Jumat, 23 September 2016

KARENA HADIRMU ADALAH ILUSI


Aku sudah melepasmu sekali
Nyaris melupakanmu dan keterikatan yang menjalin di masa lalu
Kemudian senja yang kusangka mentari memberiku ilusi harapan merengkuhmu
Namun belum juga petang, harapan itu pupus bersama mega merah yang menyilaukan
Bagaimana aku menjelaskannya pada hatiku? dia begitu egois dan tak mau mendengarku
Aku masih berhenti di persimpangan yang pernah kita janjikan
Meski dengan kesadaran sepenuhnya, kau telah menikung di sudur jalan yang lain dari perjalanan

Jika hatiku egois, kakiku beku dan tak mau kuajak melangkah
Aku masih di jalan yang sama dengan harapan yang sama
Bahwa meski tak lagi memiliki jalan ke arahmu
Setidaknya di jalan ini aku dapat bertemu seseorang sepertimu
Apa kau akan bilang ini sangat tidak adil?
Lalu apa yang adil?
Apakah hati pernah diajarkan tentang rasa adil?
Jika pernah, kenapa dia selalu berontak dariku meski otakku serasa pecah untuk membuatnya mengerti?

Baiklah. Mari kita berdamai untuk hal ini
Biarkan hatiku yang egois, dengan ketidakadilan yang terus diperbuatnya padaku
Tapi, bisakah kau dan kenanganmu tak lagi jadi objek imajiku
Berhentilah menjadi ilusi yang menenggelamkanku
Berlakulah adil padaku untuk kali ini
Ijinkan aku bangun dan berhenti bermimpi