Terinspirasi
untuk Mengabdi
DUNIANYA tiba-tiba berubah ketika ia mendapat surat perintah.
Perintah itu berupa mutasi kerja menjadi Wakil Ketua Pelaksana Harian Pusat
Pelayanan Terpadu (Waka Lakhar PTT) Jatim. Jika sebelumnya ia hanya menangani
penyakit gigi, kini pasien-nya para penyandang masalah sosial. Tak jarang, perannya
pun beralih menjadi psikolog yang hanya mendengarkan keluh kesah seseorang. Siapakah
dia?
NAMA lengkapnya drg
Retno Kapti Dosowarsanti. Kendati bergelar dokter, namun penampilannya tak
seperti tenaga medis pada umumnya: berkostum putih. Baju dinas yang dikenakan
justru beratribut kepolisian yang membuatnya semakin tampak berwibawa layaknya Polwan.
Ditambah
pembawaannya yang tegas dan cenderung kaku, membuat orang semakin segan
dengannya. Namun kesan yang cukup mengecoh itu akan sirna seketika tatkala terlibat
obrolan langsung dengannya.
Puspa yang berkesempatan
menemuinya di ruang kerja, medio Januari lalu membuktikan itu. Perempuan paruh
baya yang menggenapkan usia pada 4 Mei ini ternyata memiliki perangai yang
supel dan periang. Saat ditemui Puspa,
ia bersama stafnya, tengah terlibat perbincangan dengan seorang perempuan.
Obrolan santai dan penuh nuansa kekeluargaan itu menjadi salah satu keseharian
yang dijalani Retno sejak ia aktif menjadi Waka Lakhar PPT Prov Jatim, September
2014.
“Saya
itu (tipe, red.) orang yang tidak bisa menyerahkan segalanya kepada anggota. Sering
kali, saya harus terlibat langsung. Karena paling tidak, saya harus tahu dimana
letak permasalahan dan bagaimana penanganannya,” kata Retno mengawali
perbincangan.
Ia
pun mengaku, saat awal bertugas di PTT, dirinya sempat dilanda kebingungan. Betapa
tidak, dari seorang dokter yang hanya menganalisa penyakit, ia harus menghadapi
orang-orang dengan latar belakang kasus kekerasan sosial. Padahal, dirinya sama
sekali tidak memiliki latar belakang dan keahlian konseling.
Namun,
panggilan tugas membuatnya berupaya menyesuaikan diri. Tak butuh waktu lama, Retno
akhirnya terbiasa denga beragam kasus
kekerasan. Bahkan baru-baru ini, PPT Prov Jatim menangani langsung korban
kekerasan terjadi secara masal. Dua kasus besar yang saat ini masih dalam
penanganannya, yakni, kasus pembunuhan di Probolinggo dan Lumajang.
Miris Kekerasan Anak
Kasus
demi kasus yang dihadapi Retno sejak menjabat sebagai Waka Lakhar PPT Prov
Jatim telah membuatnya memiliki persepsi yang berbeda terhadap dunia. Dunia
luar yang dulu dilihatnya aman dan tenteram, ternyata penuh dengan carut marut
masalah sosial. Ditambah lagi, permasalahan tersebut bukan lagi berita yang
dibaca dari media. Tapi terasa nyata karena ia berhadapan langsung dengan para korban.
Atas
kondisi yang demikian itulah, ia pun kerap tergerak untuk turun langsung ke
lapangan, apalagi jika dirasa stafnya menemui jalan buntu. Retno lalu mengisahkan
salah satu pengalamannya. Pernah suatu ketika stafnya menghadapi kesulitan
menangani masalah KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Beberapa kali utusan PPT
dibuat pulang dengan kecewa karena si suami menolak berbicara dengan mereka.
Retno
pun akhirnya turun tangan. Dengan sigap, ia mencoba melakukan pendekatan personal
terhadap si suami. Hebatnya, si suami langsung luluh dan justru menawarkan diri
untuk datang sendiri ke PPT guna kosultasi lanjutan.
Kejadian
tersebut tidak sekali. Banyak kejadian serupa yang hampir terjadi setiap hari. Berdasar
kalkulasi kasar, sekitar 400 kasus yang tengah dalam proses penanganan PPT Jatim
tahun 2014. Jumlah itu meningkat tajam pada tahun 2015 yang mencapai 625 kasus.
Jumlah tersebut belum termasuk rujukan kasus dari kab/kota se-Jatim.
“Pertama
korban yang saya tangani itu anak kecil, masih TK yang dicabuli kakeknya. Saya
langsung senep (mules) perut, bagaimana
tidak shock, dia bahkan bisa menceritakan apa yang dialaminya,,” kenang Retno
masih menyisakan keterkejutan.
Kini,
kenyataan yang paling membuatnya miris adalah tingginya kasus kekerasan seksual
terhadap anak. Parahnya lagi, kekerasan itu justru banyak dilakukan oleh orang
terdekat. Ibu dari dua anak ini pun berpikir: apakah ini kesalahan pada sistem
pendidikan, yang tidak memberikan pendidikan seksual dengan efektif dan sejak
dini kepada anak.
“Memang
awalnya banyak yang membuat saya shock. Tapi, semakin hari, saya semakin
menyadari mulianya tugas ini, dan saya berusaha menikmatinya,” pungkas Retno. (nurhayati)
Rekan Jadi
Penyemangat
BERHADAPAN langsung dengan
korban kekerasan bukanlah hal mudah. Namun, waktu dua tahun telah memberikan banyak
pelajaran bagi sosok yang satu ini. Salah satunya, keikhlasan pengabdian yang
dilakukan rekan-rekannya yang menjadi inspirasi, sekaligus penyemangat
kerjanya.
“Kami di PPT ini cuma 11 orang. Dan kalau
ditanya gaji, yang mereka dapat sangat jauh dari kata sejahtera. Tapi toh mereka enjoy. Jadi jika saya tidak
bisa, saya akan malu pada diri saya sendiri,” ujar istri Heri Juli ST MM ini.
Karenanya,
ia pun bertekad untuk terus mengembangkan kegiatan PPT. Di antaranya dengan
mengintensifkan kerjasama dengan jejaring, merencanakan pendampingan bagi Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A)
kabupaten/kota di Jatim, dan mengoptimalkan upaya preventif dengan rutin
menggelar sosialisasi.
Alumnus
Sekolah Polisi Negara Bangsal, Mojokerto ini pun berharap agar masyarakat bisa
menyampaikan kritik dan masukannya kepada PTT. Sebab, dengan kritikan dan
masukan yang membangun, PTT akan bisa melakukan perbaikan dan pembenahan untuk
menjadi yang lebih baik. “Kalau harapan pribadi, saya ingin sekali, pada suatu
saat nanti, Bude Karwo (Ketua TP PKK Jatim, red.) bisa rawuh ke PPT ini,” katanya
penuh harap. (ati)
BIODATA
Nama : drg Retno Kapti Dosowarsanti
Alamat
: Jl Benteng Pancasila Kav I
Mojokerto
TTL : Mojokerto, 04 Mei 1965
Jabatan :
Wakil Kepala Pelaksana Harian PPT Prov Jatim
Suami : Heri Juli ST MM
Anak : dua orang
1.
Saraya
Eka Sarvina ST
2.
M
Rizki H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar