Senin, 08 Februari 2016

Makam Dewi Reni Sekardadu, Sedati, Sidoarjo

Napak Tilas Putri Blambangan
Kenyataan bahwa cerita sejarah tak pernah tunggal merupakan hal yang lumrah. Tapi, bagaimana jadinya jika seseorang memiliki lokasi pemakaman yang lebih dari satu. Hal itulah yang diyakini atas keberadaan Makam Dewi Sekardadu, Ibunda Sunan Giri. Beberapa versi menyebutkan ada sekitar tiga hingga tujuh makam, dimana dua diantaranya diyakini ada di Kab Sidoarjo. Seperti apakah?

Lokasinya sangat sunyi. Berada di tengah area tambak yang akan nampak sebagai hamparan tanah gersang saat musim kemarau. Satu-satunya kebisingan yang terdengar dari tempat itu adalah suara deru pesawat yang lepas landas. Karena lokasinya memang tepat berada di sisi timur Bandara Juanda Sidoarjo. Tepatnya di Desa Gebang Kec Sedati Kab Sidoarjo.
Di tempat inilah, diyakini-setidaknya oleh masyarakat sekitar sebagai makam Dewi Sekardadu. Dengan sebutan lengkap, Buyut Mas Ajeng Dewi Reni Sekardadu. Seorang Putri dari Kerajaan Blambangan yang juga merupakan ibunda dari salah seorang penyebar Agama Islam di Jawa, Raden Ainul Yaqin atau Sunan Giri.
Lokasi lainnya di Kab Sidoarjo yang juga diyakini sebagai Makam Dewi Sekardadu, dan cukup dikenal adalah makam yang berada di Dusun Kepetingan Desa Sawohan Kec Buduran. Namun sebagaimana sebuah legenda, setiap masyarakat di suatu wilayah memiliki keyakinan akan kebenaran versi ceritanya sendiri, yang telah diwariskan secara turun temurun.
Pada makam yang berada di Desa Gebang, selain makam Dewi Sekardadu juga terdapat dua makam lain, yaitu makam Mbah Tandur dan Mbah Sukiyan. Dua tokoh yang diyakini sebagai orang yang telah mbabat alas (Membuka lahan, red) Desa Gebang. Sekaligus yang berjasa menolong Dewi Sekardadu ketika terdampar di tepi pantai sebelum kemudian meninggal dan dimakamkan.
“Tempat ini memang tidak banyak orang yang tahu. Bahkan meskipun saya sudah sering didatangi stasiun TV, sampai Dinas Purbakala Kab Sidoarjo. Informasi mengenai tempat ini tetap saja sangat jarang dan hampir tidak ada,” ujar sang Juru Kunci Makam, yang biasa dipanggil Mbah Kaseran.
Namun terlepas dari ketidakpopuleran lokasi makam, kunjungan peziarah dari berbagai kota di seluruh Indonesia masih kerap ada. Khususnya pada hari-hari tertentu, misalnya pada malam Jumat Legi. Berbeda dengan lokasi makam lainnya, yang memang telah dikenal sebagai destinasi ziarah. Para peziarah yang datang ke makam ini umumnya mendapat informasi mengenai keberadaan makam dari para kyai atau ulama dari berbagai daerah. Sebuah bukti bahwa tidak butuh popularitas bagi suatu tempat untuk dikunjungi. Karomah si pemilik tempat akan menjadi magnet tersendiri bagi setiap orang yang berburu berkah sang wali.
Demikian halnya yang diyakini Mbah Kaseran, serta umumnya masyarakat Desa Gebang akan nilai keramat dari ketiga makam tersebut. Bahkan, masyarakat disana juga memiliki tradisi menggelar kenduren bersama di makam setiap kali memiliki hajat tertentu. Selain sebagai wujud syukur atas limpahan rahmat dari Yang Maha Kuasa, kenduren tersebut juga dimaksudkan sebagai doa untuk keselamatan sekaligus berbagi dengan sesama. Dimana anak-anak menjadi bagian penting yang harus hadir setiap kali diadakan kenduren.
“Buyut Reni sangat menyukai anak-anak. Bahkan diyakini pada waktu-waktu tertentu secara ghoib di tempat ini terlihat anak-anak tengah bermain,” jelas Mbah Kaseran dengan sebutan khasnya untuk Dewi Sekardadu.
Keistimewaan lainnya, dikisahkan para tentara yang kerap melakukan latihan terjun payung di sekitar lokasi makam. Mereka mengakui, bahwa lokasi makam tidak bisa terdeteksi dari atas. Bahkan lokasi yang notabenenya wilayah pertambakan, jusrtu nampak sebagai hutan belantara. Termasuk adanya sumur panguripan yang dipercaya berada di sekitar lokasi makam, dan berkhasiat penyembuhan.
“Menurut cerita tetua dulu memang ada sumur itu. Cuma apakah sumur yang dimaksud adalah sumur yang ada di sisi timur makam atau bukan saya sendiri juga tidak yakin. Hanya saja memang sering orang datang dan minta air dari sumur tersebut,” kisah Mbah Kaseran.
Putri Blambangan yang Malang
Kisah mengenai Dewi Sekardadu bermula dari Kerajaan Blambangan, Banyuwangi, pada masa pemerintahan Prabu Minak Sembayu. Dewi Sekardadu, Putri Prabu Minak Sembuyu yang cantik jelita menderita penyakit sangat berat. Segala macam upaya sudah dicoba, tabib-tabib terkenal sudah bekerja, tapi sia-sia. Raja yang putus asa akhirnya menggelar sayembara. Bahwasannya, barangsiapa yang bisa menyembuhkan penyakit Dewi Sekardadu, jika perempuan akan dipersaudarakan dengan sang putri. Sedangkan jika laki-laki akan dinikahkan dengan Dewi Sekardadu.
Singkat cerita, dari semua orang yang datang dan mengikuti sayembara, hanya ada satu orang yang terbukti sanggup menyembuhkan penyakit Dewi Sekardadu. Orang tersebut tidak lain adalah Maulana Ishaq, putra dari Syekh Jumadil Kubro, ulama asal Samarkand yang tengah berdakwah di Tanah Jawa.
“Versi lain menyebut bahwa kedatangan Maulana Ishaq diundang Prabu Minak Sembayu, berdasar wangsit yang diterima dalam mimpi. Bahwa yang bisa menyembuhkan Dewi Sekardadu hanyalah Maulana Ishaq, seorang ulama muslim yang kala itu tinggal di Gresik” tutur Mbah Kaseran.
Sebagaimana janji sayembara, lanjut Mbah Kaseran, Dewi Sekardadu pun dinikahkan dengan Maulana Ishaq. Namun ketegangan mulai muncul akibat perbedaan keyakinan Maulana Ishaq dengan agama mayoritas yang dianut di Kerajaan Blambangan. Intrik politik dari orang-orang yang tidak menyukai kehadiran Maulana Ishaq pun menjadikan perseteruan semakin meruncing. Sampai akhirnya, Maulana Ishaq memutuskan mengalah dan meninggalkan Kerajaan Blambangan. Sementara ketika itu, Dewi Sekardadu tengah hamil tua.
Masalah tidak berhenti dengan kepergian Maulana Ishaq. Saat putra Dewi Sekardadu lahir, petinggi kerajaan yang haus akan kekuasaan pun menculik bayi tersebut. Sang bayi kemudian ditempatkan di sebuah peti dan dilarung ke laut. Mengetahui bayinya dibuang ke laut, Dewi Sekardadu berupaya mengejar peti yang berisikan putranya tersebut.
“Dalam pencariannya inilah beliau singgah di beberapa tempat termasuk di Dusun Ketingan, Sidoarjo. Disana beliau sempat melakukan tirakatan. Mungkin itu sebabnya disana juga ada petilasan yang juga diyakini sebagai makam Dewi Sekardadu,” terang Mbah Kaseran memperkirakan.
Namun kisah Dewi Sekardadu ini punya banyak versi. Beberapa tempat seperti Gresik dan Lamongan, juga diakui sebagai makam Dewi Sekardadu. Entah versi mana yang valid. Namun di setiap daerah, keberadaan makam sang putri telah menciptakan tradisi lokal yang melekat kuat di masyarakat. Nyadran di Dusun Ketingan, Kenduren di Desa Gebang, dan tradisi lokal lainnya.

“Versinya banyak, dan kalau ditanya dimana makamnya yang asli. Setiap orang akan meyakini di tempat merekalah yang asli. Seperti halnya saya yakin, kalau yang dimakamkan disini adalah Dewi Sekardadu, Ibu dari Sunan Giri,” terang Mbah Kaseran yakin. (hay)

Dra Putri Hayuningtyas, MPd, Guru Inovatif tingkat Nasional 2015

BERINOVASI UNTUK LESTARIKAN BAHASA DAERAH


Tidak banyak orang yang memiliki passion di suatu bidang, berdedikasi sekaligus berprestasi di bidang yang sama. Putri Hayuningtyas, satu dari yang sedikit tersebut. Berawal dari kesulitan mengajarkan kepenulisan huruf Jawa, ia berhasil meraih penghargaan sebagai Guru Inovatif tingkat nasional 2015. Bahkan, inovasi yang dibuatnya pun sanggup mengubah anggapan sulitnya belajar bahasa Jawa. Seperti apakah?

Sebagaimana seorang guru, kesehariannya diisi dengan kesibukan memberikan pembelajaran pada anak didiknya. Saat ditemui medio Desember lalu, Putri-sapaannya nampak sibuk di meja kerjanya. Sesekali terlihat sekelompok siswa-siswi mengerubunginya. Salah satu diantaranya nampak terbata-bata mengucapkan beberapa patah kalimat Bahasa Jawa Krama. Lalu dengan sekilas gelengan, si anak kembali ribut dengan teman-temannya, menyadari bahwa bahasa yang digunakan dianggap tidak tepat oleh Putri, Guru Bahasa Jawanya.
Pemandangan tersebut menjadi semakin menarik ketika mereka justru sibuk berdebat seolah tidak memperdulikan Putri yang tersenyum geli melihat tingkah pola mereka. Setelah meralat beberapa kata yang digunakan, mereka akhirnya memutuskan mencari lebih banyak bantuan karena Putri kembali menggeleng tidak setuju.
“Saya memang membiasakan mereka untuk memakai bahasa Jawa ketika berbicara dengan saya. Itu tadi mereka sebenarnya minta ijin lihat nilai UAS, tapi mereka menggunakan kata-kata yang tidak tepat,” ujar Putri sembari mempersilahkan Puspa duduk di salah satu kursi di ujung ruangan.
Bahasa Jawa, ataupun bahasa daerah pada umumnya memang menjadi sangat tidak popular saat ini. Di kalangan anak muda, campuran Bahasa Indonesia dan bahasa asing menjadi lebih familiar dipakai dalam keseharian. Padahal, Bahasa Jawa selayaknya  menjadi bahasa ibu yang menunjukkan identitas seseorang. Karenanya tidak salah, jika Putri akhirnya memutuskan mengambil Bahasa Jawa sebagai konsentrasi pendidikan strata satunya.
Pertimbangannya, bahwa menjadi Guru Bahasa Jawa terbilang langka. Di Jatim, Guru Bahasa Jawa jumlahnya masih relatif sedikit. Sehingga peluangnya pun akan lebih besar. Alasan lainnya, bahwa jika kemudian dia mengajar, tidak mungkin ia akan ditugaskan diluar Jawa. Bahkan di Jatim, sekalipun ada pulau Madura ia juga tidak akan ditugaskan kesana untuk mengajar Bahasa Jawa.
Mengawali karir kependidikan di SMP 1 Sukodadi Lamongan, selama dua tahun Putri menjalani keseharian PP Surabaya-Lamongan yang berjarak hampir 52 km. Hingga kemudian ia memutuskan mutasi ke Surabaya dan ditempatkan di SMPN 4 Surabaya. Di sekolah ini, istri Gatot Eko Widyanto tersebut mengajar hingga 23 tahun. Selanjutnya tepat pada Juli tahun 2013, ia secara resmi dimutasikan ke SMPN 10 Surabaya yang merupakan almamaternya.
“Lika-liku menjalani profesi guru saya jalani. Mulai dari sulitnya mencari sekolah untuk mutasi saya dari Lamongan karena ingin lebih dekat dengan keluarga. Kesulitan ketika mengajar, dan lain sebagainya. Sampai kemudian lomba inovasi pembelajaran yang membawa saya meraih juara I tingkat nasional. Subhanallah, ini benar-benar karunia Allah,” tutur Putri berlinang air mata haru bercampur bahagia.

Inovasi Pembelajaran
Inspirasi awalnya justru datang ketika ia mengalami kesulitan dalam mengajarkan kepenuliasan huruf pallawa ketika masih mengajar di SMPN 4 Surabaya. Padahal pembelajaran Bahasa Jawa seharusnya telah diberikan sejak anak di bangku sekolah dasar. Kenyataan itu, memaksa Putri memikirkan metode yang tepat agar anak didiknya bisa menghafal bentuk aksara Jawa yang jumlahnya mencapai 40 karakter.
 “Huruf Jawa itu punya 20 karakter aksara inti dan 20 karakter pasangannya. Saat mengajar, saya tidak memulainya berdasarkan urutan ha-na-ca-ra-ka, melainkan dengan mengelompokkan pasangan huruf Jawa menjadi enam kelompok,” tutur alumnus SPG I Surabaya tahun 1987 tersebut.
Pengelompokan tersebut terdiri dari kelompok pertama adalah kelompok huruf dan pasangan yang memiliki bentuk yang sama. Kedua, kelompok huruf dan pasangan dengan bentuk mirip. Ketiga, kelompok huruf dan pasangan yang hilang bagian depannya. Keempat, Kelompok yang hilang bagian belakangnya. Kelima, kelompok dengan penulisan mudah, dan keenam, kelompok dengan penulisan sulit.
“Target saya, dengan pengelompokkan ini anak harus sudah hafal dalam hitungan 5-10 menit. Jadi, dalam satu kali pertemuan, ke-40 huruf Jawa ini sudah dapat mereka hafalkan,” imbuh Putri.
Metode tersebut memerlukan kerja sama antara guru dan siswa. Saat guru mengenalkan kelompok-kelompok tersebut, siswa diajak membayangkan bentuk, mendeskripsikan, sambil menggerakkan jari ke udara untuk menuliskan aksara yang dimaksud. Cara ini diulang-ulang agar proses menghafal menjadi lebih cepat. Jika di kelompok satu siswa belum hafal, tidak boleh pindah ke kelompok dua. Demikian seterusnya.  
Putri mencontohkan, penulisan aksara ke dua (Na) yang masuk dalam kelompok mudah. Untuk pasangan Na, Putri meminta muridnya menghafal sambil membayangkan dan mengucap kalimat ‘turun belok ke kanan”. Begitu juga ketika harus menghafal pasangan aksara Bo, siswa diminta menghafal dengan menghafal kalimat “C plunker N”.
“Itu teknik pengajaran kepenulisan. Kalau untuk penggunaan bahasanya, ya seperti tadi. Saya latih mereka untuk menggunakan bahasa jawa dalam percakapan. Lengkap dengan struktur bahasa yang harus dipakai. Kalau untuk orang yang lebih tua pakai krama inggil, dengan teman bisa ngoko alus, dan lain sebagainya,” imbuh ibu tiga anak yang berkat inovasinya tersebut, berhasil memenangi Lomba Karya Inovasi Pembelajaran Guru SMP Kelompok Sosial Budaya tahun 2015, sebagai Juara I tingkat Nasional. (nurhayati)


JADIKAN BAHASA JAWA SEBAGAI BAHASA IBU
Bahasa Jawa adalah bahasa yang agung. Bahasa yang lahir dan diciptakan leluhur bukan sekedar untuk percakapan. Didalamnya terdapat nilai luhur yang diajarkan. Hal ini nampak pada adanya strata penggunaan bahasa, tergantung pada lawan bicara. Hal itu menjadi ciri khas Bahasa Jawa, atau pada sebagian besar bahasa daerah yang tidak dimiliki bahasa lain di dunia.
“Kalau sampai ini gak ada yang ngopeni pasti akan punah. Karena tidak ada yang menggunakan. Dan saya tidak mau itu terjadi,” ujar perempuan kelahiran Jember, 01 Oktober 1963 tersebut.
Putri menyadari, bahwa kewajiban melestarikan budaya daerah termasuk bahasa bukan menjadi tugasnya seorang. Tapi ia mencoba untuk mengambil bagian dalam peran besar tersebut. Mengingat bahwa dirinya terlahir, hidup, dan dibesarkan dengan adat budaya Jawa. Jika bukan orang Jawa sendiri yang melestarikan, lalu siapa lagi, begitu Putri menganalogikan. Putri juga menceritakan, bagaimana Bahasa Jawa digunakan sebagai bahasa sehari-hari bahkan dalam pemerintahan di Republik Suriname, salah satu negara bagian Amerika Selatan.
“Mereka tidak malu menggunakan itu. Kenapa kita yang Jawa asli justru enggan menggunakannya. Itu yang saya tidak habis pikir,” imbuh Putri heran.
Karenanya, Guru Bahasa Jawa kelas VIII dan IX  SMPN 10 Surabaya tersebut berharap besar agar semua keluarga Jawa menggunakan Bahasa Jawa. Dimulai dari ibu yang merupakan guru pertama dan utama seorang anak. Bahkan sejak masih dalam kandungan.
“Bahasa Indonesia pasti akan diajarkan di sekolah. Tapi Bahasa Jawa, belum tentu guru yang mengajar memiliki latar belakang Jawa. Jika ibu menggunakan Bahasa Jawa pada anak, paling tidak membantu guru. Ada kerjasama untuk melestarikan bahasa dan  Budaya Jawa,” pungkas Putri penuh harap. (ati)

BIODATA
Nama              : Dra Putri Hayuningtyas, MPd
Alamat                        : Pakis Gunung II/43 Surabaya
Profesi             : Guru Bahasa Jawa SMPN 10 Surabaya
TTL                  : Jember, 01 Oktober 1963
Suami              : Gatot Eko Widyanto
Putra/i             :
1.      Fitri Prima Yunita, S.Kom
2.      Dimas Fauzi Dhyaksa, SE
3.      Nafi’ Laksmana Dirgayusa S.Kom
Prestasi           :
1.      Juara I Guru Inovatif tingkat Prov Jatim 2014
2.      Juara II Guru Berprestasi tingkat Kota Surabaya 2015

3.      Juara I Guru Inovatif tingkat Nasional 2015

Pandu Puji Hardini, Juara III Duta Kesehatan Remaja Prov Jatim 2015

BERUNTUNG BISA BELAJAR

Jika umumnya delegasi lomba Duta kesehatan remaja diambil dari siswa yang aktif di kegiatan kesehatan sekolah. Maka Puji, menjadi satu-satunya juara yang bahkan tidak memiliki basic sebagai tenaga kesehatan sekolah. Namun, hal itu tidak membuatnya patah arang untuk belajar dan akhirnya menjadi Juara III Duta Kesehatan Remaja Prov Jatim 2015.

Gadis belia tersebut nampak anggun dengan gaun semi kebaya berwarna Pink salem yang dikenakannya. Gurat senyum tak sedikitpun lepas darinya, kala menerima berbagai ucapan selamat atas prestasi yang diraih.
Adalah Pandu Puji Hardini, Juara III Duta Kesehatan Remaja Prov Jatim 2015. Ditemui usai Peringatan Hari Kesehatan Nasional Ke 51 sekaligus Dirgahayu Ke 71 tahun RSUD dr Soetomo di Aula Kampus C Unair, 8 Desember 2015, Puji-panggilannya masih berbicara dengan terbata-bata karena gugup. Sesekali ia harus mengatur nafas agar suaranya tidak tercekat, lantas tersenyum lega dan bangga menceritakan pengalamannya.
Puji hanyalah satu dari sekian banyak siswa di SMAN 1 Jombang. Ia bahkan mengaku tidak aktif dalam kegiatan kesehatan sekolah, seperti halnya PMR maupun UKS. Satu-satunya hal yang barangkali berkaitan dengan kesehatan hanya sang ayah yang seorang perawat. Meskipun hal itu sama sekali tidak menjadikannya terdorong untuk aktif di kegiatan kesehatan sekolah.
Sehingga ketika dirinya ditunjuk sang guru untuk mewakili sekolah dalam lomba Duta Kesehatan remaja tingkat Kab Jombang, Puji mengaku shock dan bingung. Akan tetapi dirorong keinginannya untuk bisa membanggakan kedua orang tuanya, ia pun memantapkan diri mengikuti ajang tersebut. Ia pun berusaha dengan keras belajar berbagai hal khususnya kesehatan remaja.
“Menjelang pemilihan 10 besar saya sempat pesimis, kalau saya tidak mungkin masuk. tapi mengejutkan, ternyata salah terpilih sebagai salah satunya,” ujar Puji mengisahkan.
Kini, setelah berhasil meraih juara, Puji bertekad bahwa usahanya tidak akan berhenti sampai disini. Putri pasangan Mujianto dan Hariati tersebut berharap, bisa menjadi kader perubahan bagi remaja. Khususnya di Kab Jombang, ia bersama dengan dinas kesehatan terkait dan lembaga swadaya yang peduli terhadap kesehatan akan turut mensosialisasikan tentang pentingnya menjaga kesehatan bagi remaja.
Masih maraknya kasus HIV/AIDS, Narkoba, hingga kenakalan remaja menjadi indikasi bahwa remaja belum sepenuhnya memiliki kepedulian yang tingga terhadap kesehatan dirinya. Sehingga tugasnyalah sebagai duta kesehatan remaja untuk bisa membaur ke masyarakat. Sehingga secara tidak langsung mensosialisasikan mengenai kesehatan, serta bagaimana mencegah hal-hal yang berkaitan dengan penularan penyakit dan lain sebagainya.
“Saya pikir saya cukup beruntung bisa menjadi bagian Duta Kesehatan Remaja. Saya banyak belajar dari teman-teman di kab lain yang mereka lebih menguasai materi-materi terkait kesehatan. Hal itu menjadi tambahn pengetahuan bagi saya untuk bisa menjalankan tugas saya sebagai Duta Kesehatan remaja,” tutur Puji penuh bangga. (ati)


BIODATA
Nama              : Pandu Puji Hardini
Alamat            : Dsn Kemuning Desa Tanggungan Kec Gudo Kab Jombang
Sekolah            : Kelas XI SMAN I Jombang
Ayah                : Mujianto

Ibu                   : Hariati

Waskito Budi Prayitno, Humas PPDI Prov Jatim


PAHAMI KAMI BUKAN DIKASIHANI
Apa yang terlintas dalam benak kita kala melihat seorang disabilitas? Ketidakberuntungan, ketidak berdayaan, dan rasa kasihan. Tapi pernahkah terpikir bahwa bukan rasa kasihan yang mereka minta? Ya, mereka hanya butuh dipahami bahwa mereka ada dengan segala kelebihan ditengah ‘keistimewaan’ yang mereka sandang.
Jalannya sedikit melompat di setiap langkahnya. Sesekali ia nampak berhenti mengambil nafas, sembari membetulkan posisi penyangga yang diapit di lengan kanannya. Adalah Waskito Budi Prayitno, salah seorang penyandang disabilitas akibat penyakit polio yang menyerangnya kala masih balita. Akibat penyakit tersebut, kaki kanannya tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Sehingga untuk berjalan dan beraktifitas, kerja kakinya harus tergantikan dengan tongkat penyangga.
Namun ditengah ketidakberuntungan yang dialaminya, Waskito-panggilannya tak kehilangan alasan untuk keceriaan hidupnya. Ditemui usai acara Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional 2015, di Halaman Kantor Dinas Sosial Prov Jatim, Kamis 17 Deseber 2015, ia berbaur dengan penuh canda tawa bersama para tamu undangan yang hadir. Tak jarang, ia saling melempar guyonan sembari menantikan pengumuman pemenang doorprize yang disediakan panitia hari itu.
“Saya mungkin punya kekurangan, tapi saya tidak merasa bermasalah dengan itu. Saya punya keluarga, istri, anak, pekerjaan. Semuanya berjalan baik, dan saya bersyukur atas hal itu,” ujar Waskito tetap penuh syukur.
Waskito menilai, setiap orang memiliki kelebihannya masing-masing. Terlepas apakah seseorang memiliki kekurangan fisik, Tuhan pasti memberikan kelebihan di sisi yang lain. Tidak sedikit bukti, bahwa penyandang disabilitas pun bisa memiliki prestasi yang luar biasa. Ludwig Van Beethoven seorang komponis musik terkenal dari Jerman seorang tunarungu. Hellen Keller, seorang politikus handalAmerika, kendati ia tunarungu dan tunawicara sejak bayi.
Karenanya , Waskita tidak merasa bahwa keterbatasan yang dimilikinya menjadi alasan baginya untuk tidak berkarya. Akan selalu ada hal-hal yang bisa dilakukannya untuk menjadi lebih berarti bagi dirinya sendiri maupun masyarakat. Saat ini, ia bahkan juga aktif dalam kegiatan sosial Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Prov Jatim. Melalui kegiatan ini, ia berharap bisa memfasilitasi semua orang yang memiliki keterbatasan diri sepertinya tetap bisa memperoleh ruang untuk bisa membuktikan kemampuannya.
“Kami para penyandang disabilitas tidak butuh dikasihani. Apakah semua disabilitas akan diajarkan mengasihani diri dan bermental peminta-minta. Tidak, kami hanya butuh diberikan ruang, difasilitasi sebagaimana kebutuhan kami. Karena kami juga bagian dari masyarakat,” jelas Waskita.
Itulah sebabnya dalam kesempatan tersebut, ia berharap bahwa pemerintah lebih peduli terhadap penyandang disabilitas. Bukan sekedar memberikannya bantuan materiil tapi lebih pada penyetaraan akses bagi disabilitas. Ayah tiga anak ini menjelaskan, bahwa saat ini akses pelayanan sosial bagi penyandang disabilitas masih jauh dari kata cukup. Ia mencontohkan pada angkutan umum misalnya, penyandang disabilitas hanya bisa jadi penonton tanpa bisa menjadi bagian dari sarana tersebut. Belum lagi fasilitas umum yang masih sangat jarang yang menerapkan fasilitas khusus bagi penyandang disabilitas.
“Hal ini yang saya kira merupakan PR besar pemerintah yang harus segera dilakukan. Ingat, kami juga bagian dari masyarakat, kami punya kemampuan ditengah ketidak beruntungan kami. Tinggal apakah kami diberikan ruang yang memadai atau tidak untuk membuktikan diri,” pungkas Waskito penuh semangat. (hay)


BIODATA
Nama  : Waskito Budi Prayitno
TTL      : Solo, 30 September 1960
Alamat            : Kedundung Indah Mojokerto
Istri      : Nanik
Anak    :
1.      Widya
2.      Ariani
3.      Budi


Dra Anna Eko Prapti Jonathan MM, Pj Ketua TP PKK Kab Sidoarjo

Puspanita
  
TOTALITAS JALANI TUGAS

Kesibukannya yang bejibun telah menguras waktu dan tenaganya. Namun, semangatnya untuk menjalankan tugas keseharian sebagai Ketua TP PKK Kab Sidoarjo, layak diacungi jempol. Ia pun tak segan membagi rutinitas kerja untuk bisa turun langsung ‘menyambangi’ para kadernya di grassroot. “Insyaallah, kita nikmati saja perjalanannya,” begitu ia menghibur diri.



Senja mulai temaram ketika sebuah sedan hitam berplat merah memasuki pelataran pendopo Kab Sidoarjo. Tak berapa lama, seorang perempuan dengan baju batik coklat berkerudung senada nampak keluar dari mobil. Perempuan pemilik nama lengkap Dra Anna Eko Prapti Jonathan MM tersebut merupakan Ketua TP PKK Kab Sidoarjo. Terhitung sejak 02 November 2015. Mendampingi sang suami,  Drs EC H Jonathan Judianto MMT, sebagai Pj Bupati Sidoarjo.
Saat ditemui di kediaman rumah dinas Bupati Sidoarjo, Anna-panggilannya baru saja kembali dari aktifitas kedinasannya. Sebab, sebelum menjabat sebagai Ketua TP PKK Kab Sidoarjo, ia juga adalah pegawai pemerintah di Dinas Koperasi dan UMKM Prov Jatim. Dengan jabatan sebagai Kepala Seksi (Kasie) Pengawasan dan Akuntabilitas.
Bercerita mengenai kesehariannya, lulusan STIE Ata Bodhi Iswara ini nampak sumringah dan menikmati perannya. Kendati kesibukan luar biasa mengharuskan dirinya mengeluarkan tenaga ekstra. Tak jarang, dalam sehari, ia harus bolak balik dari kantor Dinas Koperasi dan UMKM menuju desa untuk melakukan sosialisasi. Lalu kembali lagi ke kantor usai melaksanakan tugasnya.
“Pernah sempat pingsan juga sih. Mungkin karena capek dan kondisi tubuh menurun ya,” tutur Anna tanpa rasa penyesalan.
Bagi Anna, kesibukan harian sudah menjadi ritme yang biasa dalam kehidupannya. Aktifitas turun ke lapangan dan memberikan penyuluhan, sudah kerap dilakukannya. Meskipun jika berkaitan dengan kegiatan PKK, ia mengaku masih cukup baru di bidang tersebut. Perkenalannya dengan PKK dimulai tahun 1986 hingga 1990 ketika dirinya masih tinggal di Kota Probolinggo. Setelah itu, ia vakum cukup lama hingga sekitar tahun 2014, membawanya kembali terlibat dalam kegiatan PKK. Setelah sang suami diangkat menjadi Kepala Bakorwil Pamekasan.
Meski terbilang awam, Anna cukup cepat belajar dalam dua bulan kepemimpinannya. Beberapa kegiatan yang digagasnya mendapat sambutan antusias kader di daerah. Salah satunya yakni sosialisasi terkait pola asuh bagi anak autis, yang digelar pada bulan Januari lalu.
Perempuan kelahiran Jombang ini juga mengaku sangat bersyukur mendapat kesempatan berkiprah di PKK. Ia sadar bahwa PKK merupakan mitra penting pemerintah dalam mensukseskan setiap program pemberdayaan. 10 program pokok PKK telah mencakup berbagai aspek pengembangan pengetahuan, keterampilan, termasuk perekonomian masyarakat. Dimana setiap detail programnya menjadi implementasi konkrit dari upaya pemerintah untuk menciptakan masyarakat yang mandiri dan sejahtera.
“PKK itu kerjanya kompleks. Bahkan saya di Dinas Koperasi juga terbantu, artinya saling sinergi dengan PKK. Salah satunya program Pemprov membentuk satu desa satu kopwan. Rasanya, itu tidak akan sukses kalau tidak ada campur tangan PKK,” terangnya.

Bangga Kinerja PKK

Lantas bagaimana kesan pertamanya setelah menjabat sebagai Ketua TP PKK Kab Sidioarjo?
Bangga. Mungkin itulah diksi paling tepat untuk mengungkapkan perasaannya. Tak hanya kebanggan karena sang suami terpilih dari sekian banyak orang untuk mengemban amanah sebagi Bupati Sidoarjo. Rasa bangganya juga muncul setelah melihat kekompakan para kader PKK di Kab Sidoarjo.
“Setiap program tersusun dengan rapi dan dilaksanakan secara konsisten. PKK Sidoarjo juga sering sekali mendapatkan penghargaan-penghargaan. Itu di kantor PKK, banyak sekali piala yang berjejer,” terang Anna sedikit mempromosikan.
Anna juga mengaku sangat terbantu dengan sikap para kader PKK yang sangat welcome menerima kehadirannya. Sehingga, tidak butuh waktu lama baginya untuk bisa menyesuaikan diri dalam kegiatan keorganisasian PKK. Pada bulan yang sama setelah dilantik, perempuan yang juga aktif di kepengurusan DWP Prov Jatim ini langsung tancap gas mengikuti kegiatan. Pada kurun bulan November dan Desember 2015 misalnya, ia tanpa canggung mengikuti serangkaian kegiatan Posyandu dan penyuluhan gemar konsumsi ikan di Kab Sidoarjo.
Saat ini, dalam menjalankan tugasnya ia memiliki beberapa target yang ingin dicapai. Diantaranya adalah menghidupkan gerakan sadar berkoperasi dengan merintis kegiatan koperasi fungsional di tingkat kelompok pengajian. Selain itu, Anna juga bertekad menjalin kerjasama dengan stakeholder terkait untuk bisa memberikan penyuluhan maupun sosialisasi guna menambah pengetahuan kader.
“Saya kira, dua program ini saja kalau bisa kita laksanakan sangat baik. Karena program PKK yang lain juga sudah sangat banyak,” tandasnya. (nurhayati)




UTAMAKAN EFEKTIFITAS

Terbiasa dengan mobilitas tinggi, tak lantas membuat Anna mengabaikan keluarga, terutama anak-anaknya. Ibu dari empat anak ini menyadari betul pentingnya kehadiran seorang ibu bagi anak. Menyiasatinya, sedapat mungkin ia berupaya menyediakan waktu bagi mereka
Menurut Anna, kualitas pertemuan ataupun kedekatan dengan keluarga tidak diukur dari seberapa lama mereka bertatap muka. Apalagi ditengah berkembangnya teknologi seperti saat ini. Gadget kerapkali justru menjadi sekat dalam hubungan. Karena sekalipun sedang berada dalam satu tempat, masing-masing sibuk berselancar di dunia maya.
“Sekalipun sebentar, tapi jika pertemuan itu efektif, saya kira jauh lebih baik. ketimbang yang setiap hari ketemu, tapi sibuk dengan dirinya sendiri,” tutur Ibunda dari Dimas Rangga Ahimsa tersebut.
Mengutamakan efektifitas, tidak hanya tercermin dalam upayanya me-manage waktu bersama keluarga. Dalam hal posisinya sebagai Ketua PKK Kab Sidoarjo, ia menerapkan hal yang sama. Dua program yang dicanangkan membuktikan keseriusan upayanya untuk berperan aktif memajukan PKK. Kendati, jabatan yang akan diembannya tersebut relatif singkat.
Ia berharap, bahwa siapapun kelak yang akan mengomandani kegiatan PKK Kab Sidoarjo, kesejahteraan dan pemberdayaan akan tetap menjadi fokus utama program. Dalam hal ini, setiap program yang baik tetap dipertahankan dan diperkuat. Sesuatu yang kurang atau belum efektif lebih dioptimalkan.
Sebelum memungkasi perbincangan, perempuan yang menggenapkan usia pada 05 Mei tersebut juga mengaku mendapat banyak pengalaman dari jabatannya tersebut. Ia banyak belajar sesutau yang baru selama interaksinya dengan para kader di daerah. Bahkan rasa lelah harus membagi rutinitas, seolah terbayar jika program yang dilakukan bisa berjalan dengan baik.
“Yang jelas, saya sangat bersyukur. PKK benar-benar organisasi yang mulia dan sangat bermanfaat bagi masyarakat,” pungkasnya dengan penuh bangga. (ati,via)

BIODATA
Nama              : Dra Anna Eko Prapti Jonathan MM
Panggilan        : Anna
TTL                  : Jombang, 05 Mei 1960
Suami              : Drs EC H Jonathan Judianto MMT
Anak                : empat orang
1.      Dimas Rangga Ahimsa SH
2.      Ananda Satya Graha
3.      Vei Bhaskara Mustika
4.      Aisyah Fitriana Safira
Pedidikan        : STIE Ata Bodhi Iswara
Organisasi       :
1.      Kasie Pengawasan dan Akuntabilitas Dinas Koperasi dan UMKM Prov Jatim
2.      Pengurus DWP Prov Jatim
3.      Ketua DWP Bakesbangpol Prov Jatim


drg Retno Kapti D, Waka Lakhar PPT Prov Jatim

Terinspirasi untuk Mengabdi

DUNIANYA tiba-tiba berubah ketika ia mendapat surat perintah. Perintah itu berupa mutasi kerja menjadi Wakil Ketua Pelaksana Harian Pusat Pelayanan Terpadu (Waka Lakhar PTT) Jatim. Jika sebelumnya ia hanya menangani penyakit gigi, kini pasien-nya para penyandang masalah sosial. Tak jarang, perannya pun beralih menjadi psikolog yang hanya mendengarkan keluh kesah seseorang. Siapakah dia?


NAMA lengkapnya drg Retno Kapti Dosowarsanti. Kendati bergelar dokter, namun penampilannya tak seperti tenaga medis pada umumnya: berkostum putih. Baju dinas yang dikenakan justru beratribut kepolisian yang membuatnya semakin tampak berwibawa layaknya Polwan.
Ditambah pembawaannya yang tegas dan cenderung kaku, membuat orang semakin segan dengannya. Namun kesan yang cukup mengecoh itu akan sirna seketika tatkala terlibat obrolan langsung dengannya.
Puspa yang berkesempatan menemuinya di ruang kerja, medio Januari lalu membuktikan itu. Perempuan paruh baya yang menggenapkan usia pada 4 Mei ini ternyata memiliki perangai yang supel dan periang. Saat ditemui Puspa, ia bersama stafnya, tengah terlibat perbincangan dengan seorang perempuan. Obrolan santai dan penuh nuansa kekeluargaan itu menjadi salah satu keseharian yang dijalani Retno sejak ia aktif menjadi Waka Lakhar PPT Prov Jatim, September 2014. 
“Saya itu (tipe, red.) orang yang tidak bisa menyerahkan segalanya kepada anggota. Sering kali, saya harus terlibat langsung. Karena paling tidak, saya harus tahu dimana letak permasalahan dan bagaimana penanganannya,” kata Retno mengawali perbincangan.
Ia pun mengaku, saat awal bertugas di PTT, dirinya sempat dilanda kebingungan. Betapa tidak, dari seorang dokter yang hanya menganalisa penyakit, ia harus menghadapi orang-orang dengan latar belakang kasus kekerasan sosial. Padahal, dirinya sama sekali tidak memiliki latar belakang dan keahlian konseling.
Namun, panggilan tugas membuatnya berupaya menyesuaikan diri. Tak butuh waktu lama, Retno akhirnya terbiasa denga beragam  kasus kekerasan. Bahkan baru-baru ini, PPT Prov Jatim menangani langsung korban kekerasan terjadi secara masal. Dua kasus besar yang saat ini masih dalam penanganannya, yakni, kasus pembunuhan di Probolinggo dan Lumajang.

Miris Kekerasan Anak
Kasus demi kasus yang dihadapi Retno sejak menjabat sebagai Waka Lakhar PPT Prov Jatim telah membuatnya memiliki persepsi yang berbeda terhadap dunia. Dunia luar yang dulu dilihatnya aman dan tenteram, ternyata penuh dengan carut marut masalah sosial. Ditambah lagi, permasalahan tersebut bukan lagi berita yang dibaca dari media. Tapi terasa nyata karena ia berhadapan langsung dengan para korban.
Atas kondisi yang demikian itulah, ia pun kerap tergerak untuk turun langsung ke lapangan, apalagi jika dirasa stafnya menemui jalan buntu. Retno lalu mengisahkan salah satu pengalamannya. Pernah suatu ketika stafnya menghadapi kesulitan menangani masalah KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Beberapa kali utusan PPT dibuat pulang dengan kecewa karena si suami menolak berbicara dengan mereka.
Retno pun akhirnya turun tangan. Dengan sigap, ia mencoba melakukan pendekatan personal terhadap si suami. Hebatnya, si suami langsung luluh dan justru menawarkan diri untuk datang sendiri ke PPT guna kosultasi lanjutan.
Kejadian tersebut tidak sekali. Banyak kejadian serupa yang hampir terjadi setiap hari. Berdasar kalkulasi kasar, sekitar 400 kasus yang tengah dalam proses penanganan PPT Jatim tahun 2014. Jumlah itu meningkat tajam pada tahun 2015 yang mencapai 625 kasus. Jumlah tersebut belum termasuk rujukan kasus dari kab/kota se-Jatim.
“Pertama korban yang saya tangani itu anak kecil, masih TK yang dicabuli kakeknya. Saya langsung senep (mules) perut, bagaimana tidak shock, dia bahkan bisa menceritakan apa yang dialaminya,,” kenang Retno masih menyisakan keterkejutan.
Kini, kenyataan yang paling membuatnya miris adalah tingginya kasus kekerasan seksual terhadap anak. Parahnya lagi, kekerasan itu justru banyak dilakukan oleh orang terdekat. Ibu dari dua anak ini pun berpikir: apakah ini kesalahan pada sistem pendidikan, yang tidak memberikan pendidikan seksual dengan efektif dan sejak dini kepada anak.
“Memang awalnya banyak yang membuat saya shock. Tapi, semakin hari, saya semakin menyadari mulianya tugas ini, dan saya berusaha menikmatinya,” pungkas Retno. (nurhayati)


Rekan Jadi Penyemangat

BERHADAPAN langsung dengan korban kekerasan bukanlah hal mudah. Namun, waktu dua tahun telah memberikan banyak pelajaran bagi sosok yang satu ini. Salah satunya, keikhlasan pengabdian yang dilakukan rekan-rekannya yang menjadi inspirasi, sekaligus penyemangat kerjanya.
 “Kami di PPT ini cuma 11 orang. Dan kalau ditanya gaji, yang mereka dapat sangat jauh dari kata sejahtera. Tapi toh mereka enjoy. Jadi jika saya tidak bisa, saya akan malu pada diri saya sendiri,” ujar istri Heri Juli ST MM ini.
Karenanya, ia pun bertekad untuk terus mengembangkan kegiatan PPT. Di antaranya dengan mengintensifkan kerjasama dengan jejaring, merencanakan pendampingan bagi Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) kabupaten/kota di Jatim, dan mengoptimalkan upaya preventif dengan rutin menggelar sosialisasi.
Alumnus Sekolah Polisi Negara Bangsal, Mojokerto ini pun berharap agar masyarakat bisa menyampaikan kritik dan masukannya kepada PTT. Sebab, dengan kritikan dan masukan yang membangun, PTT akan bisa melakukan perbaikan dan pembenahan untuk menjadi yang lebih baik. “Kalau harapan pribadi, saya ingin sekali, pada suatu saat nanti, Bude Karwo (Ketua TP PKK Jatim, red.) bisa rawuh ke PPT ini,” katanya penuh harap. (ati)


BIODATA
Nama               : drg Retno Kapti Dosowarsanti
Alamat            : Jl Benteng Pancasila Kav I Mojokerto
TTL                 : Mojokerto, 04 Mei 1965
Jabatan                        : Wakil Kepala Pelaksana Harian PPT Prov Jatim
Suami              : Heri Juli ST MM
Anak               : dua orang
1.      Saraya Eka Sarvina ST
2.      M Rizki H


Miming Merina, S.Sos, MM, Ketua Wilayah IPEMI Jatim


HADAPI MEA DENGAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME

MEA, antara peluang dan tantangan. Karena itu, sikap pesimistis bukanlan pilihan ditengah kesempatan untuk lebih meningkatkan profesionalisme dan daya saing.

Salah satu bentuk upaya memacu semangat dan daya saing, seperti yang dilakukan para pengusaha perempuan yang tergabung dalam Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPEMI) Jatim. Organisasi perempuan yang disahkan pada Jumat, 30 Oktober 2015 ini, seolah menjadi persiapan awal bagi para pengusaha perempuan di Jatim untuk menghadapi MEA yang diberlakukan pada akhir Desember 2015.
Ketua Wilayah IPEMI Jatim,  Miming Merina, S.Sos, MM menyatakan, ada beberapa pertimbangan hadirnya IPEMI di Jatim, enam bulan berselang setelah IPEMI pusat di-launching di Jakarta pada April 2015. Yaitu, banyaknya pengusaha muslimah di Jatim yang harus diberi wadah/lembaga guna menampung kreativitas mereka agar bisa disinergikan dan dibagikan kepada lingkungan sekitarnya. Disamping juga memberikan peluang untuk saling bersilaturahmi, menambah relasi, ilmu, bahkan rejeki.
“Kami di IPEMI Jatim mempunyai slogan ‘bersinergi dan berbagi’. Disini kami memberikan ruang dan kesempatan para pengusaha muslimah untuk terus bertumbuh dan mandiri,” ujar Miming medio Januari lalu.
Miming yang kesehariannya merupakan konsultan bisnis dan managemen ini, telah banyak melakukan pendampingan kemandirian perempuan dan berbagi ilmu UKM untuk masyarakat. Selain itu, ia juga tercatat memiliki bisnis pribadi, seperti kos-kosan, rumah kontrakan, dan ruko yang disewakan bagi pedagang kaki lima (PKL).
Kaitannya dengan pemberlakuan MEA, perempuan kelahiran Surabaya ini menegaskan, hal itu janganlah dilihat sebagai sebuah kendala. Akan tetapi dibidik dari sisi positif, dimana dengan pemberlakuan MEA, para pelaku UKM harus berupaya meningkatkan kualitas produk barang/jasa yang sesuai standar MEA. Sedangkan bagi para profesional, juga harus terpacu mengikuti standardisasi sertifikasi kompetensi sesuai bidangnya.
“Adanya MEA seharusnya memacu kita untuk semakin kompeten dan professional. Karena jika tidak, maka kita akan tertinggal. Dan jika kita ingin menang, mulailah dengan membeli dan membela produk dalam negeri,” tegas Miming.
Miming juga mengingatkan kenyataan, bahwa dari semua negara yang menandatangani MEA, hanya Indonesia yang memiliki penduduk terbesar. Hal itu seyogyanya menjadi kekuatan besar bagi pengusaha Indonesia untuk bisa menang dalam persaingan. Bukan justru pasif dan berleha-leha dibanjiri produk barang/jasa dari negara lain.
Meskipun di lain pihak, Miming sadar masih banyak kendala yang harus dihadapi para pengusaha Jatim. Beberapa kendala internal seperti masih banyaknya para pelaku UKM yang tidak siap dengan pemberlakuan MEA. Ada pula yang justru memilih apatis dan enggan melakukan inovasi peningkatan kualitas produk, dengan anggapan yang biasa saja cukup. Termasuk juga pengurusan legalitas usaha yang kerapkali membuat pengusaha skala menengah kecil malas karena harus bersinggungan dengan rumitnya birokrasi.
Sementara itu, kendala ekternal yang juga menghambat kemajuan pengusaha yaitu minimnya penguasaan IT (informasi dan teknologi) di kalangan pengusaha. Padahal melalui IT akan mempermudah pengusaha untuk memperkenalkan produk lewat media sosial dan melakukan penjualan lewat  e-commerce (Perdagangan elektronik). Juga kendala pada ada/tidaknya jaminan memperoleh modal usaha pada bank atau lembaga keuangan.
“Kendala-kendala para pengusaha inilah yang coba kami wadahi dan fasilitasi lewat IPEMI Jatim. Karena kita punya kewajiban untuk menjadi pendamping UKM. Yang mendampingi mereka mulai urusan pola pikir hingga pengembangan usaha mereka agar bisa go national bahkan international,” tutur Miming.
Beberapa upaya sinergi yang dilakukan IPEMI, mulai dari mendampingi dalam seminar dan pelatihan terkait UKM, fasilitasi modal usaha dengan bunga rendah, bekerjasama dengan instansi terkait untuk sertifikasi kompetensi UKM, kunjungan ke lokasi pelaku dan pabrik UKM, hingga bekerjasama dan berkunjung dengan pengusaha luar negeri.
“Kami berharap, IPEMI mampu menjadi wadah agar teman-teman UKM terus bertumbuh tanpa adanya ketakutan dalam menghadapi MEA,” pungkas ibu satu anak yang menggenapkan usia pada 24 Mei tersebut. (ati)


BIODATA
Nama              : Miming Merina S.Sos, MM
Alamat                        : Green Mansion Regency Casanova 40 Waru Sidoarjo
TTL                  : Surabaya, 24 Mei 1970
Pekerjaan        :
1.      Konsultan Bisnis dan Managemen
2.      Pendamping UKM
3.      Pengusaha
4.      Pembicara tentang aktivitas UKM dan Kemandirian Perempuan
Organisasi       :
1.      Ketua Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPEMI) Jatim
2.      Sekretaris Forum Daerah UKM Jatim
3.      Ketua Himpunan Pengusaha Muslim Indonesia
4.      Ketua Yayasan Arsy Wahyu Bhakti

5.      Penasehat Yayasan Mutiara Bangsa Indonesia

Anik Yuliarsih, Juara I Pelaksana terbaik KB Award Prov Jatim 2015

PEMBANGUNAN BERWAWASAN KEPENDUDUKAN

         Program Keluarga Berencana (KB) tak hanya mengenai pembatasan kelahiran. Melalui KB, berbagai program kesehatan dan kesejahteraan keluarga juga dicanangkan. Di beberapa wilayah, dukungan kuat pemerintah menjadikan KB sebagai pondasi penting dalam pembangunan.


         Pembangunan berwawasan kependudukan menjadi konsep penting, ditengah semakin berkurangnya lahan produktif. Beralih fungsi menjadi menjadi lahan konsumtif, seperti perumahan, jalan raya, dan sejenisnya. Setiap daerah, tentunya memiliki pemikiran yang sama bahwa laju pertumbuhan penduduk perlu ditekan. Namun sedikit yang dengan perencanaan matang menyediakan dukungan dana maksimal untuk program KB.
         Kab Bojonegoro menjadi satu dari yang sedikit tersebut. Dana sebesar sembilan milyar per tahun dikucurkan dari APBD Kab Bojonegoro, guna mendukung kegiatan dan fasilitas program KB. Dengan dukungan dana tersebut, berbagai pelayanan KB untuk masyarakat Bojonegoro pun diberikan secara gratis.
         “Untuk semua metode kami sduah terlayani 100% lebih. Hanya KB MKJP yang vbaru sekitar 50%,” ujar Anik Yuliarsih, penggerak KB dari BPPKB Kab Bojonegoro.
         Anik-panggilannya hadir mewakili Kab Bojonegoro menerima tropi, piala, serta uang pembinaan dari Pemprov Jatim atas prestasinya sebagai Juara I pelaksana terbaik KB Award Prov Jatim 2015. Penghargaan tersebut diberikan bertepatan dengan acara peringatan hari Ibu, Hari Disabilitas Nasional, dan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional, di Gedung Negara Grahadi, 22 Desember 2015.
         Terkait inovasi, Anik menyatakan, disamping pendanaan yang optimal melalui APBD, kegiatan pelayanan KB dilakukan sebagaimana di daerah lain. Hanya jangkauan programnya yang diupayakan menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Penggratisan layanan hanya dengan menunjukkan KTP dan KK Kab Bojonegoro menjadikan masyarakat terfasilitasi dengan mudah dan nyaman. Sehingga efektifitas program KB pun bisa tercapai dengan maksimal.
         Selain itu, Pemkab Bojonegoro juga menyadari betul pentingnya pembangunan yang berwawasan kependudukan. Dengan adanya KB diharapkan, laju pertumbuhan penduduk menjadi seimbang dan terkontrol.
         “Karena kita juga khawatir akan terjadi overload jumlah penduduk. Yang imbasnya kita tidak bisa menjaga kesejahteraannya. Terlebih kita juga harus memperhitungkan daya tampung dan daya dukung sumber daya alam,” terang Anik.
         Kedepan, imbuh Anik, target terkait pengembangan program KB tidak akan lepas dari pembangunan keluarga. Ia sepenuhnya yakin bahwa dengan ber-KB akan terjadi pembangunan keluarga yang baik. Sehingga mewujudkan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Jangka panjangnya, pembangunan keluarga akan mendukung pembangunan wilayah dan bangsa menuju bangsa yang mandiri dan sejahtera.
         “Yang perlu kita ingat, bahwa dalam KB, ada empat pilar yang menjadi inti kegiatan KB itu sendiri. Seperti pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, ketahanan keluarga, hingga pemberdayaan ekonomi keluarga,” pungkas dokter kelahiran Trenggalek, 20 Juli 1961 tersebut. (ati)

BIODATA
Nama  : dr Hj Anik Yuliarsih Msi
Alamat            : Kantor BPPKB Kab Bojonegoro, Jl Pattimura No 1 Bojonegoro
TTL   : Trenggalek, 20 Juli 1961
Suami  : H Slamet Taufik, SH MM
Anak : 2 putri, 1 putra
1.      dr Arfika Wida Ekacitta
2.      Badzlina Wida Pandyattama, SH
3.      Firmansyah Taufik


Riyanto, Perusahaan Terbaik I Pembina Tenaga Kerja Wanita


INTINYA KESEJAHTERAAN PEKERJA

Perusahaan dan tenaga kerja membentuk hubungan simbiosis mutualisme. Karenanya, hubungan baik keduanya menjadi pondasi penting perusahaan untuk tetap survive. Itulah satu dari sekian banyak  kunci sukses PT Rukun Jaya Makmur yang beberapa waktu lalu didaulat sebagai Perusahaan Terbaik I Pembina Tenaga Kerja Wanita. Seperti apakah?


            Kesejahteraan, itulah yang menjadi fokus utamanya dalam menjalankan usaha. Artinya, setiap program yang dilakukan bermuara pada satu upaya, yakni mencapai dan memberikan kesejahteraan pada para pekerjanya. Adalah Riyanto, Dirut PT Rukun Jaya Makmur. Sebuah perusahaan jasa pelintingan rokok yang berlokasi di Jl Raya Bojonegoro-Cepu Km 30 Desa Kebonagung Kec Padangan Kab Bojonegoro.
            Perusahaan yang berdiri sejak tahun 1999 ini, pada akhir 2015 lalu berkesempatan memperoleh tropi dan piagam penghargaan dari Gubernur Jatim, Soekarwo. Atas prestasinya sebagai Perusahaan terbaik I Pembina Tenaga Kerja Wanita. Perhargaan tersebut diterima saat acara Peringatan Hari Ibu, Hari Disabilitas Nasional, dan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional, di Gedung Negara Grahadi, 22 Desember 2015.
            “Perasaannya tentu senang. Ini berarti bahwa upaya kami dalam mengeola usaha dinilai baik oleh pemerintah,” ujar Riyanto dengan senyum sumringah ditemui usai acara.
            Menurut Riyanto, dalam mengelola usaha, perusahaannya memiliki visi misi yang dituangkan dalam program kerja (proker). Didalam proker tersebut, tidak ada satupun poin yang melanggar tata peraturan yang telah ditetapkan pemerintah. Formulasinya adalah berupaya semaksimal mungkin agar pekerja wanita itu hidupnya sejahtera.
            “Tenaga kerja kami sebanyak 1300 orang, yang hampir 99%nya adalah perempuan. Sehingga baik dalam kebijakan maupun fasilitas, kami berupaya memberikan akses yang bagus bagi mereka,” terang suami dari Mas’udah tersebut.
            Beberapa kebijakan seperti mendaftarkan seluruh tenaga kerja program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), Gaji sesuai standar Upah Minimum Kab/Kota (UMK) ditambah sepuluh ribu, kemudahan perijinan cuti dua hari dengan gaji penuh, hingga kegiatan-kegiatan ekstra untuk pengembangan.
            Disamping itu, untuk kebutuhan khusus tenaga kerja wanita juga disediakan pojok laktasi bagi yang masih menyusui. Kedepan, perusahaan juga merencanakan adanya tempat penitipan bayi. Kendati masih terkendala perijinan. Mengingat usaha yang dikelolanya bersinggungan langsung dengan tembakau rokok.
“Sebagai sarana komunikasi aktif, kami juga rutin memberikan informasi terkait program dan kebijakan perusahaan. Termasuk jika ada keluhan dari Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI). Jika dirasa keluhan yang diampaikan itu sangat penting bagi kesejahteraan pekerja pasti segera kami tindak lanjuti,” terangnya.
Program lain yang juga dilakukan PT Rukun Jaya Makmur untuk para pekerja dan warga sekitar, yakni mengefektifkan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR). Seperti halnya menginisiasi pengadaan kredit perumahan bagi pekerja, kegiatan jambanisasi, hingga bantuan air bersih setiap musim kemarau.
“Yang jelas perusahaan sangat membutuhkan adanya tenaga kerja. Dan sebagai gantinya, perusahaan juga harus memperhatikan kesejahteraan pekerja,” pungkasnya. (hay)



BIODATA
Nama  : Drs H Riyanto
TTL      : Bojonegoro, 26 Oktober 1949
Alamat  : Jl Raya Bojonegoro-Cepu Km 30 Desa Kebonagung Kec Padangan Kab Bojonegoro
Istri      : Mas’udah
Anak    : 2 putra, 1 putri
Profesi : Dirut PT Rukun Jaya Makmur