Selasa, 04 November 2014

The Untold Love, Bhisma Karna


Kau hebat adikku. Langkah pertama kemenanganmu telah dimulai. Bhisma Yang Agung akhirnya mendapatkan alasan mengakhiri pergulatannya, melepas keterikatan sumpahnya, juga pembebasan atas kesalahannya.
Kelak, satu dari kami bertiga pun akan mengalaminya. Bhisma Yang Agung, Guru Drona, dan Aku hanyalah alasan bahwa perang ini akan dianggap seimbang. Meski hasil dari peperangan ini sejatinya telah digariskan.
Temanku Druyudhana, mengangkatku menjadi senopati perang menggantikan Bhisma Yang Agung yang telah kau lumpuhkan. Bukan karena ketidakmampuan Guru Drona, tapi karena keyakinannya, bahwa aku akan menjadi perantara kehancuran kalian, Pandawa. Kalau saja dia atau kalian tahu yang sebenarnya, barangkali perang ini akan berakhir bahkan sebelum dimulai. Entah kalian yang menyerah, atau Druyudhana yang kehilangan nyali melawanmu.
Malam hari sebelum memasuki medan perang, aku menemui Bhisma Yang Agung di Padang Kurusetra. Terlepas kenyataan dia kini adalah kakekku, aku menghormatinya jauh sebelum jati diriku terungkap. Betapapun penghinaan yang kudapat darinya, dia tetaplah pribadi yang agung bagiku.

Karna    : Bhisma Yang Agung, sebelum memasuki medan pertempuran aku kesini untuk memberikan hormatku padamu.
Bhisma  : Aku sudah tidak mempunyai restu lagi untuk kuberikan kepadamu, Raja Angga.
Karna          : Aku tahu Bhisma Yang Agung. Anda tidak menyukai diriku. Engkau selalu menghinaku. Engkau selalu mencoba menjauhkanku dari Hastinapura. Tapi Bhisma Yang Agung, rasa hormatku tidak akan pernah berkurang.
Bhisma       : Kamu orang yang bodoh, Putra Kunti.
                      Ya, aku tahu bahwa kamu adalah Putra Kunti. Bahwa kamu adalah keturunan dari Dewa Surya. Kamu adalah kakak tertua dari para Pandawa. Dan tidak hanya saat ini, aku telah mengetahuinya bertahun-tahun yang lalu, Anakku. Kau sangat istimewa dan aku tidak membencimu tetapi kasihan padamu. Aku mencoba menjauhkanmu dari Hastinapura. Karena aku tahu bahwa sentuhan pada perunggu berubah menjadi emas putih, tapi tidak akan merubah perunggu tersebut. Sama halnya semakin cepat dia sampai di atas, maka akan semakin cepat pula jatuhnya.
Karna      : Engkau mengetahui rahasia atas kelahiranku, Bhisma Yang Agung. Tapi apakah engkau tahu rahasia hidupku? Ketika seluruh masyarakat menolak seseorang, seluruh kehidupannya tampak seperti kematian baginya. Seseorang yang tenggelam di sungai mencoba meraih pundak buaya untuk keselamatannya. Ketika seluruh masyarakat menolak seseorang, dia tidak bisa membedakan mana yang boleh dan tidak boleh.
Bhisma   : Aku tahu itu, Anakku. Benih kecambah akan tumbuh dengan baik tergantung dimana kita menanamnya. Tempatnya tidak dapat diganti. Ini adalah kemalanganmu. Bahwa kamu telah menemukan tempat diantara orang-orang jahat itu. Dan kemalanganmu telah menjadi kemalangan bagi seluruh masyarakat.
Seandainya saat itu, di kompetisi itu aku menerimamu sebagai kesatria daripada anak kusir, maka saat ini situasinya akan berbeda. Selama masa weda, sistem kasta dalam masyarakat didasarkan atas perbuatan dan kemampuan seseorang. Saat itu, apakah dia mendapatkan status kelahirannya tidaklah berarti apa-apa. Ini adalah dosa yang dilakukan oleh pejabat sepertiku. Aku tidak menyalahkanmu, Anakku.
Sekarang setelah mengetahui semuanya, kamu dapat menjauhkan diri dari perang ini, Anakku.
Karna          : Itu tidak mungkin, Bhisma Yang Agung. Temanku telah memberiku alasan untuk tetap hidup. Dengan menjauhinya aku tidak ingin menjadi penyebab kematiannya.
Bhisma       : Lakukanlah apa yang menurutmu benar. Takdir akan membuka jalannya sendiri, Anakku. Kita setuju ataupun tidak, tidaklah berarti apa-apa. Aku tidak dapat memberikan restuku agar kamu mendapatkan kemenangan. Tetapi jika kamu meminta restu lainnya maka akan aku lakukan untukmu.
Karna      : Aku hanya minta satu restu, Bhisma Yang Agung. Seumur hidupku, aku berjuang untuk mendapatkan penghormatan. Setelah kematianku, aku ingin namaku mendapat penghormatan dari seluruh masyarakat. Hanya itu yang aku minta.
Bhisma     : Seseorang bisa mendapatkan penghormatan melalui kekayaannya. Kadang-kadang juga diperoleh melalui kepandaiannya. Tetapi melalui restu seseorang tidak bisa mendapatkan penghormatan, Anakku. Jika kamu mengharapkan penghormatan maka jadilah pemenang dan berusaha tidak mati. Seseorang bisa di bunuh melalui penghianatan dan penyangkalan. Tetapi untuk menjadi seorang pemenang, maka dia harus mempunyai kemampuan. Hanya itu caramu mendapatkannya, Anakku. Inilah restuku padamu. Jika kamu yakin akan kemampuanmu dan tidak menggunakan cara-cara penghianatan serta tipu muslihat, kamu akan mendapatkan penghormatan itu.

Lihatlah adikku, Arjuna kemalangan dari saudaramu ini. Jika benar dia mengakuiku sebagai kakak tertua dari Pandawa, bukankah aku memiliki hak di sebagian doanya? Tapi baiklah, dia bicara benar. Takdir akan membuka jalannya sendiri. Semuanya telah digariskan, baik itu kemenanganmu, pembebasan daerah Arya, musnahnya dinasti Kuru dan Yadawa, juga kematianku.