Sabtu, 29 November 2014

SIAPA YANG



Siapa yang merubah hatiku
Siapa yang membuat kita satu
Selalu menyatu beban kecewa
namun tak ragu kan berakhir
Siapa yang membuatku pilu
kembali datang masa lalu
Semakin dalam gejolak jiwa
Benci dan Cinta pun menyatu
Kenangan indah pun memudar
Alami masa sendu
Walau kita kan berpisah
Rasa hati bergelora
Siapa yang membuatku resah
Tak berharap untuk berjumpa
Benci dan Cinta selalu menyatu
Tak pernah ragu kan berakhir

Jumat, 28 November 2014

SILENCE; TRY TO REMEMBER


 Try to remember the kind of September
When life was slow and oh, so mellow.
Try to remember the kind of September
When grass was green and grain was yellow.
Try to remember the kind of September
When you were a tender and callow fellow.
Try to remember, and if you remember,
Then follow.

Follow, follow, follow, follow, follow,

Try to remember when life was so tender
That no one wept except the willow.
Try to remember when life was so tender
That dreams were kept beside your pillow.
Try to remember when life was so tender
That love was an ember about to billow.
Try to remember, and if you remember,
Then follow.

Follow, follow, follow, follow, follow,
Follow, follow, follow, follow.

Deep in December, it’s nice to remember,
Although you know the snow will follow.
Deep in December, it’s nice to remember,
Without a hurt the heart is hollow.
Deep in December, it’s nice to remember,
The fire of September that made us mellow.
Deep in December, our hearts should remember
And follow.

Kamis, 27 November 2014

Aku Putra Arjuna


 Aku adalah Putra Arjuna yang telah memberikan Kakek Bhisma ranjang dari panah untuk pembaringan terakhirnya. Aku tidak akan mati dengan mudah.
Aku tidak akan menjerit, karena bagiku ini bukan rasa sakit. Aku juga tidak akan mengaduh, karena itu akan menyakiti hati ayah, ibu, juga pamanku. Aku sama sekali tidak berpikir untuk meminta keringanan untuk kematianku. Apalagi meminta pengampunan untuk hidupku. Karena kematian ini telah menjadi dharmaku. Dharma untuk kejayaan ayahku. 

Menjadi keponakan dari Shree Khreesna bukan lantas membuatku kebal akan kematian. Tapi aku pasti akan mendapatkan keabadianku. Aku Putra Arjuna, juga bukan berarti aku tak terkalahkan. Tapi aku akan selalu menjadi pemenang. Baik dalam hidup maupun kematianku.

Paman Karna, kenapa mempermudah jalanku?Kesulitan akan mematri jiwa kesatria seseorang dan aku ingin menjadi contoh untuk kekuatan itu. Aku tahu, kau pun merasakan sakit yang teramat dalam dihatimu. Seolah luka ditubuhku ini menyayatmu sendiri. Bagaimana bisa aku takkan dibilang beruntung menjadi keponakan kalian. Lihatlah, kusambut kematianku dengan senyuman.
Paman Karna, hapus airmatamu. Ketahuilah, kau akan menjadi keluarga pertama yang menyusulku. Iya, Paman. Kejayaan seperti ini juga akan jadi milikmu.  Dan jalan menuju kejayaanmu akan ditunjukkan ayahku, adikmu yang tercinta. Dan sama sepertiku, kau akan menyambut kejayaanmu dengan senyuman. Serta mendapatkan semua yang selama ini telah hilang darimu, keluargamu.

Paman Khreesna, terima kasih telah menggantikan rasa sakit ini untukku. Terima kasih telah menggantikan fungsi ayah selama aku terpisah dari ayahku. Terima kasih telah memberiku kekuatan. Dan terima kasih untuk kejayaan yang kau anugrahkan padaku.Tak ada keberuntungan terbesar selain terlahir dikeluargamu dengan darah kesatria hebat seperti ayahku, Arjuna.

Dia Karna



Telah dilepas kandala dan kavaca pelindung dari yang sangat ayah. Darah mengalir dari tubuh yang kekar akan derita. Serupa kafan yang membalutnya menuju kematian. Hidupnya adalah alasan dari sebuah kesalahan. tapi apa salahnya mencari pengakuan dan penghormatan, setelah sepanjang umur dia harus hidup tanpa nama dan hak atas kelahirannya?
Dia hanya seorang kakak yang tidak pernah diajarkan cara untuk menyayangi adik-adiknya. Tapi dia tahu, bahwa hidupnya adalah untuk menyempurnakan kebahagiaan, kehormatan, dan kebanggaan adik-adiknya. Maka dilepaslah satu-satunya alasan ketakutan mereka. meski untuk itu berarti membawanya selangkah lebih dekat pada kematian. Takkan lagi lahir kakak sepertinya, yang tak pernah meminta ataupun belajar cara mengasihi tapi memberikan kasih berlebih untuk yang dikasihi. Mengasihi tanpa memanjakan, menjaga tanpa mengikat, mendukung tanpa mendorong, memberi tanpa menerima.
Dia juga hanya seorang anak yang tak pernah mendapatkan haknya untuk disayangi. Tapi dharma dan kasihnya sebagai anak tak pernah meminta alasan untuk dilupakan. Kemalangannya bahwa dia tak pernah benar-benar berhak menyandang nama sebagai putra ibunya. Tapi keberuntungan bahwa dikasihinya keduanya tanpa berbeda kadar. Ibu yang memberinya nama, juga ibu yang menjadi alasan keberadaannya. Dia mewarisi seluruh budi baik sang ayah meski tak pernah menjadikannya alasan mencapai penghormatan dan nama besarnya.
Dia pun hanya seorang teman, yang tak meminta banyak kebaikan untuk hidupnya. Tapi mendharmakan hidup untuk satu kebaikan yang mengangkat dirinya dari nista. Seluruh dunia akan meminta teman sepertinya sekalipun takkan lagi ada yang sanggup untuk mencintai seperti caranya.
Dengan hidup dia menjalani dan menuntaskan takdirnya. Satu-satunya hal yang pernah benar-benar berhak dimiliki dan didharmakan untuk menuntaskan karya besar sejarah.

Selasa, 18 November 2014

Yaariyan



These Relationships
My heart is so mindless
The impatient heart is an idiot
How much it loves you?
It didn’t understand itself
Now someone make a case for this pain of heart
So that it gets that rain of love
That drenches it completely
What such effect whos there of being with you
I don’t know
That there was no sense left in me
My words stuck on my tongue
But cuoldn’t get spoken
In my heartbeat there is your name alone
And the eyes give this massage too
That is there on me
As I found you, my life has changed
I have become all new
All talks of world are ineffective
Now I listen to you always
I find excuse to meet you
When you smile, I wish to be the reason
And wish to spend all my day with you everyday

Selasa, 04 November 2014

The Untold Love, Bhisma Karna


Kau hebat adikku. Langkah pertama kemenanganmu telah dimulai. Bhisma Yang Agung akhirnya mendapatkan alasan mengakhiri pergulatannya, melepas keterikatan sumpahnya, juga pembebasan atas kesalahannya.
Kelak, satu dari kami bertiga pun akan mengalaminya. Bhisma Yang Agung, Guru Drona, dan Aku hanyalah alasan bahwa perang ini akan dianggap seimbang. Meski hasil dari peperangan ini sejatinya telah digariskan.
Temanku Druyudhana, mengangkatku menjadi senopati perang menggantikan Bhisma Yang Agung yang telah kau lumpuhkan. Bukan karena ketidakmampuan Guru Drona, tapi karena keyakinannya, bahwa aku akan menjadi perantara kehancuran kalian, Pandawa. Kalau saja dia atau kalian tahu yang sebenarnya, barangkali perang ini akan berakhir bahkan sebelum dimulai. Entah kalian yang menyerah, atau Druyudhana yang kehilangan nyali melawanmu.
Malam hari sebelum memasuki medan perang, aku menemui Bhisma Yang Agung di Padang Kurusetra. Terlepas kenyataan dia kini adalah kakekku, aku menghormatinya jauh sebelum jati diriku terungkap. Betapapun penghinaan yang kudapat darinya, dia tetaplah pribadi yang agung bagiku.

Karna    : Bhisma Yang Agung, sebelum memasuki medan pertempuran aku kesini untuk memberikan hormatku padamu.
Bhisma  : Aku sudah tidak mempunyai restu lagi untuk kuberikan kepadamu, Raja Angga.
Karna          : Aku tahu Bhisma Yang Agung. Anda tidak menyukai diriku. Engkau selalu menghinaku. Engkau selalu mencoba menjauhkanku dari Hastinapura. Tapi Bhisma Yang Agung, rasa hormatku tidak akan pernah berkurang.
Bhisma       : Kamu orang yang bodoh, Putra Kunti.
                      Ya, aku tahu bahwa kamu adalah Putra Kunti. Bahwa kamu adalah keturunan dari Dewa Surya. Kamu adalah kakak tertua dari para Pandawa. Dan tidak hanya saat ini, aku telah mengetahuinya bertahun-tahun yang lalu, Anakku. Kau sangat istimewa dan aku tidak membencimu tetapi kasihan padamu. Aku mencoba menjauhkanmu dari Hastinapura. Karena aku tahu bahwa sentuhan pada perunggu berubah menjadi emas putih, tapi tidak akan merubah perunggu tersebut. Sama halnya semakin cepat dia sampai di atas, maka akan semakin cepat pula jatuhnya.
Karna      : Engkau mengetahui rahasia atas kelahiranku, Bhisma Yang Agung. Tapi apakah engkau tahu rahasia hidupku? Ketika seluruh masyarakat menolak seseorang, seluruh kehidupannya tampak seperti kematian baginya. Seseorang yang tenggelam di sungai mencoba meraih pundak buaya untuk keselamatannya. Ketika seluruh masyarakat menolak seseorang, dia tidak bisa membedakan mana yang boleh dan tidak boleh.
Bhisma   : Aku tahu itu, Anakku. Benih kecambah akan tumbuh dengan baik tergantung dimana kita menanamnya. Tempatnya tidak dapat diganti. Ini adalah kemalanganmu. Bahwa kamu telah menemukan tempat diantara orang-orang jahat itu. Dan kemalanganmu telah menjadi kemalangan bagi seluruh masyarakat.
Seandainya saat itu, di kompetisi itu aku menerimamu sebagai kesatria daripada anak kusir, maka saat ini situasinya akan berbeda. Selama masa weda, sistem kasta dalam masyarakat didasarkan atas perbuatan dan kemampuan seseorang. Saat itu, apakah dia mendapatkan status kelahirannya tidaklah berarti apa-apa. Ini adalah dosa yang dilakukan oleh pejabat sepertiku. Aku tidak menyalahkanmu, Anakku.
Sekarang setelah mengetahui semuanya, kamu dapat menjauhkan diri dari perang ini, Anakku.
Karna          : Itu tidak mungkin, Bhisma Yang Agung. Temanku telah memberiku alasan untuk tetap hidup. Dengan menjauhinya aku tidak ingin menjadi penyebab kematiannya.
Bhisma       : Lakukanlah apa yang menurutmu benar. Takdir akan membuka jalannya sendiri, Anakku. Kita setuju ataupun tidak, tidaklah berarti apa-apa. Aku tidak dapat memberikan restuku agar kamu mendapatkan kemenangan. Tetapi jika kamu meminta restu lainnya maka akan aku lakukan untukmu.
Karna      : Aku hanya minta satu restu, Bhisma Yang Agung. Seumur hidupku, aku berjuang untuk mendapatkan penghormatan. Setelah kematianku, aku ingin namaku mendapat penghormatan dari seluruh masyarakat. Hanya itu yang aku minta.
Bhisma     : Seseorang bisa mendapatkan penghormatan melalui kekayaannya. Kadang-kadang juga diperoleh melalui kepandaiannya. Tetapi melalui restu seseorang tidak bisa mendapatkan penghormatan, Anakku. Jika kamu mengharapkan penghormatan maka jadilah pemenang dan berusaha tidak mati. Seseorang bisa di bunuh melalui penghianatan dan penyangkalan. Tetapi untuk menjadi seorang pemenang, maka dia harus mempunyai kemampuan. Hanya itu caramu mendapatkannya, Anakku. Inilah restuku padamu. Jika kamu yakin akan kemampuanmu dan tidak menggunakan cara-cara penghianatan serta tipu muslihat, kamu akan mendapatkan penghormatan itu.

Lihatlah adikku, Arjuna kemalangan dari saudaramu ini. Jika benar dia mengakuiku sebagai kakak tertua dari Pandawa, bukankah aku memiliki hak di sebagian doanya? Tapi baiklah, dia bicara benar. Takdir akan membuka jalannya sendiri. Semuanya telah digariskan, baik itu kemenanganmu, pembebasan daerah Arya, musnahnya dinasti Kuru dan Yadawa, juga kematianku.