Kamis, 18 Juli 2013

Desa Campaka Kec. Pasongsongan Kabupaten Sumenep
Terpaksa Ngetol, Karena Tak Miliki Tiang Listrik 





Nama Desa             : Desa Campaka, Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep
Kepala Desa                : Sudiryo
Sekretaris Desa           : Moh. Wakid
Dusun  terbagi 6          :
·           Dusun Campaka ::. Kadus Amiruddin
·           Dusun Jempareng Daja (Jempareng Utara) ::.Kadus Moh. Dura
·           Dusun Jempareng Lao’ (Jempareng Selatan) ::.Kadus Musonnaf
·           Dusun Bata-bata ::.Alwan
·           Dusun Sampornah ::.Ahmadi
·           Dusun Turbugan ::.Sapukhah
Perangkat Desa           :
·           Kaur Umum                            : Abidirrahman
·           Kaur Keuangan                       : Halimatus Sa’diyah
·           Kaur Perencanaan Program     : M. Khotim
·           Kasi Pemerintahan                  : Mutmainnah
·           Kasi Pembangunan                 : Hakim
·           Kasi Kesra                               : Abidi Khair
Alokasi Dana Desa     : Rp. 52 Juta
Luas Wilayah 2,025 km2
Jumlah Penduduk       : 5.698 Jiwa, Laki-laki :2687, Perempuan : 3011
Potensi Pertanian        : Dominan Jagung, Padi, Kelapa, dll
Batas Wilayah Desa    :
·           Utara   : Desa Rajun
·           Barat   : Desa Lebbeng Timur, Desa Perancak
·           Timur   : Desa Bashoka
·           Selatan            : Desa Karai dan Desa Gadu Barat


Pernah membayangkan hidup tanpa listrik? Di tengah kehidupan yang serba elektrik saat ini, hidup tanpa listrik agaknya menjadi sesuatu yang mustahil. Tapi itulah kenyataan yang dialami penduduk Desa Campaka, Kecamatan Pasongsongan. Hingga saat ini, tiga dusun di desa itu belum mendapatkan suplai listrik secara langsung dari PLN. Bagaimana mereka menyiasatinya?

MENCENGANGKAN. Begitulah mungkin ekspresi yang muncul menanggapi kondisi Desa Campaka, Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep. Betapa tidak, di jaman seperti saat ini, tiga dusun di wilayah desa itu, yakni, Turbugan, Jempareng Lao’ dan Jempareng Daja belum bisa menikmati suplai listrik secara mandiri.
Desa Campaka, Kecamatan Pasongsongan, tak jauh berbeda dengan sebagian besar desa di Kabupaten Sumenep yang masih mengandalkan sektor pertanian. Namun seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan energi listrik menjadi kebutuhan vital yang harus dipenuhi.
Kendati telah dapat dikatakan sebagai desa yang makmur secara pembangunan insfrastruktur. Namun tetap saja masih ada fasilitas yanga sampai saat ini menjadi harapan warga masyarakat Desa Campaka.
“Kami sangat membutuhkan bantuan untuk pemasangan tiang listrik, khususnya di daerah Turbugan, Jempareng Lao’ dan Jempareng Daja yang sampai sekarang belum dimasuki listrik,” ujar Sudiryo, Kepala Desa Campaka saat ditemui beberapa waktu lalu.
Namun jangan membayangkan bahwa kondisi wilayahnya akan gelap gulita tanpa penerangan selain lampu teplok yang nyalanya bahkan masih kalah dari lampu dop 5 watt. Meski diakui belum memiliki saluran listrik pribadi dari pusat, dengan kata lain melalui tiang listrik. Masyarakat di tiga desa tersebut selama ini telah mengenal listrik, yang disalur dari dusun-dusun di sebelahnya.
“Selama ini masyarakat ngetol dari dusun di sebelahnya. Ya, tentu daya yang bisa dipakai pun terbatas ketimbang kalau langsung dari saluran pusat,” imbuh Sudiryo.
Sudiryo menyatakan, sebagai kepala desa dirinya kerap mendapati keluhan masyarakat karena belum meratanya penyaluran listrik di desa yang dipimpinnya. Masyarakat meminta agar listrik di ketiga desa tersebut segera di salurkan. Sehingga masyarakat tidak perlu lagi menyambung listrik dari rumah-rumah tetangga di dusun lain.
Selain itu, Sudiryo juga menyadari bahwa kebutuhan akan listrik sudah bukan kebutuhan yang bisa ditunda lagi. Terlebih di era yang semakin global ini. Kebutuhan akan listrik sangat berpengaruh besar pada tingkat kesejahteraan perekonomian bahkan pendidikan masyarakat. Di Dusun yang terdapat sekitar 200 Kepala Keluarga (KK) pun layak untuk memperoleh fasilitas pelayanan yang optimal.
Tidak heran jika Sudiryo sangat berambisi untuk mengajukan pemasangan tiang pancang listrik di desanya. Pasalnya sekalipun selama ini sudah bisa ngetol dari dusun-dusun di sebelahnya. Sudiryo tetap bertekad untuk memeratakan pembangunan di Desa Campaka, seperti halnya pembanguna di sektor-sektor lain seperti pertanian dan lain-lain.
“Sekarang jaman sudah canggih. Hampir semua kebutuhan pakai listrik jadi sudah selayaknya listrik itu bisa dirasakan oleh semua masyarakat” ujar Kades yang mengaku pendatang ini.
Lebih lanjut Sudiryo menjelaskan bahwa dirinya atas nama pemerintahan desa telah melakukan pengajuan kepada badan pemerintahan pusat terkait untuk pemasangan tiang pancang listrik tersebut. Hal itu direspon positif oleh pemerintah dan kemungkinan di  awal 2013 akan dimulai pemasangan tiang pancang listrik di Desa Campaka.
“Ya, Insyaallah awal 2013 ini sudah mulai di pasang listrk disana,” ujarnya penuh harap
Sisi lain  . . .
Mendengar namanya yang sekilas mirip nama bunga, Campaka. Orang mungkin akan berpikir, Desa Campaka merupakan sentra bunga Cempaka. Bisa jadi sejarahnya yang berkaitan dengan bunga cempaka. Kenyataannya, nama Campaka sama sekali tidak memiliki kaitan historis dengan salah satu jenis bunga dalam kelompok kembang setaman ini.
Memasuki kawasan Desa Campaka, mata akan disuguhkan hidangan pemandangan hijau di samping kanan-kiri jalan. Mulai dari hutan jati, hutan bambu, sawah, ladang hingga tumpukan pecahan batu (kerikil) yang menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat di Desa Campaka, Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep. Di beberapa tempat juga masih akan ditemui hewan-hewan hutan seperti kera yang dibiarkan bebas di habitatnya.
Menurut salah seorang warga di kecamatan Pasongsongan, Imam (28). Daerah di bagian timur Kecamatan Pasongsongan umumnya memang masih dibiarkan apa adanya. Selama ini masyarakat telah terbiasa hidup berdampingan dengan para penghuni hutan tersebut. Meski terkadang juga mengganggu di area ladang masyarakat yang berada dekat dengan habitat hewan-hewan tersebut.
“Selama ini memang belum pernah ada kejadian hewan-hewan tersebut menyerang warga. Cuma ya kadang, pas musim panen entah kacang, jagung atau buah sering ada monyet atau musang yang menjarah ladang warga. Tapi tidak selalu begitu, kadang-kadang aja,” ungkapnya.
Desa Campaka merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Pasongsongan. Didalamnya terdapat enam dusun yaitu Dusun Campaka, Dusun Jempareng Daja, Dusun Jempareng Lao’, Bata-bata, Dusun Sampornah, Dusun Turbugan. Desa Campaka merupakan kawasan pertanian yang cukup subur. Panen terjadi hampir sepanjang tahun. Bahkan untuk jenis padi bisa hingga 3 kali panen dalam satu tahun tergantung kondisi kemiringan tanah dan cuaca.
Selain padi, jagung juga menjadi salah satu komoditas lokal yang dimiliki oleh warga Desa Campaka. Karakteristik jagung yang tidak terlalu membutuhkan banyak air menjadi keuntungan tersendiri bagi masyarakat Desa Campaka yang daerahnya sebagian besar berada di lahan miring.
Secara umum kondisi jalan di Desa Campaka cukup bagus. Meskipun di beberapa wilayah masih berupa makadam. Seperti di Dusun Jempareng Daja dan Jempareng Lao’ misalnya, tekstur tanah liat yang lengket sangat menyulitkan akses jalan. terutama di musim penghujan. Tanah menjadi becek dan sulit dilewati oleh kendaraan.
Kontur wilayah gunung berbatu yang dimiliki oleh Desa Campaka juga berpengaruh pada kondisi jalan utama menuju dan dari desa. Beberapa tanjakan, curaman, dan tanah berbatu tajam menjadi salah satu bentuk jalan yang ada di Desa Campaka.
“Kami sudah mengupayakan pemakadaman di daerah Jempareng, meski belum keseluruhan. Semua bertahap,” ujar Sudiryo.
Kendati demikian, kegiatan perekonomian warga umunya berjalan lancar. Selain yang sebagian besar merupakan petani dan/buruh tani, ada pula masyarakat yang memulai usaha pertokoan di halaman rumahnya.
Terkait bangunan fisik, Desa Campaka seperti pada umumnya Desa di kecamatan Pasongsongan telah memilki struktur tata desa yang rapi. Meski masih nampak lengang (jarak bangunan yang longgar) namun bangunan-bangunan yang ada sudah berupa bangunan berbatu (tembok).

Pemimpin Itu Serba Salah
Menjadi kepala desa bagi Sudiryo bukan sekedar soal nama. Meskipun dirinya mengaku mencalonkan diri sebagai kepala desa merupakan inisiatif pribadi, pengaruh trah dari keluarga besarnya ikut menjadi pendorong. Sudiryo merupakan garis ketujuh dari keluarganya yang menjadi kepala desa. Sebelum ini jabatan kepala desa dipegang oleh kakak kandungnya.
“Ya gimana ya? Sudah takdir kayaknya. Karena merasa kepemimpinan sebelumnya itu bagus, tapi karena sudah dua periode sehingga tidak bisa lagi mencalonkan ya akhirnya saya yang maju. Tapi semua itu juga tidak lepas dari kepercayaan masyarakat. Kalau masyarakat tidak percaya, mana mungkin saya bisa menang dan memimpin desa ini,” Ujarnya
Dukungan terhadap dirinya memang diakui sebagai salah atu modal baginya untuk terus mengabdi kepada desa yang sekarang dipimpinnya. Berbagai macam program seperti bantuan untuk desa, dapat terlaksana optimal juga berkat kerjasama dengan masyarakat. “Alhamdulillah desa ini aman,” ucapnya mantab ketika ditanya kondisi Desa Campaka.
Namun dukungan dan kerjasama yang kuat dari masyarakat tak lantas membuat kepemimpinannya berjalan adem ayem tanpa ombak. Pola pikir masyarakat yang masih sederhana dan terkesan praktis pun kerapkali menjadi tantangan tersendiri baginya. Seperti baru-baru ini ketika Desa Campaka mendapat bantuan JPES (Jaring Pengaman Ekonomi Sosial) dari Bapeda sebesar 50 juta dengan volumenya 350 lebar 2,5 yang di alokasikan di Dusun Campaka.
“Kadang itu yang lucu itu masyarakat itu minta praktisnya, misal ada bantuan untuk perbaikan jalan. mereka mintanya langsung diaspal. Padahal kan gak bisa begitu, masih perlu di makadam dulu supaya nanti aspal yang dipasang itu kuat. Tapi kadang mereka gak mau tahu itu, pokoknya jalan ya aspal, repot.” Kenangnya.
Kendati tak selamanya nyaman menjadi seorang pimpinan namun Sudiryo tetap berupaya untuk menjaga komunikasi dengan warga. Seperti mengadakan urun rembug dengan anggota masyarakat tiap kali ada dana bantuan, baik yang berupa dana pembangunan ataupun bantuan pertanian yang setiap tahun selalu lancar.
Hal itu karena baginya, menjadi dipercaya dan disegani oleh rakyat tidak didasarkan pada pendidikan semata. Umumnya didesa atau mungkin dimanapun antara kades dan warga yang paling diutamakan adalah hubungan internal.
“Selama ada kepercayaan rakyat, jangankan yang sarjana, yang gak sekolah pun gak masalah” ujar Sudiryo.
Nama   : Sudiryo
Istri      : Rukmaniyah
Anak   :
·         Nailul Rofiki
·         Naufalul Khoir
·         Iklirur Rahman
·         M. Haikal Kamil
Pendidikan      : SLTA

RAWATLAH JIWAMU!

Sebuah kebiasaan orang tua semasa kita kecil adalah mendongeng sebelum tidur. Kebiasaan hangat yang dapat mengikat orang tua dan anak secara emosional. Tak jarang orang tua yang membuat cerita klise untuk menyampaikan sebuah pesan moral pada anak-anaknya. Sebagai sebuah pelajaran hidup bagi sang buah hati.

Pernah dengar kisah seorang saudagar kaya memiliki empat orang istri? Alkisah dia sangat mencintai istrinya yang ke-4 dan mendapat perlakuan yang paling istimewa. Begitupun dengan istrinya yang ke-3, dia sangat bangga padanya dan selalu memamerkan sang istri pada teman-teman dan koleganya.
Istri yang ke-2 juga tidak kalah disayang. Dia adalah wanita yang baik hati, selalu sabar dan bijak sehingga menjadi Istri kepercayaannya. Namun berbeda halnya pada istri pertamanya. Sebagai istri yang pertama kali dinikahi saudagar tersebut, wanita inilah yang memberikan banyak kontribusi dalam membangun kekayaan dan bisnisnya. Tapi sang saudagar justru memandangnya sebelah mata dan tidak menyayanginya kendati sang istri tetap setia padanya.
Akhirnya, sampailah pada hari di mana saudagar tersebut sakit keras dan merasa akan meninggal. Karena tidak ingin sendiri dan para istrinya menjadi milik orang lain. Maka dipanggillah keempat istrinya dan meminta mereka untuk ikut mati bersamanya.
Bukan hanya bahagia dan tawa, tapi derita dan air mata juga bagian dari cinta -  Anonim
Istri ke-4 langsung menolak dengan kasar dan langsung pergi begitu saja. Istri ke-3 menjawab, "Hidup sangat menyenangkan di sini, aku akan menikah dengan orang lain jika kau meninggal!" Sementara istri ke-2 yang terkenal bijak menjawab, "Maaf, aku tidak bisa membantumu kali ini. Aku hanya bisa mendoakan dan sering-sering mengunjungi makam saat kau telah berpulang nanti. Tak dinyana, istri pertama justru yang tak pernah dipedulikannya justru mengajukan diri dan berkata, "Aku akan pergi bersamamu. Aku akan pergi ke mana pun kamu pergi."
Saudagar itu berpaling melihat istri pertamanya yang nampak kurus kering tak terawat, dan berbisik dengan berat, "Seharusnya aku memperhatikanmu dengan lebih baik saat aku masih bisa".
Tak ada yang mampu membeli cinta sejati. Ia tak datang kepadamu, ia berada dalam hatimu. Hanya hati tulus yang mampu merasakannya. Anonim
Nilai dari cerita ini bukanlah keagungan pengorbanan seseorang yang telah disia-siakan,  juga bukan mengenai posisi istri bagi suami yang berpoligami. Keempat istri ini adalah cerminan dari cara hidup kita.
Istri ke-4 adalah tubuh kita, yang dengan sekuat tenaga kita jaga keindahnnya padahal ketika kita meninggal, tubuh ini akan tetap di bumi dan kembali menjadi tanah. Istri ke-3 adalah gambaran status sosial, saat masih hidup kita mungkin akan berusaha mempertahankannya agar jangan sampai diambil dan dilecehkan oleh orang lain. Padahal semua itu juga tidak akan pernah bisa kita bawa mati.
Istri ke-2 kiasan dari teman-teman dan keluarga. Tidak peduli sedekat apa pun kita dengan mereka, ketika kita meninggal yang bisa mereka lakukan hanyalah mengirim doa dan mengenang kita. Lain halnya dengan Istri pertama yang tidak lain adalah  jiwa kita.
Jiwalah yang membuat kita bisa melakukan segala hal, namun kita sering tidak memperhatikannya karena terlalu sibuk dengan merawat tubuh, mengejar prestise dan sibuk bersosialisasi dengan teman dan keluarga.

Rawatlah jiwa kita dengan asupan rohani, relaksasi dan jangan biarkan diri kita terperangkap dalam kepenatan dan rasa putus asa. Ingat, jiwa juga butuh dirawat karena hanya jiwalah yang akan menemani ke mana pun pergi. Bahkan ketika saatnya kita menghadap Sang Pemilik Hidup.

Jadilah Tangguh Untuk Generasi Sesudahmu!

“Orang-orang yang memikirkan nasib orang lain cenderung memiliki daya tahan yang lebih tinggi” Anonim.
Mempelajari kisah perjuangan hidup seseorang mungkin bisa memotivasi kita untuk menjadi lebih baik atau stidaknya seperti mereka yang kita figurkan. Namun percayakah bahwa pelajaran mengenai hidup pun dapat kita petik dari hewan, tumbuhan, dan alam sekitar kita?
Adalah Ikan Salmon yang konon memiliki kandungan nilai gizi yang beragam. Lebih dari itu, kisah hidupnya pun amat mengagumkan dan agaknya menarik untuk dipelajari bersama sebagai inspirasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Ikan salmon merupakan ikan yang berasal dari daerah Amerika Utara dapat hidup di perairan tawar dan laut. Hal inilah yang menyebabkan Ikan salmon seringkali disebut  ikan laut, karena orang kerap menangkap ikan salmon di laut. Meskipun sebenarnya ikan salmon bertelur di sungai dan mati setelah beberapa hari.
Kehidupan Ikan Salmon bermula di perairan tawar (hulu sungai), di sini telur-telur ikan salmon menetas. Setelah menetas, ikan salmon menggunakan cadangan makanan yang ada di telur juga memakan plankton yang ada di hulu sungai. Setelah beberapa bulan, ikan salmon mulai besar. Ikan-ikan ini bersama ribuan salmon lainnya bermigrasi meninggalkan hulu dan bergerak ke muara sungai menuju ke lautan lepas.
Di laut lepas inilah ikan salmon memulai perjuangannya untuk hidup dan meyelamatkan diri dari berbagai predator yang setiap saat mengancamnya. Anjing laut, singa laut, beruang, burung bahkan manusia juga menjadi ancaman kelangsungan hidup ikan salmon.
Bertahun-tahun lamanya berkelana di kerasnya laut lepas (antara 4-7 tahun), ikan salmon tumbuh besar dan cukup dewasa untuk berreproduksi. Di sini letak keunikannya, ikan salmon mampu secara otomatis mengenali tempat ia ditetaskan dan akan kembali ke hulu yang sama untuk menetaskan telurnya.
Menariknya lagi, selama melakukan perjalanan pulang, ikan salmon tidak memakan apa-apa pun dan hanya mengandalkan lemak yang ada di tubuhnya. Penggunaan lemak dari tubuh ini menyebabkan perubahan fisik pada diri ikan salmon. Tubuhnya menjadi semakin ramping dan bertambah panjang sehingga cukup gesit untuk lepas dari jaring nelayan maupun kejaran predator.
Hanya ada 2 cara untuk mengatasi kesulitan. Ubah kesulitan-kesulitan itu atau ubah diri Anda untuk mengatasi kesulitan-kesulitan. -Phyllis Bottome-
Namun pada tahap ini pula, banyak ikan salmon yang mati karena luka, keletihan atau pun pemangsa, hingga akhirnya hanya sedikit saja yang berhasil sampai ke hulu sungai. Mereka yang sampai di hulu sungai, akhirnya berkembang biak. Tidak lama setelah mereka bertelur, ikan-ikan salmon ini mati. Tugas mereka telah selesai.
Kehidupan si ikan salmon mengajarkan tentang ketangguhan dalam perjuangan hidup. Ikan salmon mampu menahan lapar karena dia sedang memperjuangkan generasi berikutnya. Seringkali ketika ada sekelompok orang yang tersiksa, yang lebih mampu bertahan adalah mereka yang menolong orang lain. seperti halnya ikan salmon yang berjuang keras mencapai hulu sungai dengan menerjang berbagai rintangan alam maupun predator.
Tak semua ikan salmon berhasil menuntaskan tugas terakhirnya, tapi tak satupun ikan salmon yang memilih diam. Jika dikatakan itu adalah takdir, maka bukankah kita juga hidup dalam lingkaran takdir Tuhan? Tuhan kuasa menjadikan ikan salmon tangguh menghadapi segala rintangan, maka yakinlah Tuhan takkan pernah meninggalkan kita dalam kesulitan tanpa solusi.
Kehidupan ikan salmon juga kerap menjadi inspirasi bagi mereka yang hidup di tanah perantauan. Bekerja keras, belajar tekun, berjuang tak kenal lelah di negeri orang dengan satu harapan membawa pelita untuk tanah pertiwi tercinta.

Curahkanlah segala yang Anda miliki pada mimpi-mimpi Anda, maka Anda akan terpesona dengan energi yang muncul dari dalam diri Anda. -William James-

PELAJARAN DARI SANG ARA

“Sesuatu yang tak membunuhmu hanya akan membuatmu lebih kuat.” (Nietzsche)
Pernah mendengar kisah tentang pohon ara? Pohon ini banyak tumbuh di kawasan Timur Tengah, batangnya besar dan buahnya bisa dimakan. Dahulu buah dari pohon ara menjadi salah satu komoditi perdagangan besar selain anggur di Israel. Bahkan dikisahkan pemerintah kala itu menetapkan undang-undang yang sangat ketat terhadap para petani pohon ara.
Namun kita tidak sedang ingin membicarakan bagaimana pohon ini bisa menjadi komoditas utama masyarakat kala itu. Ada yang jauh lebih mencengangkan jika kita melihat bagaimana pohon Ara ditanam, dan akhirnya tumbuh. Hampir di setiap pohon ara akan kita temui sebuah batu.
Batu yang besar itu sengaja diletakkan oleh penanamnya menindih benih pohon ara. Mereka melakukan itu sehingga benih itu tersembunyi terhadap hembusan angin dan dari mata segala hewan. Sampai beberapa waktu kemudian benih itu akan berakar, semakin banyak dan semakin kuat. Walau tidak tampak kehidupan di atas permukaannya, tetapi di bawah, akarnya terus menjalar.
Setelah dirasa cukup barulah tunasnya akan muncul perlahan. Pohon ara itu akan tumbuh semakin besar dan kuat hingga akhirnya akan sanggup menggulingkan batu yang menindihnya. Sebuah perumpamaan tentang kerja keras meraih kesuksesan.
“Keberuntungan cenderung berpihak kepada orang yang rajin.” B-Comm
Perjalanan tumbuhnya sebuah pohon Ara untuk hidup seolah menjadi peringatan bahwa batu yang pernah menindih benih pohon ara tidak akan membinasakannya. Justru benih yang tertindih batu itu menjadi pohon besar yang mampu menaungi segala mahluk yang berlindung dari terik matahari yang membakar.
Jika suatu saat di dalam masa-masa hidup, kita merasakan terhimpit suatu beban yang sangat berat ingatlah pelajaran tentang batu dan pohon ara itu. Segala kesulitan yang menindihmu, sebenarnya merupakan sebuah kesempatan baik bagimu untuk berakar, semakin kuat, bertumbuh dan akhirnya tampil sebagai pemenang.
Belum ada hingga saat ini benih pohon ara yang mati tertindih oleh bebatuan. Jadi jika benih pohon ara yang demikian kecil saja diberikan kekuatan oleh Sang Khalik untuk dapat menyingkirkan batu di atasnya, bagaimana dengan kita? Tuhan bahkan sudah menanamkan keilahian-Nya pada diri kita. Menjadikan kita,manusia dengan kesempurnaa yang jauh melebihi segala mahluk di muka bumi. Sehingga kita menjadi bijak dan tidak dipermainkan oleh hidup. Karena memang kita ditakdirkan menjadi tuan atas hidup kita.
Kalau ada kesulitan yang membuat sulit bertumbuh keatas, jadilah berakar. Maka suatu saat batu besar yang menindih akan terguling dengan sendirinya !.