Jumat, 15 April 2016

RINDU YANG BASAH


Rindu ini semakin basah dan berdarah sekarang. Disini-dari tempatku duduk dan berdiri-, aku bisa melihat puncak gedung yang telah pernah kau tinggalkan. Puncak yang dulu hanya bisa kita lihat dengan tengadah, kini berada sejajar dengan pandangan mataku.
Dari tempat ini aku bisa melihat semua dengan sangat jelas. Semua hal yang telah berubah dan nyaris mengubur semua tinta kenangan kita bersama. Ini seperti mimpi yang tidak pernah ingin kubagi. Kau tahu, ketinggian ini membuatku takut. Karena ia membuatku seolah bersiap untuk jatuh.
Barangkali disinilah sejatinya keindahan meniti tangga, perjuangan mencapai puncak. Saat dibawah, kita terpacu bagai dikejut listrik jutaan volt untuk mencapi tujuan. Tapi diatas, keinginan dan tujuan menjadi kabur seolah memisah buih dari gelombang air laut. Jika benar ini seperti yang mereka bilang, satu dari puncak yang telah teraih.
Masih tentang rindu yang basah dan berdarah. Kini bukan hanya tentangmu , tapi juga segala kekonyolan yang membentuk jati diri kita. Juga tentang dia, yang selalu jadi objek sketsa diskusi yang selalu kita pertentangkan.
Tempat ini masih sama dengan rupa yang berbeda. Seperti aku yang tak lagi sama tapi terikat pada hal yang tak beda. Bagaimana kujelaskan padamu kawan, tempat ini membarakan rinduku yang menganga. Bilamana akan kulupa ketika setiap sudut membisikkan kenangan yang berserabut? Aku terbebas dan terikat di waktu yang sama. Aku rindu kau dan segala kekonyolanmu. Segala keluguan yang memerahkan senjaku.