Selasa, 22 November 2016

CAMELIA



I.
Dia Camelia
puisi dan pelitamu
kau sejuk seperti titik embun membasahi daun jambu
di pinggir kali yang bening
sayap-saayapmu kecil lincah berkeping
seperti burung camar
terbang mencari tiang sampan
tempat berpijak kaki dengan pastimengarungi nasibmu
mengikuti arus air berlari
dia Camelia
engkaukah gadis itu
yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi di setiap tidurku
datang untuk hati yang kering dan sepi
agar bersemi lagi
hmm ... bersemi lagi
kini datang mengisi hidup
ulurkan mesra tanganmu
bergetaran rasa jiwaku
menerima harum namamu
Camelia oh Camelia
Camelia oh Camelia
Camelia oh Camelia

II.
Gugusan hari-hari
Indah bersamamu Camelia
Bangkitkan kembali
Rinduku mengajakku kesana
Inginku berlari
Mengejar seribu bayangmu
Camelia
Tak peduli kau kuterjang
Biar pun harusku tembus padang ilalang
Tiba-tiba langkahku terhenti
Sejuta tangan telah menahanku
Ingin kumaki mereka berkata
Tak perlu kau berlari
Mengejar mimpi yang tak pasti
Hari ini juga mimpi
Maka biarkan ia datang
Di hatimu... di hatimu..

III.
Di sini dibatu ini
Akan kutuliskan lagi
Namaku dan namamu
Maafkan bila waktu itu
Dengan tuliskan nama kita
Kuanggap engkau berlebihan
Sekarang setelah kau pergi
Kurasakan makna tulisanmu
Meski samar tapi jelas tegas
Engkau hendak tinggalkan kenangan
Dan kenangan
Disini kau petikkan kembang
Kemudian engkau selitkan
Pada tali gitarku
Maafkan bila waktu itu
Kucabut dan kubuang
Kau pungut lagi dan kau bersihkan
Engkau berlari sambil menangis
Kau dakap erat kembang itu
Sekarang baru aku mengerti
Ternyata kembangmu kembang terakhir
Yang terakhir
Oh Camelia, katakanlah ini satu mimpiku
Oh oh oh oh oh
Camelia, maafkanlah segala silap dan salahku
Disini dikamar ini
Yang ada hanya gambarmu
Kusimpan dekat dengan tidurku
Dan mimpiku

IV.
Senja hitam 
ditengah ladang
Dihujung permatang engkau berdiri
Putih diantara ribuan kembang
Langit diatas rambutmu
Merah tembaga
Engkau memandangku
Bergetar bibirmu memanggilku
Basah dipipimu air mata
Kerinduan, kedamaian oh
Batu hitam diatas tanah merah
Disini akan kutumpahkan rindu
Kugenggam lalu kutaburkan kembang
Berlutut dan berdoa
Surgalah ditanganmu,
Tuhanlah disisimu
Kematian adalah tidur panjang
Maka mimpi indahlah engkau
Camellia, Camellia oh
Pagi, engkau berangkat hati mulai membatu
Malam, kupetik gitar dan terdengar
Senandung ombak dilautan
Menambah rindu dan gelisah
Adakah angin gunung, adakah angin padang
Mendengar keluhanku, mendengar jeritanku
Dan membebaskan nasibku

Dari belenggu sepi

BOCAH



Lidahku jadi kelu
Bukan karena sariawan yang mengganggu
Tapi akibat gumpalan ragu
Yang entah kapan akan menemukan titik temu

Siapa dirimu yang terus saja bertanya
Seolah aku ini sang panitera
Yang terduduk manis dan terus berbicara
Memberi keputusan untuk setiap perkara

Aku masih adalah bocah
Yang mengira langit berwarna merah darah
Hanya karena aku suka bermain dengan senja
Lalu terdiam dan meringkuk setelah gelap tiba

Aku masih adalah bocah
Yang bemain seperti hidup adalah selamanya
Hanya karena itu satu hal tersisa yang dipunya
Lalu berduka bagai itu adalah akhir dunia

Aku masih adalah bocah
Yang meringkuk dan bergelung di sudut kamar
Hanya untuk menikmati resah
Lalu terlelap dalam mimpi yang samar

Berharap bahwa segalanya berakhir
Ketika dunia berubah warna
Atau bermula dengan akhir
Yang memberangus segalanya