Apa yang terlintas dalam benak kita kala melihat
seorang disabilitas? Ketidakberuntungan, ketidak berdayaan, dan rasa kasihan.
Tapi pernahkah terpikir bahwa bukan rasa kasihan yang mereka minta? Ya, mereka
hanya butuh dipahami bahwa mereka ada dengan segala kelebihan ditengah
‘keistimewaan’ yang mereka sandang.
Jalannya
sedikit melompat di setiap langkahnya. Sesekali ia nampak berhenti mengambil
nafas, sembari membetulkan posisi penyangga yang diapit di lengan kanannya.
Adalah Waskito Budi Prayitno, salah seorang penyandang disabilitas akibat
penyakit polio yang menyerangnya kala masih balita. Akibat penyakit tersebut,
kaki kanannya tidak lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Sehingga untuk
berjalan dan beraktifitas, kerja kakinya harus tergantikan dengan tongkat
penyangga.
Namun
ditengah ketidakberuntungan yang dialaminya, Waskito-panggilannya tak
kehilangan alasan untuk keceriaan hidupnya. Ditemui usai acara Hari
Kesetiakawanan Sosial Nasional 2015, di Halaman Kantor Dinas Sosial Prov Jatim,
Kamis 17 Deseber 2015, ia berbaur dengan penuh canda tawa bersama para tamu
undangan yang hadir. Tak jarang, ia saling melempar guyonan sembari menantikan
pengumuman pemenang doorprize yang disediakan panitia hari itu.
“Saya
mungkin punya kekurangan, tapi saya tidak merasa bermasalah dengan itu. Saya
punya keluarga, istri, anak, pekerjaan. Semuanya berjalan baik, dan saya
bersyukur atas hal itu,” ujar Waskito tetap penuh syukur.
Waskito
menilai, setiap orang memiliki kelebihannya masing-masing. Terlepas apakah
seseorang memiliki kekurangan fisik, Tuhan pasti memberikan kelebihan di sisi
yang lain. Tidak sedikit bukti, bahwa penyandang disabilitas pun bisa memiliki
prestasi yang luar biasa. Ludwig Van Beethoven seorang komponis musik terkenal
dari Jerman seorang tunarungu. Hellen Keller, seorang politikus handalAmerika,
kendati ia tunarungu dan tunawicara sejak bayi.
Karenanya ,
Waskita tidak merasa bahwa keterbatasan yang dimilikinya menjadi alasan baginya
untuk tidak berkarya. Akan selalu ada hal-hal yang bisa dilakukannya untuk
menjadi lebih berarti bagi dirinya sendiri maupun masyarakat. Saat ini, ia
bahkan juga aktif dalam kegiatan sosial Persatuan Penyandang Disabilitas
Indonesia (PPDI) Prov Jatim. Melalui kegiatan ini, ia berharap bisa
memfasilitasi semua orang yang memiliki keterbatasan diri sepertinya tetap bisa
memperoleh ruang untuk bisa membuktikan kemampuannya.
“Kami para
penyandang disabilitas tidak butuh dikasihani. Apakah semua disabilitas akan
diajarkan mengasihani diri dan bermental peminta-minta. Tidak, kami hanya butuh
diberikan ruang, difasilitasi sebagaimana kebutuhan kami. Karena kami juga
bagian dari masyarakat,” jelas Waskita.
Itulah
sebabnya dalam kesempatan tersebut, ia berharap bahwa pemerintah lebih peduli
terhadap penyandang disabilitas. Bukan sekedar memberikannya bantuan materiil
tapi lebih pada penyetaraan akses bagi disabilitas. Ayah tiga anak ini
menjelaskan, bahwa saat ini akses pelayanan sosial bagi penyandang disabilitas
masih jauh dari kata cukup. Ia mencontohkan pada angkutan umum misalnya,
penyandang disabilitas hanya bisa jadi penonton tanpa bisa menjadi bagian dari
sarana tersebut. Belum lagi fasilitas umum yang masih sangat jarang yang
menerapkan fasilitas khusus bagi penyandang disabilitas.
“Hal ini
yang saya kira merupakan PR besar pemerintah yang harus segera dilakukan.
Ingat, kami juga bagian dari masyarakat, kami punya kemampuan ditengah ketidak
beruntungan kami. Tinggal apakah kami diberikan ruang yang memadai atau tidak
untuk membuktikan diri,” pungkas Waskito penuh semangat. (hay)
BIODATA
Nama : Waskito Budi Prayitno
TTL :
Solo, 30 September 1960
Alamat : Kedundung Indah Mojokerto
Istri : Nanik
Anak :
1.
Widya
2.
Ariani
3.
Budi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar