Rabu, 28 November 2018

SAMUDERA 'HADES'




"Hai . . ." sapamu dengan kelembutan yang mematikan.
Aku tersenyum selebar yang kubisa. Menggantikan lidahku yang kelu sekedar untuk menjawabmu.
"Senyummu mematikan. Jadi sebaiknya kau menjawabku saja, sebelum aku terbunuh oleh pesonamu," kali ini senyum menantang tang membuatku gemas.
"Kupikir itu kalimatku. Kau mencurinya," aku mencoba terlihat marah, meski jelas gagal. Toh, bibirku berkedut geli melihat tingkah polahmu.
Kau tertawa begitu lebar hingga seolah bebanku terlepas meski hanya terlupakan. Sejenak.
"Kenapa semua nampak berwarna denganmu? Kau seperti bias cahaya. Hangat, ceria, manis. Tidak sepenuhnya mewakilimu, tapi ya, kau setidaknya seperti itu,"
"Aku tidak begitu, jika kau tidak keberatan aku menyanggahnya. Tapi jika kau ingin  aku seperti itu, akan kulakukan sebaik yang bisa kutunjukkan,"
"Kenapa menurutiku? Jika itu bukan dirimu, jangan memaksakan diri!"
"Hatiku harus dipaksa, karena dia cukup bengal. Kau tidak tahu bagaimana kerasnya dia,"
"Ohya? Aku jadi penasaran,"
"Puaskan rasa penasaranmu, Samudera. Entah untuk berakhir membenciku karena jengah atau menerimaku,”
“Kupikir aku tak pernah bilang menolakmu?”
“Hanya belum kukira,”
“Sepercaya diri itu? Sebanyak apa kau mengenalku?”
“Tidak sama sekali,”
“Lalu jangan menilaiku dengan mudah,”
“Tidak. Hanya menjaga jarak,”
“Kenapa?”
“Karena mungkin saja aku sekedar menghalangi jalanmu bukannya mengiringi langkahmu,”
“Kau sangat pandai berdebat,”
“Yes, I Am,”
“Saat kau jadi milikku, bisakah kau hanya menurutiku?”
Kupikir aku bisa melakukannya. Tapi, tidak menyenangkan membuatmu tahu banyak hal sekarang. Jadi, biarkan aku bermain sedikit denganmu.
"Beri aku satu alasan kuat untuk melakukannya!"

"Karena kau milikku!"
*SAMUDERA*