Minggu, 29 November 2020

SELALU KAMU

Kukira, dicintai dan mencintaimu bisa begitu sederhana

Tapi nyatanya, perasaan bukanlah hal yang remeh

Kehidupan bukan sintesa yang receh

Dan hal paling luar biasa yang kuinginkan darimu adalah menggenggam tanganku,

bahkan meski matahari ada di tangan lainnya

Tetap berbaring memelukku, biarpun seluruh dunia adalah aku

Tetap berdiri disampingku tanpa ragu

Karena yang selalu kuinginkan hanya kamu

Kamu yang bersinar dengan caramu

Yang tersenyum lembut seolah garis napasku tersambung disana


Minggu, 03 Mei 2020

UNIQUE STORY



Kupanggil kau samudera.

Identitas yang kuberikan tanpa sengaja. Tapi kini, seolah menjadi satu-satunya kenangan yang tersisa dari pria dengan mata sebening embun pagi itu. Pria yang tertemui tanpa rencana, tapi sempat mampir di beranda ruang kosong hatiku.

Seperti hadirnya, perginya pun tanpa rencana. Meski keduanya kurasakan dengan senyata-nyatanya. Tak ada sedih ataupun luka dari keduanya. Hanya penerimaan yang tanpa rencana, meski belum sampai pada kelas ikhlas. Tapi, itu tidak lebih dari keserakahanku sebagai manusia. Sama sekali bukan karena ia hadir dengan luka atau kecewa untukku.

Dia seperti embun pagi, membuatku tersenyum sejenak. Merasakan kesegaran pagi yang menyejukkan hari. Namun, pada akhirnya sinar mentari menghapus titik embun dan membawaku pada kenyataan. Dia bukan milikku. Dia hanya datang, lalu pergi.

Sesederhana itu.

Seperti kata pertama yang kudengar darinya, 'suwayya' perlahan. Dia datang perlahan, dan berlalu dengan lebih perlahan. Tanpa plot, tanpa drama. Akupun belajar darinya. Perlahan meski tak pasti, menarik batas diri sendiri. Menjauh tanpa permisi.

Aku sadar, telah berbuat kesalahan. Menyebut ia dalam doa, ketika aku bahkan tak yakin tentang dirinya. Aku sadar, aku hanya putus asa. Lantas lupa cara berucap syukur.

Ya Rabb, Engkau tahu yang terbaik. Engkau telah rencanakan hidupku dengan sempurna. Ijinkan aku berserah, dan mengikhlaskan semuanya. Tetapkan hatiku, hanya pada IradahMu. Bahkan meski itu sakit, aku yakin ia akan berbuah manis. Bukankah beberapa pohon membutuhkan sayatan sebelum berbunga dan berbuah?

Samudera, kau memang air. Dan aku adalah tunas yang hampir mengering. Tapi mungkin saja, bukan airmu yang berlimpah yang kutunggu. Barangkali ada bahagia di hati yang lain untuk kita. Terima kasih karena telah hadir, meski bukan untuk tinggal. Terima kasih, untuk mengajariku melepas tanpa terluka. Terima kasih telah memberiku sejuk, meski hanya sejenak.

Samudera, maybe I once loved you. I'm not sure. But I'm sure, I will always remember you. Remember you as a unique story in my life. Thanks a lot.

 

Senin, 09 Maret 2020

LELAH dan SENDIRI



Candu,
Sekali lagi aku merasa lelah dan sendiri
Mengingat setiap detail senyummu yang menenangkan tapi kini menyesakkan
Rasanya ingin mati di setiap waktunya
Tapi bahkan kematian enggan menjemputku rupanya
Mungkin aku memang disiapkan untuk terluka
Kemarin dan saat ini
Lantas besok?
Entahlah,
Segalanya samar seperti cintamu
Tak pernah kuteguk manisnya
Tapi kurasakan setiap lukanya

Candu,
Jika suatu hari nanti kita berjumpa di persimpangan
Bisakah kau menyapaku dan menggenggam tanganku?
Sebentar saja, takkan lama
Siapa tahu aku akan mati setelahnya
Dan itu akan jadi hari pembebasanku darimu
Karena bahkan dalam mimpi kau tak pernah melakukannya

Candu,
Aku lelah
Dan aku tak ingin sendiri
Tapi juga tak mungkin kau temani
What a fool I am . . .?

Kamis, 16 Januari 2020

HARUSNYA


Dan terjadi lagi.
Kesalahan yang sama terulang kembali
Apa aku tak pernah belajar?
Betapa rasa yang kurang ajar terus saja berakar
Candu, tak bisakah kau pergi saja dari hatiku?
Tak perlu kau minta alasanku
Karena hidupku hanya akan tergugu
Menangis senyap menahan rindu
Sedang kehadiran bukanlah hal yang bisa kutunggu