Sabtu, 28 September 2013

"Aku mendengar dan merasakan bebanmu, Ayah."

Suatu ketika, ada seorang anak perempuan yang bertanya kepada ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai keriput dengan badan yang terbongkok-bongkok, disertai suara batuk-batuknya.
Anak perempuannya itu bertanya pada ayahnya : "Ayah, mengapa wajah ayah kian berkerut-kerut dan berkedut-kedut. Badan ayah yang kian hari kian membongkok ?" Demikian pertanyaannya.
Ayahnya menjawab : "Sebab ayah lelaki." Itulah jawaban ayahnya. Anaknya itu tergamam : "Saya tidak mengerti." Dengan berkerut mendengar jawaban dari ayahnya.
Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak perempuannya itu, menepuk-nepuk bahunya, kemudian ayahnya berkata : "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang lelaki." Demikian bisik ayahnya, yang membuat anak gadisnya bertambah kebingungan.
Karena perasaan ingin tahu , kemudian anaknya itu menghampiri Ibunya lalu bertanya kepada Ibunya : "Ibu, mengapa wajah ayah semakin hari semakin berkerut dan berkedut? Dan badannya kian hari kian membongkok? Ayah tidak mengeluh pun dengan keadaannya yang membongkok itu.
Ibunya menjawab : "Anakku, jika seorang lelaki yang benar-benar bertanggung-jawab terhadap keluarga memang akan jadi begitu ." Hanya itu jawaban si ibu.
Anak perempuannya itu pun beranjak dewasa, tetapi dia tetap saja tak mengerti, mengapa wajah ayahnya yang tadinya tampan menjadi berkerut-kerut dan badannya menjadi bongkok ?
Hingga pada suatu malam, dia bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu kalimat sebagai jawaban atas pertanyaannya selama ini.
"Saat Kuciptakan lelaki, aku menjadikannya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tulang belakang dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan berusaha untuk menahan setiap hujungnya, agar keluarganya merasa aman, teduh dan dilindungi."
"Kuciptakan bahunya yang kekar dan berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya."
"Kuberikan kodrat kepadanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari titis keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak kelaparan, walaupun seringkali dia mendapat cercaan dari anak-anaknya."
"Kuberikan keperkasaan dan mental yang teguh yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan dihembus angin, dia relakan tenaga perkasanya demi keluarganya, dan yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya."
"Kuberikan kesabaran dan ketekunan yang akan membuat dirinya sentiasa berusaha membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerapkali menyerangnya."
"Kuberikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, didalam keadaan dan situasi apapun juga, walaupun anak-anaknya selalu melukai perasaannya, melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kekuatan apabila dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi dan saling mengasihi sesama saudara.
"Kuberikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengertian dan kesadaran terhadap anak-anaknya tentang perlunya menuntut ilmu untuk bekalan masa hadapan, walaupun seringkali ditentang oleh anak-anaknya."
"Kuberikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan menyadarkan, bahawa Isteri yang baik adalah Isteri yang setia terhadap suaminya, Isteri yang baik adalah Isteri yang senantiasa menemani, dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Isteri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar dan saling melengkapi serta saling menyayangi."
"Kuberikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti, bahawa Laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya bisa hidup didalam keluarga sakinah dan badannya yang terbongouk-bongkok agar dapat membuktikan, bahwa sebagai Laki-laki yang bertanggung jawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, demi kelangsungan hidup keluarganya."
"Kuberikan kepada lelaki tanggungjawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang belakang, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh lelaki, walaupun sebenarnya tanggungjawab ini adalah amanah di dunia dan akhirat."
Terbangun anak perempuannya itu, dan segera dia berlari, bersuci, berwudhu dan melakukan solat malam hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik ayahnya yang sedang berzikir, ketika ayahnya berdiri anaknya itu mencium tangan ayahnya.
"Aku mendengar dan merasakan bebanmu, Ayah."

CINTA SUAMI

Usianya sudah tidak terbilang muda lagi, 60 tahun. Orang bilang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, tapi dia masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Dikaruniai 4 orang anak.
Dari isinilah awal cobaan itu menerpa, saat istrinya melahirkan anak yang keempat. tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ketiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnya pun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari sebelum berangkat kerja Sang suami sendirian memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi dan mengangkat istrinya ke tempat tidur. Dia letakkan istrinya di depan TV agar istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya sudah tidak dapat bicara tapi selalu terlihat senyum.
Untunglah tempat berkantor Sang suami tidak terlalu jauh dari kediamannya, sehingga siang hari dapat pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya adalah jadwal memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa menanggapi lewat tatapan matanya, namun begitu bagi Sang suami sudah cukup menyenangkan. Bahkan terkadang diselingi dengan menggoda istrinya setiap berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan Sang suami lebih kurang 25 tahun. Dengan penuh kesabaran dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka. Sekarang anak- anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah.
Pada suatu hai, saat seluruh anaknya berkumpul di rumah menjenguk ibunya –karena setelah anak-anak mereka menikah dan tinggal bersama keluarga masing-masing– Sang suami memutuskan dirinyalah yang merawat ibu mereka karena yang dia inginkan hanya satu ‘agar semua anaknya dapat berhasil’.
Dengan kalimat yang cukup hati-hati, anak yang sulung berkata: “Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak……bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu.”Sambil air mata si sulung berlinang. “Sudah keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini, kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”. Si Sulung melanjutkan permohonannya.
”Anak-anakku…Jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi, tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih dari cukup,dia telah melahirkan kalian….*sejenak kerongkongannya tersekat*… kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun.
Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini?? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah batin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya seperti sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit.” Sang suami menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anaknya
Sejenak meledaklah tangis anak-anak lekaki tua tersebut, merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata sang istri, dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu.

 “Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian itu adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan batinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 anak yang lucu-lucu. Sekarang saat dia sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama, dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit…”

HATI SANG AYAH

Coba sejenak kau lihat raut keletihan di wajah ayahmu. lihatlah helai rambut yang memutih di kepalanya dan kau akan melihat betapa ayahmu telah bekerja membanting tulang dan menguras keringat demi membesarkan, merawat, menyayangi dan menjagamu. dan dibalik ketidaknyamananmu, ada sebuah cinta yang selalu menjadi pelindungmu. 
Coba kau katakan sekali saja, ”Aku sayang sama ayah” , maka kau akan melihat guratan senyum kebahagiaan dari raut bibirnya yang mungkin tidak pernah kau lihat sebelumnya. Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya, akan sering merasa kangen sekali dengan ibunya. lalu bagaimana dengan ayah? 
Mungkin karena ibu lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata ayah-lah yang mengingatkan ibu untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, ibu-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang ayah bekerja dan dengan wajah lelah ayah selalu menanyakan pada ibu tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?
Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil. ayah biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. dan setelah ayah mengganggapmu bisa, ayah akan melepaskan roda bantu di sepedamu… kemudian ibu bilang : “ jangan dulu ayah, jangan dilepas dulu roda bantunya ” , ibu takut putri manisnya terjatuh lalu terluka. tapi sadarkah kamu? bahwa ayah dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya pasti bisa.
Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, ibu menatapmu iba. tetapi ayah akan mengatakan dengan tegas : “boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang” tahukah kamu, ayah melakukan itu karena ayah tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?
Saat kamu sakit pilek, ayah yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata : “sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!”. berbeda dengan ibu yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut. ketahuilah, saat itu ayah benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.
Ketika kamu sudah beranjak remaja. kamu mulai menuntut pada ayah untuk dapat izin keluar malam, dan ayah bersikap tegas dan mengatakan: “ tidak boleh !”. tahukah kamu, bahwa ayah melakukan itu untuk menjagamu ? karena bagi ayah, kamu adalah sesuatu yang sangat – sangat luar biasa berharga. setelah itu kamu marah pada ayah, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu. dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah ibu.
Tahukah kamu, bahwa saat itu ayah memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya, bahwa ayah sangat ingin mengikuti keinginanmu, tapi lagi-lagi dia harus menjagamu?
Ketika seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, ayah akan memasang wajah paling cool sedunia. ayah sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu. sadarkah kamu, kalau hati ayah merasa cemburu?
Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan ayah melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya. maka yang dilakukan ayah adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir. dan setelah perasaan khawatir itu berlarut-larut. ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati ayah akan mengeras dan ayah memarahimu. sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti ayah akan segera datang? “bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan ayah.”
Setelah lulus sma, ayah akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang dokter atau insinyur. ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan ayah itu semata-mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti. tapi toh ayah tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan ayah.
Ketika kamu menjadi gadis dewasa. dan kamu harus pergi kuliah dikota lain. ayah harus melepasmu di bandara. tahukah kamu bahwa badan ayah terasa kaku untuk memelukmu ? ayah hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini-itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. padahal ayah ingin sekali menangis seperti ibu dan memelukmu erat-erat.
Yang ayah lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”. ayah melakukan itu semua agar kamu kuat…. kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah ayah. ayah pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain. ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan ayah tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan. kata-kata yang keluar dari mulut ayah adalah : “Tidak…. Tidak bis !” padahal dalam batin ayah, ia sangat ingin mengatakan “Iya sayang, nanti ayah belikan untukmu”. Tahukah kamu bahwa pada saat itu ayah merasa gagal membuat anaknya tersenyum?
Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana. ayah adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. ayah akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang.
Sampai saat seorang teman lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada ayah untuk mengambilmu darinya. ayah akan sangat berhati-hati memberikan izin.. karena ayah tahu. bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.
Dan akhirnya…. saat ayah melihatmu duduk di panggung pelaminan bersama seseorang lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, ayah pun tersenyum bahagia. apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu ayah pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis ? ayah menangis karena ayah sangat berbahagia, kemudian ayah berdoa.
Dalam lirih doanya kepada tuhan, ayah berkata : “ Ya Tuhan tugasku telah selesai dengan baik…. putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik…. bahagiakanlah ia bersama suaminya…”
Setelah itu ayah hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk. dengan rambut yang telah dan semakin memutih. dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya. ayah telah menyelesaikan tugasnya. “Ayah, ayah, bapak kita… adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat. bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis… dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. . dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa ‘kamu bisa’ dalam segala hal.. semoga semua ayah di dunia selalu berbahagia.