Selasa, 26 Desember 2017

KE KOTAMU


19 November 2017


6.49
Check In
Perjalanan menuju kotamu. Masihkah kau seperti biasa? Dengan binar mata api, dan senyum perahu nagamu.
Ataukah seperti terakhir kalinya, pandanganmu sedalam telaga yang siap menelanku dalam kesedihan tanpa syarat.
Aku merindukan suaramu, tapi ketika itu terdengar; sesuatu meremas jantungku tanpa ampun.
Seseorang menghirup udara untuk hidup. Aku menyesap rindu akanmu untuk berdiri yang meski seakan mati.

11.08
Sampai di kotamu. Seperti menyesap harummu. Mendengar tawamu yang renyah. Menggenggam erat jemari kokohmu. Tapi kau tahu, semua itu hanya anganku. Salah satu caraku bernapas.

20 November 2017

09.40
Seperti angka 224 yang tiada meski tetap akan jadi hitungan yang terucap. Kau yang tak lagi ada akan tetap terkenang dalam memory kekurangajaran hatiku

21 November 2017

Aceh, seperti mengekalkan rinduku. Kejadian dahsyat yang memporakporandakan pertahanan hatiku.
Cinta tanpa kepantasan yang terpatri bagai kebandelan yang tak terelakkan.

22 November 2017

Aku jelas tidak lupa dirimu, hanya mungkin tak ingat bagaimana cara bernapas dengan benar. Rindu ini mencoba membunuhku. Perlahan.

23 November 2017

Seolah, tak ada jalan tempatku melangkah saat kau tiada. Sebelumnya, kau tujuan dari pengembaraan ini. Kini, berjalan ke arahmu adalah ketidakpatutan yang mengganggu. Masihkan aku memiliki hak sekedar mengatakan, biarlah cinta untukmu terkubur bersama hati yang telah kau bawa berlari.

24 November 2017

Can you hear my heart??? Candu, bolehkah aku sekali lagi, berkali-kali lagi mengatakan bahwa aku merindukanmu? Meski itu tak layak. Hanya agar sakit ini memiliki alasan. Sedih ini memiliki pelampiasan. Dan luka ini memiliki  penyebab.

17.20
Tertahan di kotamu.
Berharap kaulah alasan ketertahanan ini. Maka kan kujalani ini dengan kebahagiaan tanpa syarat.

Kamis, 21 Desember 2017

AKU



Aku sadar, telah menjadi kelemahanmu
Jalanku, seharusnya tak pernah bersamamu
Memberimu, harapan yang takkan dapat kugenapi

Aku sadar, maafku tak berperi tak jua mengubah keadaan
Jalanku, tak lagi terhubung padamu
kendatipun kujalani sepenuhnya dengan menasbihkan namamu selayaknya doa

Apa mencinta bisa membunuh?
Jika begitu, aku mungkin takkan hidup lebih lama lagi
Karena bersama denganmu, deru napasku telah kau bawa pergi


Jumat, 15 Desember 2017

Kau Datang dan Pergi (Lagi)


Kau datang.
Jelas itu bukan pertanyaan, karena aku tahu kau akan selalu datang

Kau tahu aku takkan bisa pergi
Tidak, sampai kau sendiri yang mengusirku darimu

Dan kau seharusnya tahu, aku tidak akan bisa melakukannya
Tidak, setidaknya untuk saat ini

Berapa banyak lagi, aku akan menjadi alasan sakitmu
Berapa lama lagi, aku akan menghalangi bahagiamu
Aku rindu senyummu

Bukankah aku selalu tersenyum setiap kali kau datang
Seperti yang sekarang sedang kulakukan

Bukan senyum yang seperti itu
Penuh luka dan keputusasaan
Aku rindu senyummu yang menguatkanku
Yang hampir pasti dan selalu memberiku alasan hidup
Yang memenuhi hidupku dengan pengharapan akan kebahagiaan
Yang pernah dan selalu jadi satu-satunya hal yang kumiliki darimu

Sebanyak itu yang kau minta?
Lalu apa imbalan untukku?

Apa kita sedang berbisnis?
Apa hati kita meminta syarat?

Tidak
Sebanyak hal yang kau minta, aku hanya minta satu hal
Tetaplah berdiri di sampingku
Bahkan sekalipun tanpa bicara atau melihatku
Aku hanya butuh melihatmu
Meyakini sepenuhnya bahwa aku berdiri dibawah langit yang sama, dimana kau juga ada disana

Aku tak bisa

Aku tahu, jadi?

Apa hanya dengan cara ini kita bisa berdamai?

Kita tidak sedang berperang, meskipun sakit dan payahnya lebih dari sekedar mengangkat senjata untuk musuh

Apa aku masih memiliki hatimu?

Entahlah, aku saja ragu, aku masih punya hati

Kamis, 26 Oktober 2017

BUNGA

Apakah cintamu akan seperti bunga yang dipetik?

Yang akan mengering ketika kubiarkan

Dan tetap saja meluruh kelopaknya kendatipun kusimpan dalam cawan berair

DARAH GANDHIWA

Kau lihat senar Gandhiwaku putus?

Itu akan kembali seperti semula

Tapi bagaimana dengan hatiku?

Bagaimana dengan darah yang mengalir dan menenggelamkanku?

Bagaimana dengan air mata yang menganaksungai namun tak sanggup membasuh dosaku?

Sungguh, kau membunuhku dengan kematianmu

DI UJUNG GANDHIWA


Hari ketika kau berdiri dengan kobaran semangat mengangkat Gandhiwa

Busurku bergetar sekeras deru jantungku

Bukan untuk rasa takut

Karena baik kau ataupun aku

Kita berdua lahir tanpanya

Raja Taksaka akan ada di salah satu anak panah yang kulesatkan untukmu

Tapi racunnya telah menjalari tubuhku dengan sepenuhnya rasa sakit

Minggu, 22 Oktober 2017

PENGHUJUNG RASA


Seperti di penghujung rasa sakit,

Akankah aku mengalah tepat ketika janji kesembuhan diberikan?

Atau bahkan jika akhirnya hanya kekalahan yang kuterima

Aku menolak menyerah, meski hatiku lelah

Karena sakit ini tak sebanding dengan luka yang telah kugenapi selama ini

Dan biarlah rasa sakit ini semakin melengkapi anugerah hidupku

Hidupku yang berlalu kini tanpamu

Berharap, di penghujung hari, janji kesembuhan itu datang bersama hati penggantimu

---Sometime I Miss You Very Much, Candu--

Senin, 18 September 2017

LIKE CANDU



Seperti aku suka senyummu,biarlah ketidakberuntungan ini kubawa sebagai hadiahku

Maaf, jika harus menjaga jarak darimu
Kau jelas tak terpengaruh, tapi hidupku tergantung pada bagaimana aku menata hatiku

Aku selalu menangis, saat dimana aku sadar kau begitu dekat denganku tapi aku harus menjauh
Karena aku tahu, hanya dengan cara itu aku akan menjagamu
Menjagamu dari rasa bersalah, atau ketakutan. Sedangkan aku jelas, hanya akan mengakhirinya dengan tangis dan tawa hambar

Candu, semua orang bosan mendengar keluhku akan dirimu
Beberapa mengatakan aku bodoh
Sebagian menganggap aku menuai kebodohan itu

Salahkanlah hidupku, karena tak memberiku keberanian
Salahkanlah hatiku, karena tercipta dari rasa takut
Salahkan juga dunia tempatku hidup dan dibesarkan, karena telah memberiku masa lalu yang bahkan tak sanggup kubagi pada diriku sendiri
Aku ingin memgingkarinya, meski hidup dengan karma darinya.

Selasa, 05 September 2017

Lag Jaa Gale



Lag Jaa Gale..
Peluklah aku erat

Haseen Raat.. 
Malam yang indah

Lag Jaa Gale Ke Phir Yeh Haseen Raat Ho Na Ho
Peluklah aku erat karena mungkin malam yang indah ini tak akan terulang kembali

Shaayad Phir Is Janam Mein Mulaaqat Ho Na Ho
Mungkin di kehidupan ini kita tak akan bertemu kembali

Lag Jaa Gale..
Peluklah aku erat

Hum Ko Mile Hai Aaj Yeh Ghadiyaan Naseeb Se
Kita telah dipertemukan pada kesempatan di hari ini oleh suratan takdir

Jee Bhar Ke Dekh Lijiye Hum Ko Kareeb Se
Pandanglah aku dari dekat sepuas hatimu

Phir Aap Ke Naseeb Mein Yeh Baat Ho Na Ho
Karena mungkin pada suratan takdirmu hal seperti ini tak akan terulang kembali

Shaayad Phir Is Janam Mein Mulaaqat Ho Na Ho
Mungkin di kehidupan ini kita tak akan bertemu kembali

Paas Aayiye Ke Hum Nahin Aayenge Baar Baar
Datanglah mendekat karena aku tak akan datang padamu berulang kali

Baahein Gale Mein Daal Ke Hum Ro Le Zaar Zaar
Sambil mengalungkan lenganku dalam pelukanmu, biarkan aku menangis tersedu-sedu

Aankhon Se Phir Yeh Pyaar Ki Barsaat Ho Na Ho
Karena mungkin hujan cinta yang mengalir dari mataku ini tak akan terulang kembali

Shaayad Phir Is Janam Mein Mulaaqat Ho Na Ho

Mungkin di kehidupan ini kita tak akan bertemu kembali

Senin, 04 September 2017

RINDU



JIKA CINTA MASIH BERSARANG DI HATI

JANGAN LARANG RINDU MENGGEROGOTI

MENCINTAIMU SEJATINYA TAK SESULIT ITU

TAPI MERINDUMU NYARIS MEMBUNUHKU

Minggu, 27 Agustus 2017

APIKU CAHAYAMU



Hari Ketika Kehormatanku Digadaikan

Kenapa semua ini terjadi padaku?

Kenapa aku menuai apa yang tidak kutanam?

Kenapa aku menerima balasan dari kesalahan yang tidak kulakukan?

Lalu setelah semua itu, aku harus menyediakan hati seluas samudera untuk memaafkan

Aku ingat, kau hanya berdiri melihat kehancuranku

Seolah bersyukur dan menikmati pembalasan atas penghinaan yang kulakukan

Tapi kemudian aku tahu, kau jauh lebih terluka dariku

Dalam pergolakanku aku dijanjikan kemenangan

Sementara kau, ditaqdirkan menjadi tameng adharma untuk menuntaskan langkah kelahiranku

Kau benar, cahaya tak pernah jadi kelemahan api

Tapi api ini tak lagi memiliki arti, ketika cahayanya redup di medan laga....

Subadra


Seperti udara, yang tak pernah tersebut dalam napas

Hidupku untuk melengkapi wiracarita dari perjalanan para pahlawan

Dari rahimku lahir pembawa lantaran kejayaan tanah ini

Dan ketika tiba waktunya, kuharap maksud dari kelahiranku menjadi doa bagi kemenanganmu

MANISAN


Kau membawakanku manisan, tapi berlutut di hadapanku. Apa kau sedang merayakan kekalahanku?

Tidak. Aku sedang menikmati ketidakberdayaanku

Berdirilah, Kesatria! Singgasanamu akan mengutukku jika kau berada di kakiku

Biarkan aku disini sejenak. Biarkan aku melihat dari arah ini sementara waktu. Biarkan tempat ini mengingatkanku betapa kuatnya dirimu, dan lemahnya aku

Bagaimana cahaya menjadi kelemahan api? Bagaimana kau kalah, sementara aku berdiri sebagai lambang kejayaanmu?

Tidakkah kau lelah menghiburku?

Apa kau lelah menjadi kekuatanku?

Tidak. Tapi aku juga menjadi kelemahanmu

Percayalah. Itu adalah akibat dari kita sebagai manusia. Dan itu nilai kesempurnaan kita.

Senin, 07 Agustus 2017

BLEEDING HEART



Hati, lihatlah betapa serakahnya dirimu!

Kau sudah dapat kesempatan untuk diam, tapi kau memaksa untuk berdetak lebih kencang dan membuatku sesak napas.

Sekarang, saat alasan itu tak ada pun, kau tetap mengeliat dengan kekeraskepalaanmu.

Tidakkah sedikitpun kau iba padaku? 

Aku sakit

Luka yang kau buat telah menganga,

Darah yang kau hasilkan menganak sungai

Apa kau berusaha membuatku mati perlahan?

Sesakit inikah caramu mencintaiku?

Selasa, 01 Agustus 2017

Now, I Like to Call You 'Love'


Kelak, di suatu masa dalam kehidupan kita akan muncul masalah. Itu sudah pasti. Kita mungkin akan berselisih paham. Berdebat untuk banyak alasan. Kau mungkin akan marah padaku. Tak ingin bicara padaku, atau barangkali menolak menatapku. Tapi, bisakah kau tak menolak mendengarku?

Kau mungkin menghindariku, tapi jangan pernah membuatku tak bisa menatapmu! Duduklah dalam diam, jika memang tak ingin bicara. Tapi jangan menjauhiku! Jangan menolak sesuatu yang kuberikan padamu, karena barangkali itu caraku meminta maaf padamu.

Cinta, kita takkan pernah tahu apa yang harus kita hadapi di masa depan. Tak ada jaminan, bahwa tidak akan datang seseorang yang menyediakan pundaknya ketika kau menolak mendengarku. Tak juga terjamin, takkan ada dia yang menatapku penuh kasih sementara kau menjauh dariku. Aku pun tak bisa menjamin, bahwa aku akan tetap disampingmu ketika kau sendiri menolak genggaman tanganku.

VIOLET KARN



Hari saat aku menolak uluran tanganmu

Ibu, maaf karena menjadi violetmu yang ambisius
Sesungguhnya bukan kesejatian mawar yang kuinginkan 
Aku hanya menolak mengalah, 
ketika aku tahu kesejatian hidupku ada dalam ambisi yang kubawa bersama kelahiranku.

Seperti kau yang tak berpikir dua kali saat melafadzkan kidung cintamu
Lantas menyesali kehadiranku sebagai anugerah
Aku mungkin akan tumbang bersama ambisi ini
Tapi aku takkan pernah menyesali keberadaanku akibat karma cintamu
Karena aku memiliki perlindungan ayahku, yang tak sekedar baju jirah dan keterkebalan akan kematian
Tapi keikhlasannya menerima kegelapanku dan menggantinya dengan janji sinar pagi

Dan sebagai persembahanku untukmu, Aku berjanji untuk berbagi cahaya itu dengan seluruh dunia, Ibu

--lOVEKARN--

Rabu, 26 Juli 2017

AFTER CANDU


Segala yang pergi selalu memiliki cara untuk kembali
Kalimat yang membuatku yakin, kau akan kembali padaku suatu hari nanti
Dan aku dengan lugunya hidup dengan harapan konyol tentang keterkembalian dirimu di hidupku
Harapan yang membuatku hidup hanya dengan menyimpan namamu seperti syair yang merdu

Tapi sejumput harapan itu gugur dan layu, ketika kudapati dirimu tak pernah lagi datang
Lagumu masih menggema dengan syair yang tak lagi berdendang
Dan aku sadar, tidak semua dalam hidup akan kembali
Tapi yang hilang akan selalu memiliki pengganti


---AfterCandu---

Selasa, 25 Juli 2017

Buju’ Tolombung, Desa Batokaban Kec Konang Kab Bangkalan




BATU PETAPAN, ‘CIKAL BAKAL’ BATOKABAN

Masyarakat Madura umumnya menyebut makam kyai dengan sebutan Buju’. Namun ada satu Buju’ yang bukan makam, melainkan bongkahan batu dengan sumber air asin (laut). Buju’ Tolombung, salah satu tetenger Desa Batokaban Bangkalan yang ditengarai merupakan cikal bakal desa itu sendiri. Seperti apakah?


Dilihat dari kondisi wilayah, Desa Batokaban jelas bukan kawasan pesisir. Tak ada jejak kehidupan maritim di wilayah sisi Timur Laut Jembatan Nasional Surabaya-Madura (Suramadu) ini. Sawah, ladang, hingga wilayah perbukitan menjadi pemandangan utama salah satu dari 13 desa di Kecamatan Konang tersebut.


Desa Batokaban bisa ditempuh selama sekitar satu jam tiga puluh menit dari Jembatan Suramadu. Tidak banyak hal menarik di wilayah ini. Jalan beraspal/makadam hanya ada di jalur utama dengan tambal sulam di hampir semua titik, rumah warga yang masih didominasi kayu, hingga keseharian masyarakat meladang, beternak, pertukangan kayu, dan warung makanan kecil.

Di Madura, tentu bukan rahasia lagi jika sosok kyai merupakan figur panutan yang tetap dihormati bahkan meski telah lama meninggal. Makam kyai seringkali dianggap sebagai tempat keramat, terutama bagi mereka yang memiliki hajat tertentu. Beberapa makam juga diberi sebutan Buju’, yang dalam bahasa Madura berarti orang yang sangat tua dan dituakan dalam silsilah keluarga dan patut dituruti segala nasehat dan arahannya.

Akan tetapi, berbeda dengan sebagian besar tempat yang disebut buju’. Ada satu lokasi berjuluk Buju’ Tolombung yang bukan merupakan makam. Tempat yang dikenal sebagai petapan (tempat bertapa, red) ini, hanyalah bongkahan batu besar di tengah area persawahan dengan sumber air di bagian tengahnya. Yang menjadikannya istimewa adalah, air yang muncul dari dalam batu ini berasa asin seperti halnya air laut. “Masyarakat disini percaya, Buju’ Tolombung ini sebagai Bujellah Tasek (Pusarnya Samudera, red),” ujar Abdul Hamid (34 th), salah seorang tokoh pemuda Ketua Karang Taruna Desa Batokaban Kab Bangkalan.

Kepercayaan ini dipertegas dengan adanya cerita tentang seseorang yang dikabarkan tenggelam di Buju’ Tolombung, saat berusaha mengambil celuritnya yang jatuh ke dalam sumber. Setelah beberapa hari, mayat pemuda yang tenggelam tersebut konon di temukan di pantai utara, yang oleh masyarakat disebut Tobiruh.

Sebagai tempat yang dianggap keramat, banyak lamat (pesan mistis, red) yang selalu dikaitkan dengan keberadaan Buju’ Tolombung. Seperti bahwa airnya diyakini dapat menyembuhkan segala penyakit, setiap orang yang ketika datang dapat melihat gelembung air yang muncul dari dalam lubang berarti keinginannya akan terkabul, hingga pantangan yang sedikit diskriminatif bagi perempuan. “Di Buju’ Tolombung ini hanya laki-laki yang boleh naik ke atas dan mengambil air. Sebab, menurut cerita orang tua, pernah ada seorang perempuan yang naik keatas. Akhirnya air yang dulu sumbernya besar menjadi semakin menyusut. Sejak saat itu, perempuan dilarang naik ke atas,” ujar Bujati, salah seorang warga yang tinggal tepat di sisi barat Buju’ Tolombung.

Ada kisah menarik Buju’ Tolombung, sebagai Petapan yang berada di kawasan Dusun Paser ini. Konon, setiap kali seseorang bertapa disana pada suatu malam pertapaannya bongkahan batu tersebut akan berubah menjadi ular besar yang melilit tubuh sang pertapa. Itu sebagai bagian dari ujian kesungguhan niat si pertapa. “Buju’ Tolombung ini banyak kisah mistisnya. Mungkin karena itu tempat ini dikeramatkan,” ujar Abdul Hamid.

Tak hanya Buju’ Tolombung, di area yang sama sekitar 100 m arah barat daya terdapat hamparan batuan padas seperti yang biasa ditemui di pesisir pantai. Lengkap dengan butiran pasir dan batu-batu kecil menyerupai karang. Di lokasi ini, terdapat semburan air yang muncul dari dalam batu dan tanah yang airnya juga terasa asin. Semakin ke hilir, luberan air yang membentuk anak sungai kecil ini, airnya tidak lagi terasa asin. Justru semakin tawar dan sedikit ada rasa manis. Beberapa titik semburan juga nampak berwarna keruh yang diperkirakan mengandung belerang. “Pernah ada dari pertamina yang ingin mengebor di tempat ini tapi belum terealisasi sampai sekarang,” kisah Hamid.



Tetenger Desa

Sejarah selalu hadir dengan begitu banyak versi, yang entah berkaitan atau semakin jauh dari kisah aslinya. Budaya tutur tinular salah satu alasannya. Sebagaimana penamaan Buju’ Tolombung dan sejarah yang menyertainya.

Cerita pertama menyebutkan, disebut Buju’ sebab dahulu merupakan tempat bertapa seorang yang sakti mandraguna. Seorang sakti yang kini diyakini bermakam di Desa Kokop Kec Konang Kab Bangkalan. “Makanya setiap bulan baik, seperti menjelang Bulan Ramadhan, juru kunci Makam Kokop datang kesini mengambil air untuk dicampurkan ke sumur yang ada di makam sana,” cerita Bujati yang mengaku tidak tahu persis nama pemilik makam yang diberi sebutan Buju’ Kokop tersebut.

Sedangkan untuk penamaannya, beberapa orang meyakini nama Tolombung merupakan gabungan dari dua suku kata dalam Bahasa Madura. Yakni Betoh, pendeknya Toh (Batu, red) dan Lombung (Lumbung Padi, red), disingkat menjadi Tohlombung atau Tolombung. Sebab bongkahan batu Buju’ Tolombung yang menyerupai lumbung padi. Bahkan dari kejauhan, dua pohon besar yang mengapit batu nampak seperti penyangga lumbung padi.


Cerita lainnya, Batokaban berasal dari kata Betoh dan Kambeng (mengambang, red), artinya batu yang mengambang. Konon, dahulu air yang mengalir dari Buju’ Tolombung melimpah hingga membuat batunya seolah mengambang karena hanya terlihat bagian atasnya. Versi lain, bahwa nama Batokaban berasal dari kata Betoh dan Kaben/Keben (tempat air, red), artinya batu yang menjadi tempat air. Selain keberadaan Buju’ Tolombung, hal itu juga dikaitkan dengan kebiasaan orang di Batokaban menyimpan air di dalam gentong dari tanah liat atau batu. “Sekarang memang sudah jarang orang pakai Keben. Kalau dulu semua orang punya, terutama sebagai tempat untuk cuci muka atau wudlu,” jelas Abdul Hamid. (nurhayati)

Selasa, 18 Juli 2017

TERE BINA

Ost. Ashique 3

Zinda Rehti Kya Karoon
Apa yang akan menjadi alasanku untuk hidup
Tere Binaa....
Bila tanpa dirimu...
Dhondhe Hai Jawaab Ho
Mencari jawaban untuk itu
Jo Dil Ne Di Sakaa....
Itulah yang hatiku lakukan...

Jo Bhi Sapne Dekhe Aur Likhe Thi
Mimpi tahu apa yang sudah ditulisnya
Jeena Lamho Ko Samjho Ke Rakhe Thi
Bagaimana aku bisa merubahnya
Jaa Chor Ke.. Oho.. Sab Bhula Ke
Pergilah... Lupakanlah semuanya
Jaa Chor Ke.. Oho.. Sab Bhula Ke
Pergilah... Lupakanlah semuanya

Kaise Hai Jalan, Seene Mein Jo Ban
Mengapa semua ini terjadi, hatiku menolaknya
Aur Saansein Be Raheem
Semua yang terjadi sudah merubah segalanya
Nare Nehi Esa Mera Tanha Jeena
Tidak.. Semua ini tidaklah mudah
Duniya Mein Tere Bin
Di dunia ini tak ada yang sepertimu lagi

Mein To Har Gaye, Mein To Thoota Gaye
Aku telah kalah, Ini sudah berakhir
Aur Ankhein Meri Naam
Bahkan dimataku hanya ada namamu

Zinda Rehti Kya Karoon
Apa yang akan menjadi alasanku untuk hidup
Tere Binaa....
Bila tanpa dirimu...
Dhondhe Hai Jawaab Ho
Mencari jawaban untuk itu
Jo Dil Ne Di Sakaa....
Itulah yang hatiku lakukan...

Kaise Tanha Hu Mein, Ab Dil Ko
Apa yang harus hati ini katakan lagi
Joona Tera Ho Sakaa...
Yang kamu mau bukanlah perpisahan
Kaise Bhi Baasi, Hai Yeh Zindagi
Aku mohon mengertilah dengan keadaan ini
Phir Bhi Chalti Mein Raha
Duduklah dan jangan menyesalinya...

Abhi Je Rahi, Is Humein To Mein
Dalam hal ini kita percaya
Laut Ghi To Ek Din
Suatu hari nanti kita akan bersama kembali

Zinda Rehti Kya Karoon
Apa yang akan menjadi alasanku untuk hidup
Tere Binaa....
Bila tanpa dirimu...
Dhondhe Hai Jawaab Ho
Mencari jawaban untuk itu
Jo Dil Ne Di Sakaa....
Itulah yang hatiku lakukan...