaknya potensi wilayah yang bisa dikembangkan menjadi sentra UKM. Hal ini sejalan dengan program baru Pemerintah Kab Pasuruan, ‘Program Pasuruan Maslahat’.
Program tersebut dimaksudkan untuk memaksimalkan potensi di desa tertinggal. Melalui program tersebut diharapkan dapat mempercepat pengentasan kemiskinan dan mengurangi jumlah pengangguran. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA) yang ada harus dimaksimalkan untuk mengangkat derajat masyarakat pada jurang kemiskinan.
Kami bersama dengan pemerintah terus berupaya mewujudkan hal tersebut. Untuk PKK sendiri kita mulai dengan memaksimalkan peran dekranasda, UP2K PKK, Kopwan, dan tentunya semua kader di daerah,” ujar Lulis sembari menujukkan beberapa produk UKM yang tersedia di stand TP PKK Kab Pasuruan pada Peringatan HKG PKK Prov Jatim 2015.
Lulis sepenuhnya yakin bahwa melalui gerakan PKK yang memiliki kekuatan hingga dasawisma, akan mampu membawa perubahan bagi Kab Pasuruan. Baik dari segi pendidikan, kesehatan, maupun kemampuan ekonomi masyarakat.
“Dengan melalui kegiatan PKK, mudah-mudahan nanti kita bisa memenuhi apa yang menjadi keinginan, harapan, juga kebutuhan masyarakat. Sebagaimana visi Pemerintah Kabupaten, menjadikan Pasuruan kabupaten yang maslahat,” ujar perempuan bergelar Sarjana ekonomi tersebut. (nurhayati)


MEMBANTU TUGAS SUAMI
            Ketika ditanya kendala utama yang dihadapi selama menjalankan amanah sebagai Ketua TP PKK Kab Pasuruan, Lulis mengaku keluarga lah yag kerap menjadi bahan pikirannya. Ibu tiga anak ini mengaku pernah silih waktu harus menghadapi keluhan buah hatinya yang merasa intensitas pertemuan mereka terbatas.
Namun, baik dirinya maupun suami tidak kehabisan cara untuk memastikan anak-anak terpenuhi kebutuhan emosionalnya. Salah satu caranya adalah dengan memaksimalkan waktu pertemuan di malam hari. Usai sholat maghrib yang selalu diupayakan berjamaah di rumah, keduanya dengan antusias meluangkan waktu bersama dengan ketiga anaknya.
“Biasanya kita akan dampingi mereka untuk belajar, tanyakan kegiatan mereka seharian, atau sekedar ngobrol dan bercanda sambil nonton TV,” ucap ibu dari bungsu Adhila Maziya Afkarina tersebut.
Baginya, menjalani peran sebagai ibu rumah tangga sekaligus mendampingi suami memang tidak mudah. Tapi dengan keikhlasan dan semangat pengabdian, keduanya bisa dijalani dengan baik tanpa harus ada yang dikorbankan. “Ya, Alhamdulillah sih selama ini berat pun dirasa enteng, karena kan kita Lillahi Taala bantu suami,” pungkas perempuan kelahiran Surabaya, 23 Januari 1973 tersebut.
(ati,via,mik)



BIODATA
Nama Lengkap            : Hj Lulis Ratnawati Yudi , SE
Nama Panggilan         : Bunda Lulis
TTL                              : Surabaya, 23 Januari 1973
Nama Suami               : H Irsyad Yusuf
Nama Anak                 :
·         M Nauval Varozdaq R
·         M Virryan Dienal Haq
·         Adhila Maziya Afkarina
Pendidikan Terakhir    : S1 Ekonomi
Jabatan Organisasi     :
·         Ketua TP PKK Kab Pasuruan
·         Ketua Dekranasda Kab Pasuruan
·         Ketua Forikan Kab Pasuruan
·         Ketua Gabungan Organisasi Wanita Kab Pasuruan
·         Bunda PAUD Kab Pasuruan


Senin, 25 Mei 2015

Elok Rege Napio, Fashion Designer

Bertutur Lewat Desain



DARI hobi menjadi profesi. Itulah yang dijalani Elok Rege Napio, desainer kebaya asal Surabaya. Mengusung tema etnik kontemporer, ia mencoba menggabungkan ketertarikannya pada seni menggambar dengan kemilau pernak-pernik. Hasilnya, tak hanya kebaya yang anggun, tapi juga seni yang mengandung cerita.


BUAH jatuh tak akan jauh dari pohonnya. Ungkapan itu memang ada benarnya.  Buktinya, Elok Rege Napio, Kecintaannya pada seni gambar yang diturun dari papanya telah membawanya bereksplorasi hingga ia mahir mendesain pakaian. Saat daya seni itu digabungkan dengan indahnya pernak-pernik pada kebaya, lahirnya sentuhan konsep detail yang unik dan berbeda.
“Sejak kecil saya suka gambar, komik, dan manga. Keahlian ini sepertinya menurun dari papa. Beliau sering menggambar sendiri untuk film-film yang dibuat di percetakannya,” kisah Elok,  yang kini tercatat sebagai anggota Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Jawa Timur ini.
Hanya saja, hobi turunan itu ternyata tidak dipupuk dan dikembangkan melalui jalur formal. Keinginannya tidak sejalan sang ayah. Ia pun mengikuti pendidikan umum hingga berlanjut ke Fakultas Ekonomi Jurusan akuntansi di Unika Widya Kusuma Surabaya.
Namun, lantaran kecintaannya terhadap dunia seni yang tidak bisa dihilangkan, memasuki semester dua di jurusan akuntansi, Elok memutuskan untuk mendaftar ke Lembaga Pendidikan Tata Busana (LPTB) Susan Budihardjo Surabaya. Meski sempat mengalami kerepotan mengatur jadwal kuliah, Elok akhirnya dapat lulus secara hampir bersamaan pada tahun 2001.
Apakah pendidikan tata busana memudahkan jalannya menjadi desainer? “Tidak juga. Setelah lulus saya masih nganggur. Karena jujur saya masih belum pede disebut desainer meskipun saya lulusan Susan Budiarjo. Jadi saya buka usaha konveksi dan baju anak dulu selama hampir dua tahun,” kisahnya kepada Puspa saat ditemui di rumah, sekaligus showroomnya di kawasan Rungkut Asri Barat Surabaya,  April lalu.
Usaha yang dirintisnya bersama sang tante itu pun terpaksa gulung tikar. Penyebab utamanya karena kurangnya modal. Elok yang juga lulusan terbaik LPTB Susan Budihardjo tahun  2001  ini pun sadar, untuk konsen di usaha garmen ia harus memiliki modal yang besar. Sebab, barang dikirim paling cepat baru akan cair tiga bulan berikutnya. Sementara gaji pegawai, perputaran modal tidak bisa menunggu. Dalam kondisi menjelang kolaps itulah titik awal Elok mulai merintis pembuatan baju kebaya.
Tahun 2003, Elok secara kebetulan mendapat permintaan dari temannya untuk membuatkan sebuah kebaya pengantin. Berbekal tekad dan kemampuan, Elok pun menciptakan desain kebaya pengantin lengkap dengan detai-detail hiasannya.
“Saya tidak menyangka, kebaya hasil rancangan saya  mendapat pujian banyak tamu yang hadir. Sejak itu, marketing  dari mulut ke mulut terus berjalan. Bulan berikutnya, satu per satu orang mulai berdatangan pesan baju hingga sampai saat ini,” ujar perempuan yang mengaku baru pede disebut desainer setelah masuk APPMI tahun 2009 ini.
Terhitung sejak tahun itu, Elok tercatat telah mengikuti sejumlah peragaan busana di kota Surabaya dan Jakarta. Sebut saja Indonesia Fashion Week, Surabaya Fashion Parade,  Surabaya Moslem Festival, East Java Batik Carnival, Fashion Tendance, serta berbagai roadshow yang rutin dilakukan hingga hampir lima kali dalam setahun.
Berdasar banyaknya jumlah even yang diikuti, puluhan koleksi telah berhasil dirancangnya. Ia menjelaskan, untuk satu koleksi kebaya yang terdiri 10-15 desain, ia membutuhkan setidaknya tiga bulan pengerjaan. Sedangkan untuk gaun, yang umumnya memiliki detail yang lebih sederhana dapat diselesaikannya dalam waktu satu bulan.
 Sementara untuk harga, satu desain kebaya dibandrol harga mulai Rp 6,5 juta untuk ukuran pesta. Kebaya pengantin Rp 15 juta untuk akad nikah atau pemberkatan, dan gaun mulai Rp 3,5 juta.

Seni dan Riset
Cita rasa tinggi dan eksklusivitas, diwujudkan Elok dalam berbagai desain pakaian yang dibuat. Mengusung brand “Dola Ap” untuk desain kebaya dan ‘Elok Re Napio’ untuk gaun, Elok selalu mengutamakan perpaduan warna yang tegas dan payet untuk memperkuat detail setiap sisi baju agar berkesan mewah dan elegan.
Mengenai ide, elok mengaku bisa mendapatkannya dari manapun. Seperti yang baru-baru ini ditampilkannya dalam kesempatan Indonesia Fashion Week (IFW) 2015. Elok menampilkan pesona keindahan alam Gunung Singgalang, Sumatera Barat.
“Saya belum pernah ke Gunung Singgalang. Jadi saya searching di internet. Nah, darisana saya tahu bahwa yang paling menarik itu adalah hutan lumutnya. Hiasan berupa lumut itu saya aplikasikan ke ornamen baju dan aksesorisnya,” tutur alumni S1 Akuntansi Unika Widya Mandala Surabaya tersebut.
Selain riset mengenai desain, mantan Finalis Lomba Concourse International Paris Majalah Dewi tahun 2000 ini juga memperhatikan detail siapa yang akan memakai gaun rancangannnya. Terutama jika gaun itu merupakan pesanan. Dalam menangani klien, mulai dari pertemuan pertama untuk konsultasi desain sampai pada fitting terakhir, Elok melakukannya secara personal.
Jika datang ke desainer, Anda pasti akan diarahkan. Tetapi kita juga tetap harus tahu jenis manakah yang nyaman kita pakai. Sebab jika kita sendiri saja bingung, maka orang lain juga akan bingung,” ujar Elok memberi saran. (ati, via)

Tak Lelah Belajar dan Berinovasi

SEBAGAI seorang desainer, selain wajib mengikuti  atau mengadakan show sebagai bentuk pertanggungjawaban profesi, Elok juga dituntut memiliki cerita dari masing-masing koleksi yang ditampilkan.
“Seorang desainer tidak hanya harus tahu cara membuat baju bagus, tapi dia juga harus paham konsep. Ketika kita buat koleksi harus nyambung, antara satu baju dengan lainnya itu harus punya cerita. Kalau tidak? habis kita dicaci maki sesama desainer,” tutur ibu satu anak tersebut.
Elok mengisahkan, pameran pertama yang ia ikuti saat dirinya telah masuk sebagai anggota APPMI. Pengagum Alexandre Mcqueen, desainer asal Inggris ini pun mengaku, pameran pertama yang ia ikuti gagal total. Itu karena jarak kelulusan dari sekolah mode di tahun 2001, kemudian masuk APPMI tahun 2009, Elok mengaku kelimpungan ketika harus menentukan desain untuk koleksinya.
Belajar dari pengalaman itulah, perempuan kelahiran 15 November 1978 itu terus berupaya menggali kemampuannya dalam hal desain. Salah satunya dengan kembali mengikuti kursus di Arva School Of Fashion Surabaya. Selain itu, ia juga tidak segan untuk belajar dari desain yang dibuat para desainer besar, seperti halnya Anne Avantie.
“Saya sering belajar dari desain orang. Bukan dalam arti menjiplak, tapi sedapat mungkin dengan melihat desain mereka, desain yang saya buat nantinya bisa hadir dengan nuansa yang berbeda,” jelas Elok.
Dalam hal desain kebaya, nama Anne Avantie bisa jadi merupakan magnet tersendiri. Sehingga ke depan, Elok berharap ada banyak desainer lain yang mencapai sukses serupa. Untuk itu, dukungan pemerintah sangat dibutuhkan. Terutama untuk memberikan ruang bagi para desainer guna melebarkan sayapnya. (ati,via)
           
BIODATA
Nama               : Elok Rege Napio
Alamat             : Jl. Rungkut Asri Barat 9 no 12 Surabaya, Jawa Timur
TTL                 : Surabaya, 15 November 1978
Anak               : Nathania Caya Dewi
Pendidikan      : S1 Akuntansi Unika Widya Mandala Surabaya
Prestasi            :
·         Siswa terbaik LPTB Susan Budihardjo tahun  2001
·         Finalis Lomba Rancang gaun pengantin majalah Perkawinan tahun 2011

·         Finalis Lomba Concourse International Majalah Dewi tahun 2000                     

Moh Ainur Rahman AP MSi, Camat Teladan Prov Jatim 2015

MIMPI BERBUAH PRESTASI
 Mimpi yang dipendam selama sepuluh tahun tak hanya membawa dirinya mencapai visi yang diinginkan. Mimpi itu bahkan membuahkan prestasi sebagai Camat Teladan Prov Jatim 2015. Kecamatan Intranet adalah mimpi sekaligus visinya. Seperti apakah?


 Jika ada yang bilang meraih sebuah penghargaan semata karena keberuntungan, tidak demikian dengan Moh Ainur Rahman, Camat Sukodono Kab Sidoarjo. Prestasi sebagai Camat Teladan yang diterima pada Peringatan Hari Otonomi Daerah (Otoda) Prov Jatim April lalu adalah buah dari kerja kerasnya.  Istimewanya lagi, hal ini merupakan mimpinya sejak lama.
Sepuluh tahun lalu, tepatnya tahun 2004 ketika dirinya masih menjabat sebagai Sekretaris Camat (Sekcam) Sidoarjo, Ainur-panggilannya, merasa risau dengan pembukuan dan arsip pemerintahan yang cenderung rumit dan tidak tertata dengan baik. Akibatnya pelayanan administrasi birokrasi pun terhambat. Terpikir dalam benaknya, bagaimana seandainya bisa memanfaatkan teknologi yang tengah berkembang, internet.
Namun posisi sebagai sekcam tak memberinya kewenangan besar untuk merealisasikan mimpinya tersebut. Waktu berlalu hingga dirinya menjabat sebagai Camat Sukodono pada Februari 2012. Saat itulah kemudian tercetus ide mengenai ‘Kecamatan Intranet’.
Kecamatan Intranet merupakan program untuk memudahkan komunikasi di lingkungan kecamatan hingga desa. Sistemnya pun relatif mudah, karena semuanya dilakukan secara online menggunakan jaringan internet.
“Bayangkan saja jika kita harus mengirim surat ke masing-masing desa, berapa lama waktunya. Sementara dengan fasilitas internet, semua bisa dilakukan dengan cepat dan mudah,” tutur Ainur ditemui di ruang kerjanya medio Mei lalu.
Selain surat-menyurat, program ini juga memudahkan Ainur untuk memantau kegiatan di masing-masing desa melalui kamera cctv yang dipasang disetiap lobby pelayanan desa. Dampaknya sangat efektif dalam memperlancar birokrasi pemerintahan termasuk peningkatan kedisiplinan perangkat.
“Awalnya mungkin mereka terpaksa menjadi disiplin karena merasa diawasi. Tapi lama-kelamaan saya yakin itu akan menjadi kebiasaan,” tutur pria asal Sumenep tersebut.
Perlahan tapi pasti, sistem birokrasi dirubah menjadi lebih efektif dan efisien. Saat ini, Ainur bahkan tengah berupaya mengembangkan program Kecamatan Intranet tersebut untuk melayani kepengurusan berbagai dokumen secara online. Sehingga nantinya akan mempermudah masyarakat dalam pengurusan dokumen tanpa harus mengantri di kantor kecamatan.
Pelayanan berbasis IT memang bukan hal yang baru di dunia pemerintahan. Namun inovasi yang dilakukan Ainur menjadi salah satu upaya menangkap peluang masa depan. Mengingat, kondisi masyarakat yang heterogen dan kenyataan bahwa nantinya Sukodono akan mengalami perkembangan pesat sebagai kota barunya Kabupaten Sidoarjo.
“Seringkali kita itu terlambat menyikapi perubahan. Padahal kedepan permasalahan itu akan semakin kompleks. Tapi kalau kita sudah mempersiapkan pelayanan yang optimal, perangkat yang berkualitas, sarana dan prasarana sudah siap, semuanya akan jadi mudah,” tutur mantan  Kabid Bina Manfaat Pekerjaan Umum dan Pengairan Kab Sidoarjo tahun 2011-2012 tersebut
Optimalkan Sumber Daya
“Bangga hanya sebatas bangga karena saya manusia biasa. Tapi yang terpenting bagaimana kami meningkatkan kinerja, motivasi, inovasi, sehingga apa yang kami capai ini bisa bermanfaat untuk masyarakat,” ungkap Ainur ketika ditanya perasaannya mendapat penghargaan sebagi Camat teladan Prov Jatim 2015.
Ledih dari itu, ia menyadari bahwa apa yang dicapainya bukanlah pencapaian individu. Namun merupakan buah dari kerja keras teamwork-nya yang solid. Mulai dari perangkat pemerintahan  kecamatan hingga desa, masyarakat, bahkan pihak ketiga. Kuncinya, memberi kesempatan pada masing-masing orang untuk bisa terlibat aktif dalam kebijakan pemerintahan.
Dengan alasan yang sama pula, Ainur mengeluhkan sistem kebijakan yang cenderung masih sentralis. Beberapa permasalahan di masyarakat terlambat ditangani lantaran pemerintahan kecamatan tidak diberikan wewenang cukup untuk mengambil tindakan. Apalagi jika sudah menyangkut kewenangan pemerintah kabupaten ataupun provinsi.
Pria yang tengah menjalani studi S3 jurusan Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) di Universitas Airlangga Surabaya ini berharap, kedepan pemerintahan kecamatan tidak hanya diposisikan sebagai pusat pelayanan administrasi. Pemerintahan kecamatan harus lebih diberdayakan. Apalagi jika itu berkaitan dengan kejadian di masyarakat yang notabene-nya kecamatan lebih tahu kondisi riilnya.
“Ada jalan rusak kita gak bisa bertindak karena itu wewenang kabupaten. Padahal kita yang ada di tengah-tengah mereka. Kenapa itu tidak dilimpahkan pada kita? Bukan berarti nanti akan ada namanya superioritas seorang camat. Ini murni untuk masyarakat kok. Semakin cepat ditangani kan semakin baik,” tutur camat yang mengaku kerap turba menggunakan motor untuk mengurangi disparitas dengan masyarakat tersebut.
 (nurhayati)
 BEKERJA SEBAGAI JALAN HIDUP
 Dalam segala hal, Ainur memang selalu ingin jadi yang terbaik. Sehingga apapun yang dilakukannnya akan diupayakan secara optimal. Apakah kemudian yang dilakukan itu mendapat apresiasi bukanlah prioritasnya. Meskipun ia tidak menampik bahwa tidak mudah menyandang status juara. Terutama konsekuensi mempertahankan yang  jauh lebih sulit daripada mendapatkan.
“Yang pasti ini akan semakin meningkatkan motivasi saya. Selanjutnya adalah apa yang harus kami benahi, dimana kekurangannya. Karena saya tidak ingin setelah prestasi ini kami raih lantas kemudian terbengkalai dan dilupakan” tutur pria yang menggenapkan usia pada 22 April tersebut.
Ainur menyadari, bahwa dirinya tidak selamanya akan memimpin Kecamatan Sukodono. Namun selagi memimpin, ia akan terus berupaya melakukan yang terbaik. Baginya, pemimpin yang baik adalah yang mampu menciptakan pemimpin-pemimpin baru, sekaligus memiliki hal positif yang bisa diwariskan.
Sebagai camat, Ainur bisa saja memilih menjalani rutinitas tanpa harus disibukkan dengan melakukan perubahan. Namun ia memilih untuk bekerja, menciptakan inovasi, dan melayani sebaik mungkin kebutuhan masyarakat.
“Saya selalu meyakini, lebih baik saya berbuat dan melakukan kesalahan daripada saya diam dan juga tidak memiliki kesalahan. Sulit, capek, tapi ya itulah jalan hidup yang saya pilih,” ujar suami dari Evi Anita ini ringan tanpa beban. (hay)
 BIODATA
 Nama                           : Moh Ainur Rahman, AP, M.Si
Panggilan                    : Ainur
Jabatan                                    : Camat Sukodono. Kab Sidoarjo
Menjabat Sejak           : Februari 2012
TTL                             : Sumenep, 22 April 1975
Istri                              : Evi Anita, SSos MT
Anak                           : Empat Orang
1.      Reyhan
2.      Rifat
3.      Rizal
4.      Raja
Pendidikan                  : S1 STPDN Bandung angktan ke-5 Tahun 1997
                                      S2 Administrasi Publik Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag)
  S3 Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Universitas Airlangga Surabaya
Pengalaman Jabatan    :
1.      Sekretaris Camat Sidoarjo tahun 2004-2011

2.      Kabid Bina Manfaat Pekerjaan Umum dan Pengairan tahun 2011-2012

Senin, 11 Mei 2015

Hj Lies Bambang Irianto, SH MHum, Ketua TP PKK Kota Madiun 2014-2019


Sukses Pertama Berlanjut di Periode Kedua

Sinergi dan kesinambungan menjadi sebuah kunci sukses pembangunan. Bahkan capaian prestasi internal maupun eksternal juga memiliki andil mewujudkan visi ‘Kota Madiun yang Lebih Maju dan Sejahtera’. Adalah Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Madiun, yang ikut andil di sana. Seperti apakah kiprah dan sosok di balik sukses TP PKK Kota Madiun?

Sinergi TP PKK Kota Madiun dengan pemerintah kota terbukti sukses mengantarkan kota tersebut sebagai kota pertama dengan predikat Open Defecation Free (ODF) di Indonesia. Bahkan tahun 2015 ini, TP PKK Kota Madiun terpilih mewakili Jatim dalam lomba 10 Program Pokok PKK Bidang P-KDRT Tingkat Nasional.
            Sukses memimpin TP PKK Kota Madiun dalam lima tahun terakhir, membawa Hj Lies Bambang Irianto, SH MHum, lebih mantap di periode keduanya. Dalam hal menyusun program kerja, misalnya, TP PKK Kota Madiun selalu memperhatikan serta mempertimbangkan dinamika sosial.
Pada periode pertama, Hj Lies Bambang Irianto sanggup menorehkan berbagai capaian signfikan. Di antaranya, tersedianya panti PKK representatif dengan fasilitas ruang rapat, serta papan data yang up to date di semua kelurahan kota melalui sistem intranet.
Capaian lainnya, terbentuknya Kelompok Penanggulangan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT) melalui pos curhat, kelompok batik di setiap kelurahan. Kemudian, terciptanya motif batik khas Kota Madiun, terlaksananya gerakan cuci tangan pakai sabun (CTPS) secara swadaya dan swakarsa, senam lansia rutin setiap bulan, hingga terbentuknya Taman Posyandu di semua kelurahan se-Kota Madiun.
Alhamdulillah selama lima tahun terakhir ini banyak prestasi yang berhasil diraih TP PKK Kota Madiun. Bahkan prestasi yang diraih Pemkot Madiun tidak lepas dari peran dan dukungan TP PKK,” ujar Hj Lies dalam wawancara dengan Puspa, medio Maret lalu.
Selain sebagai mitra kerja utama Pemkot Madiun, Hj Lies menyadari bahwa TP PKK Kota Madiun sudah selayaknya turut serta dalam upaya mewujudkan visi ‘Kota Madiun yang Lebih Maju dan Sejahtera’. Sebagai kelanjutan visi periode pertama Pemkot Madiun, yakni Bekerja untuk Kota Madiun Sejahtera.
Upaya itu ditindak-lanjuti melalui berbagai program kerja sinergi TP PKK dan Pemkot Madiun. Tahun 2013, misalnya, melalui Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Kelurahan (PMDPK) kegiatan jambanisasi, Pemkot Madiun memberikan bantuan hibah jamban bagi semua warga masyarakat yang belum memilikinya atau sudah memiliki tetapi kondisinya tidak layak.
Dalam kegiatan itu, TP PKK bertugas menginventarisir warga yang memerlukan bantuan. Serta memberikan penyuluhan dan pendampingan agar warga masyarakat membiasakan diri buang air besar (BAB) di jamban. Pasalnya sebagian masyarakat masih memiliki kebiasaan BAB di sungai. Dengan ketekunan para kader PKK akhirnya bisa mengubah kebiasaan buruk tersebut. Prestasi ini pula yang mengantarkan Kota Madiun sebagai kota pertama dengan predikat Open Defecation Free (ODF) di Indonesia.
“Kami selalu berusaha membangun komunikasi dan silaturahim yang intens dan efektif. Termasuk soal program kerja pemerintahan, sehingga TP PKK pada semua tingkatan dapat langsung menyesuaikan diri,” kata istri Walikota Madiun Bambang Irianto itu.
Upaya lainnya, mendukung gerakan PKK di tingkat kecamatan dan kelurahan dengan dana operasional. Sebagaimana yang dilakukan Walikota dan Wakil Walikota Madiun dengan menyisihkan sebagian gaji untuk operasional PKK. Sekaligus, memaksimalkan peran SKPD yang tergabung dalam tim pembina dalam mendukung dan mensukseskan gerakan PKK di Kota Madiun.
“Zaman sekarang, orang mau aktif di PKK itu suatu hal yang sangat luar biasa. Hal semacam ini harus kita syukuri, diapresiasi, dan difasilitasi. Jangan malah diberi beban dan tanggung jawab yang terlalu berat apalagi sampai di luar kemampuan,” pesan Hj Lies.

Wakili Jatim ke Tingkat Nasional
Sukses PKK Kota Madiun tak hanya di tataran internal, torehan prestasi di berbagai even baik provinsi maupun nasional semakin mengukuhkan sukses kinerja PKK (detail prestasi lihat tabel). Tahun 2015 ini, untuk kesekian-kalinya PKK Kota Madiun mewakili Jatim dalam lomba tingkat nasional, 10 Program Pokok PKK bidang PKDRT.
Hj Lies mengaku tidak memiliki persiapan khusus. Pasalnya, semua kegiatan TP PKK sebagai aplikasi dari 10 Program Pokok PKK termasuk pengembangannya sudah berjalan di semua kelurahan se-Kota Madiun. Kalaupun ada persiapan, hanya sebatas seremonial penyambutan tamu ataupun tim penilai.
“Kita ini ‘kan orang timur yang senantiasa menjaga adat dan budaya. Maka semangat mangayubagya kepada tamu berupa gupuh, lungguh dan suguh tetap kami persiapkan,” ujar perempuan dengan aksen Jawa yang kental tersebut.
Kaitannya dengan pelaksanaan PKDRT, Kelurahan Winongo selaku perwakilan dalam lomba PKDRT Nasional, sejauh ini aktif melakukan upaya penguatan unit perlindungan bagi perempuan dan anak korban KDRT. Selain itu, kegiatan penyuluhan hukum intensif diberikan.
Keunggulan lain, terpeliharanya semangat gotong royong dan kebersamaan yang tinggi di antara sesama warga masyarakat. “Kami optimistis Kelurahan Winongo mampu mencapai prestasi tingkat nasional. Kami memiliki beberapa pengalaman dalam lomba/penilaian tingkat nasional,” ujar Hj Lies. (nurhayati)

KUNCINYA KOMUNIKASI INTENSIF

Membagi waktu selaku Ketua TP PKK Kota Madiun dengan segudang aktivitas organisasi, ternyata tidak menjadi kendala bagi Hj Lies Bambang Irianto. Termasuk dalam urusan membagi waktu dengan keluarga. Semua itu didukung komitmen dalam keluarga yang mengutamakan komunikasi intensif. “Ya, baik dengan suami, anak-anak atau bahkan cucu,” ujarnya.
Sedang dalam hal organisasi, Hj Lies menerapkan manajemen terbuka melalui pemberian kepercayaan dan pendelegasian tugas serta tanggung jawab sesuai dengan porsi dan kedudukan dalam organisasi.
Alhamdulillah selama ini semuanya berjalan lancar. Karena sesibuk apa pun jika ada kegiatan yang mendadak harus keluar rumah, kami selaku istri tetap menghubungi suami dulu. Bahkan meskipun suami sedang di luar kota, melalui telepon genggam kami tetap bisa berkomunikasi,” ujar ibu tiga anak tersebut.
Apalagi jika mengingat keluarga juga mempunyai peran yang penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Hal ini karena di dalam keluarga terdapat anak-anak yang merupakan aset dan investasi masa depan. “Itulah sebabnya, semua itu yang penting adalah komunikasi bisa berjalan intensif,” ujarnya. (ati)

BIODATA
Nama             : Ny Hj Lies Bambang Irianto, SH MHum
Suami                        : H Bambang Irianto, SH, MM
Pendidikan   : S2
Anak              : 1. Ir Bonie Laksmana, MBA
                          2. Bovie Irlisa, SE
                          3. Belinda Irsila (almh)
Jabatan         :
-Ketua TP PKK Kota Madiun 2014-2019
-Ketua Dekranasda Kota Madiun 2014-2019
-Ketua Forikan Kota Madiun 2014-2019
-Bunda PAUD Kota Madiun

PRESTASI TP PKK KOTA MADIUN

TAHUN 2009 – 2015

NO
TAHUN
PRESTASI

1
2009
Juara I Lomba P2WKSS Tingkat Provinsi

2
2010
Juara I Lomba P2WKSS Tingkat Provinsi

3
2011
Juara II Nasional Lomba Tertib Administrasi PKK

4
Juara III Nasional Lomba GSI

5
Juara I Prov, Lomba Jambore Kader Posyandu

6
Juara I Prov Lomba Masak

7
Juara II Prov Lomba Performance

8
Juara III Prov Lomba Foto Keg. Posyandu

9
Juara I Prov Lomba Cipta Menu 3 B Non Beras Non Terigu

10
2012
Juara II Prov Lomba P2WKSS

11
Juara I Prov Lomba PKK Kategori Administrasi

12
Juara II Prov Jambore Kader PKK

13
Juara II Prov Lomba Penyuluhan PKBN

14
Harapan II Nasional Lomba Pidato

15
Harapan II Nasional Lomba  Olahan Pangan

16
Juara III Prov Lomba Cipta Menu

17
Juara I Prov Lomba Kelurahan Berhasil

18
Juara I Nasional Lomba Kelurahan Berhasil

19
Juara III Nasional Lomba Klp. Bina Keluarga Lansia

20
2013
Juara I Nasional Lomba Tertib Administrasi PKK

21
Juara II Nasional Lomba Kelurahan Berhasil

22
Juara III Nasional Lomba Klp. Bina Keluarga Balita

23
Juara III Prov Lomba Pelaksana Gotong Royong Masyarakat (BBGRM)

24
2014
Juara I Prov Lomba BBGRM

25
Juara I Nasional Lomba BBGRM

26
Juara I Prov Lomba Kelurahan Siaga Aktif

27
juara II Prov Lomba P2WKSS

28
Juara I Prov Lomba Posyandu

29
Juara I Prov Lomba PKK KB-Kes

30
2015
Pelaksana Terbaik I Kategori Kota
Lomba 10 Program Pokok PKK


  Sumber: Data TP PKK Kota Madiun, diolah