Senin, 08 Februari 2016

drg Retno Kapti D, Waka Lakhar PPT Prov Jatim

Terinspirasi untuk Mengabdi

DUNIANYA tiba-tiba berubah ketika ia mendapat surat perintah. Perintah itu berupa mutasi kerja menjadi Wakil Ketua Pelaksana Harian Pusat Pelayanan Terpadu (Waka Lakhar PTT) Jatim. Jika sebelumnya ia hanya menangani penyakit gigi, kini pasien-nya para penyandang masalah sosial. Tak jarang, perannya pun beralih menjadi psikolog yang hanya mendengarkan keluh kesah seseorang. Siapakah dia?


NAMA lengkapnya drg Retno Kapti Dosowarsanti. Kendati bergelar dokter, namun penampilannya tak seperti tenaga medis pada umumnya: berkostum putih. Baju dinas yang dikenakan justru beratribut kepolisian yang membuatnya semakin tampak berwibawa layaknya Polwan.
Ditambah pembawaannya yang tegas dan cenderung kaku, membuat orang semakin segan dengannya. Namun kesan yang cukup mengecoh itu akan sirna seketika tatkala terlibat obrolan langsung dengannya.
Puspa yang berkesempatan menemuinya di ruang kerja, medio Januari lalu membuktikan itu. Perempuan paruh baya yang menggenapkan usia pada 4 Mei ini ternyata memiliki perangai yang supel dan periang. Saat ditemui Puspa, ia bersama stafnya, tengah terlibat perbincangan dengan seorang perempuan. Obrolan santai dan penuh nuansa kekeluargaan itu menjadi salah satu keseharian yang dijalani Retno sejak ia aktif menjadi Waka Lakhar PPT Prov Jatim, September 2014. 
“Saya itu (tipe, red.) orang yang tidak bisa menyerahkan segalanya kepada anggota. Sering kali, saya harus terlibat langsung. Karena paling tidak, saya harus tahu dimana letak permasalahan dan bagaimana penanganannya,” kata Retno mengawali perbincangan.
Ia pun mengaku, saat awal bertugas di PTT, dirinya sempat dilanda kebingungan. Betapa tidak, dari seorang dokter yang hanya menganalisa penyakit, ia harus menghadapi orang-orang dengan latar belakang kasus kekerasan sosial. Padahal, dirinya sama sekali tidak memiliki latar belakang dan keahlian konseling.
Namun, panggilan tugas membuatnya berupaya menyesuaikan diri. Tak butuh waktu lama, Retno akhirnya terbiasa denga beragam  kasus kekerasan. Bahkan baru-baru ini, PPT Prov Jatim menangani langsung korban kekerasan terjadi secara masal. Dua kasus besar yang saat ini masih dalam penanganannya, yakni, kasus pembunuhan di Probolinggo dan Lumajang.

Miris Kekerasan Anak
Kasus demi kasus yang dihadapi Retno sejak menjabat sebagai Waka Lakhar PPT Prov Jatim telah membuatnya memiliki persepsi yang berbeda terhadap dunia. Dunia luar yang dulu dilihatnya aman dan tenteram, ternyata penuh dengan carut marut masalah sosial. Ditambah lagi, permasalahan tersebut bukan lagi berita yang dibaca dari media. Tapi terasa nyata karena ia berhadapan langsung dengan para korban.
Atas kondisi yang demikian itulah, ia pun kerap tergerak untuk turun langsung ke lapangan, apalagi jika dirasa stafnya menemui jalan buntu. Retno lalu mengisahkan salah satu pengalamannya. Pernah suatu ketika stafnya menghadapi kesulitan menangani masalah KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Beberapa kali utusan PPT dibuat pulang dengan kecewa karena si suami menolak berbicara dengan mereka.
Retno pun akhirnya turun tangan. Dengan sigap, ia mencoba melakukan pendekatan personal terhadap si suami. Hebatnya, si suami langsung luluh dan justru menawarkan diri untuk datang sendiri ke PPT guna kosultasi lanjutan.
Kejadian tersebut tidak sekali. Banyak kejadian serupa yang hampir terjadi setiap hari. Berdasar kalkulasi kasar, sekitar 400 kasus yang tengah dalam proses penanganan PPT Jatim tahun 2014. Jumlah itu meningkat tajam pada tahun 2015 yang mencapai 625 kasus. Jumlah tersebut belum termasuk rujukan kasus dari kab/kota se-Jatim.
“Pertama korban yang saya tangani itu anak kecil, masih TK yang dicabuli kakeknya. Saya langsung senep (mules) perut, bagaimana tidak shock, dia bahkan bisa menceritakan apa yang dialaminya,,” kenang Retno masih menyisakan keterkejutan.
Kini, kenyataan yang paling membuatnya miris adalah tingginya kasus kekerasan seksual terhadap anak. Parahnya lagi, kekerasan itu justru banyak dilakukan oleh orang terdekat. Ibu dari dua anak ini pun berpikir: apakah ini kesalahan pada sistem pendidikan, yang tidak memberikan pendidikan seksual dengan efektif dan sejak dini kepada anak.
“Memang awalnya banyak yang membuat saya shock. Tapi, semakin hari, saya semakin menyadari mulianya tugas ini, dan saya berusaha menikmatinya,” pungkas Retno. (nurhayati)


Rekan Jadi Penyemangat

BERHADAPAN langsung dengan korban kekerasan bukanlah hal mudah. Namun, waktu dua tahun telah memberikan banyak pelajaran bagi sosok yang satu ini. Salah satunya, keikhlasan pengabdian yang dilakukan rekan-rekannya yang menjadi inspirasi, sekaligus penyemangat kerjanya.
 “Kami di PPT ini cuma 11 orang. Dan kalau ditanya gaji, yang mereka dapat sangat jauh dari kata sejahtera. Tapi toh mereka enjoy. Jadi jika saya tidak bisa, saya akan malu pada diri saya sendiri,” ujar istri Heri Juli ST MM ini.
Karenanya, ia pun bertekad untuk terus mengembangkan kegiatan PPT. Di antaranya dengan mengintensifkan kerjasama dengan jejaring, merencanakan pendampingan bagi Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) kabupaten/kota di Jatim, dan mengoptimalkan upaya preventif dengan rutin menggelar sosialisasi.
Alumnus Sekolah Polisi Negara Bangsal, Mojokerto ini pun berharap agar masyarakat bisa menyampaikan kritik dan masukannya kepada PTT. Sebab, dengan kritikan dan masukan yang membangun, PTT akan bisa melakukan perbaikan dan pembenahan untuk menjadi yang lebih baik. “Kalau harapan pribadi, saya ingin sekali, pada suatu saat nanti, Bude Karwo (Ketua TP PKK Jatim, red.) bisa rawuh ke PPT ini,” katanya penuh harap. (ati)


BIODATA
Nama               : drg Retno Kapti Dosowarsanti
Alamat            : Jl Benteng Pancasila Kav I Mojokerto
TTL                 : Mojokerto, 04 Mei 1965
Jabatan                        : Wakil Kepala Pelaksana Harian PPT Prov Jatim
Suami              : Heri Juli ST MM
Anak               : dua orang
1.      Saraya Eka Sarvina ST
2.      M Rizki H


Tidak ada komentar:

Posting Komentar