Selasa, 04 Juli 2017

30/06/2017 08:55




Bisakah aku lebih tidak beruntung lagi dari ini?

Jika bisa, maka biarlah tuntas hari ini. Agar kelak saat kau datang, tak ada lagi ketidakberuntungan yang harus kuterima.

Aku menelan begitu banyak rasa sakit sendirian, dalam sunyi. Bukan untuk apa, aku hanya ingin memiliki kekuatan untuk berdiri dengan senyuman orang-orang yang kucintai. Bagiku, biarlah aku jatuh jika itu sepadan dengan kebahagiaan mereka.

Tapi tidak, itu adalah keinginan yang konyol. Nyatanya, mereka selalu menjadi alasan dari kelemahanku. Menggerogoti sedikit demi sedikit pertahanan hidupku. Aku selalu pulang untuk kembali mendapati luka yang sama. Aku selalu berdiri di jalan yang sama, tempat dimana aku terhempas tanpa siapapun, seorang diri dalam keterpurukan.

Aku memang akan selalu bangkit. Itu hal yang setiap saat kuyakini. Tapi untuk alasan yang sama, aku selalu dipaksa jatuh dan tersungkur di tempat yang sama. Seolah aku tidak pernah belajar, bagaimana, dan seperti apa rasa sakit itu.

Cinta, dimanapun kini dirimu telah sampai. Kuharap kau mendengar, bagaimana rindu dan cinta yang tersisa dari hatiku untukmu, nyaris berlumur darah dari rasa sakitku. Hari ini, aku hanya berharap, kau datang di saat yang tepat. Saat dimana cinta ini dan rindu ini masih hidup untuk tercurahkan. Bukannya menjadi kenangan yang tak teraih.

Karena saat kau datang, itu adalah hari dimana ketidakberuntungan yang terakhir dalam hidupku telah dituntaskan.



29/06/2017 17:00



Cinta, aku mandi di sungai muara tiga aliran sungai. Seperti pesan darimu lewat mimpi kita.

Seperti sungai ini, yang menjadi muara dari tiga aliran, datanglah padaku dari tiga arah yang kau suka. Karena pada satu arah lainnya aku akan menunggumu dengan harapan membuncah.


Datanglah cepat! Aku mungkin saja merasa lelah dalam batas tunggu ini.


Semoga saja lelah ini tidak berubah menjadi menyerah sebelum tiba saatnya kau datang.


28/06/2017 14:00



Hari ini pergi ke Buju' Tolombung, Cinta.


Kau tahu, aku ditemui/bertemu/menemukan (entahlah mana yag benar) dua ekor ular. satu melinta tepat di depanku saat aku berjalan. satunya lagi, seolah menyambutku tanpa bergerak.

Seperti biasa, aku sejujurnya takut. tapi aku memiliki ketenangan seperti air.

Dan entah pula untuk pertanda apa. Semua orang menjadi didera kekhawatiran tak beralasan. Mereka bilang, hidupku selalu dilingkupi hal berbau ular. Seolah binatang itu terus berada di sekitarku tanpa kutahu dan kuminta. -_-

28/06/2017 09.57



Cinta, bukankah kau seharusnya datang hari ini?
Batas 50 harimu telah habis.
Apa kau meminta waktu lagi?

Baiklah,
Tapi berapa lama?
I am still and always love you
And miss you so much.


27/06/2017 20:18



Pernikahan seharusnya menjadi momen bahagia bersatunya dua dunia yang berbeda
Bukannya menjadi genderang perang dua ego yang berseberangan

Ya, aku sadar ini kehidupan. Hitam-putih kadang terbagi tanpa satir yang jelas, tapi nyata itu memiliki sekat. Lalu ketika lajur kanan dan kiri menolak berbagi sisi, yang terjadi hanyalah kekacauan, yang mungkin saja berakhir dengan keterpurukan, kesakitan, dan tentu luka.

Kata kuncinya sederhana, saling memahami. Tapi itupun sulitnya seperti merajut kain dari busa -_-

LEMBAYUNG BALI


By: Saras Dewi

Menatap lembayung di langit Bali
dan kusadari betapa berharga kenanganmu
Di kala jiwaku tak terbatas
bebas berandai memulang waktu

Hingga masih bisa kuraih dirimu
sosok yang mengisi kehampaan kalbuku
Bilakah diriku berucap maaf
masa yang tlah kuingkari dan meninggalkanmu
Oh Cinta

Teman yang terhanyut arus waktu
mekar mendewasa
masih kusimpan suara tawa kita
kembalilah sahabat lawasku
semarakkan keheningan lubuk

Hingga masih bisa kurangkul kalian
sosok yang mengaliri cawan hidupku
Bilakah kita menangis bersama
tegar melawan tempaan semangatmu itu
oh jingga

Hingga masih bisa kujangkau cahaya
senyum yang menyalakan hasrat diriku
Bilakah kuhentikan pasir waktu
tak terbangun dari khayal keajaiban ini
oh mimpi

Andai ada satu cara
tuk kembali menatap agung surya-Mu

Lembayung Bali