Kamis, 30 Oktober 2014

The Untold Love, Kavaca dan Kundala


Dua hari menjelang pertempuran.

        Seorang Brahmana duduk bersila tak jauh dari tenda pasukan Hastinapura. Aku tahu dia adalah Indradev, ayahmu Arjuna. Seperti halnya juga aku tahu apa maksud kedatangannya. Menemuiku dan meminta amal dariku. Ya, amal. Jika tidak ingin kukatakan itu sebagai jebakan atau tipuan.
        Tapi benar apa yang dikatakannya, “Mencari cara untuk memastikan keselamatan dari seorang anak adalah hak setiap ayah”. Dan itulah yang dilakukannya. Tak peduli kalaupun itu akan menodai kedudukannya. Bukankah itu yang akan dilakukan semua orang tua? Tak terkecuali ibumu? Yang membuka kebungkamannya setelah membiarkanku jatuh dalam kubangan sumpah yang tak bisa kutinggalkan. Untuk apa? Untuk keselamatanmu, untuk keselamatan kalian, Putra Pandu.

Indradev   : Aku seorang peminta-minta. Aku telah berkeliling untuk mencari sesuatu Raja Angga, yang mana keduanya berhubungan dengan kematian dan keabadian. Keduanya hidup dan juga penyebab hidup itu sendiri. Keduanya kelihatan dan juga tidak terlihat. Ini lembut juga kuat. Ini adalah bagian dari tubuh. Tapi juga sebuah sarana. Keduanya bisa suci dan tidak suci.
Karna        : Itu adalah Kavaca dan Kundalaku. Selama mereka diberkati mereka adalah suci. Mereka berdua kelihatan dan juga tidak kelihatan. Selama mereka tetap berada di dalam tubuhku mereka adalah bukti keabadianku. Bagaimanapun ketika mereka akan dipisahkan dari tubuhku, mereka akan menjadi penyebab dari kematianku. Bukankah kedatanganmu kemari untuk memintanya, Indradev?
Indradev   : Ayahmu pasti sudah mengatakan hal itu kepadamu, Anakku. Besok saat subuh tiba, aku akan meminta Kavaca dan Kundalamu.
Karna        : Apakah puteramu tidak mempunyai kemampuan untuk bertarung melawanku? Apakah dia merasa takut dengan Kavaca dan Kundalaku?
Indradev   : Mencari cara untuk memastikan keselamatan dari seorang anak adalah hak setiap ayah. Ketakutan anakku tidak ada hubungannya dengan hal ini. Walaupun demikian, kekhawatiran yang ada di hati seorang ayah sudahlah pasti berhubungan dengan hal itu.
Karna        : Disamping menjadi seorang dewa bagaimana bisa kamu ikut campur dengan hal ini Indradev? Permusuhan diantara manusia dibatasi oleh kematiannya. Jika dewa-dewa yang abadi mulai memihak salah satu pihak, itu akan menjadi hal yang mamalukan buat mereka. Walaupun ombak-ombak di lautan saling bersaing satu dengan yang lainnya. Tetapi laut tidaklah memihak salah satu ombak tersebut.
Indradev   : Apakah kamu juga tidak mempunyai keyakinan akan kemampuanmu? Atau tanpa Kavaca dan Kundalamu itu akankah kamu tidak akan mampu melawan arjuna? Apakah itu juga ketakutanmu?
Karna        : Aku tidak takut akan diriku Indradev. Aku punya keyakinan yang kuat bahwa aku bisa membunuh Arjuna. Kemudian seluruh dunia akan tahu siapa yang benar-benar pemberani diantara kami. Tetapi yang kita bicarakan disini tidaklah tentang keberanianku. Ini tentang kepercayaan dari teman-temanku. Aku telah bersumpah untuk melindunginya dan membantunya meraih kemenangan. Dengan mengambil Kavaca dan Kundala, anda baru saja berbuat tidak adil terhadap temanku.
Indradev   : Aku memintamu…. Keputusan ada di tanganmu. Jika kamu tidak berharap melepaskannya sebagai amal maka katakanlah. Dan jika kamu tidak mempunyai keberanian untuk menolak permintaanku, maka berilah Suryadev air di saat subuh sebagai tanda kamu tidak lagi berhak memakai pemberiannya itu. Kamu harus memutuskan apakah sumpah itu lebih penting bagimu daripada kedua sumpahmu lainnya. Aku akan menunggumu di tepi sungai saat subuh tiba untuk mendapatkan amal darimu.
Tapi bahkan kebencianku pun melebur bersama dharma yang seketika membelitku atas pertalian darah ini. Kejayaanku, kehawatiran ayahku, sumpahku, atau cintaku pada kalian adik-adikku. Dilema ini lagi-lagi mencekikku.

Satu hari menjelang pertempuran.
       
        Ayahku, Suryadev menolak untuk muncul pagi ini. Aku tahu kenapa, karena dia teramat mengasihiku dan ingin menjamin keselamatanku. Seperti yang dia lakukan selama ini. Disaat aku tak seberuntung anak lainnya yang mendapat perlindungan dari ibu kandungnya.
        Seperti yang juga dilakukan ayahmu, Arjuna adikku. Semua ayah ternyata sama saja. Mereka hanya akan terlihat kuat saat mengajarkan anaknya untuk hidup. Tapi jika sudah menyangkut keselamatan putranya, hidup mereka seolah telah terenggut bahkan sebelum nyawa beranjak dari tubuhnya.

Karna        : Suryadev, sudah waktunya bagi anda untuk terbit. Seluruh makhluk di dunia ini telah menunggumu. Semua manusia adalah anakmu. Demi keuntungan salah satu dari anak-anakmu. Jangan sembunyikan anakmu yang lain dari cahayamu.
Dulu putra dari Pavandev telah menyembunyikanmu di dalam mulutnya. Maka semua makhluk mendekati bencana kehancuran. Aku mohon padamu, Ayah. mohon tunjukkanlan dirimu dan terimalah persembahanku.
Dalam sebuah dilema kehidupan, untuk sekali saja penuhilah keinginan putramu. Dalam kehidupan, dimana setiap orang dirampas dari perlindungan ayahnya, maka itu adalah dimana kemampuannya benar-benar sedang mendapatkan ujian, Ayah.
Bahkan sebuah pohon membiarkan buahnya dalam rangka membantu penciptaan kehidupan yang baru. Biarkan dunia menguji kemampuanku, Ayah. Sehingga tidak akan ada satupun yang mampu mengatakan, bahwa aku memperoleh kemenangan dengan bantuanmu.
Jika itu sampai terjadi maka seumur hidupku akan ternoda. Aku juga adalah bagian dari cahayamu, Ayah. Daripada hidup dalam kegelapan dan ternoda akan lebih baik jika aku mati dengan penuh kehormatan. Aku mohon padamu, Ayah. Tolong tunjukkanlah dirimu dan terimalah persembahanku.

Suryadev muncul dengan cahayanya yang tak pernah sekalipun menyilaukan bagiku. Meski kali ini aku tahu, dalam cahayanya ada air mata kesedihan.
Arjuna, jika kulakukan ini demi sumpah dan ambisiku, barangkali itu benar. Tapi jika alasan dari kebodohan yang kulakukan ini karena aku adalah kakakmu, itu juga tidak bisa kusangkal. Hidupku terikat dengan begitu banyak sumpah, kutukan, dan penderitaan. Tapi beban terberat adalah ketika aku tak sanggup memelukmu sebagai seorang kakak, melainkan mempersembahkan nyawaku sebagai penebus kemenanganmu.

Karna     : Aku sudah siap memberikan kesempatan kepada anakmu untuk menang Indradev. Memberikan cahaya kepada dunia tidak akan mengurangi kekuatan matahari. Anak Suryadev masihlah mempunyai kemampuan yang cukup. Katakan padaku, apakah ini yang kamu inginkan dariku?