Telah dilepas kandala dan kavaca pelindung dari yang sangat ayah. Darah
mengalir dari tubuh yang kekar akan derita. Serupa kafan yang membalutnya
menuju kematian. Hidupnya adalah alasan dari sebuah kesalahan. tapi apa
salahnya mencari pengakuan dan penghormatan, setelah sepanjang umur dia harus
hidup tanpa nama dan hak atas kelahirannya?
Dia hanya seorang kakak yang tidak pernah diajarkan cara untuk
menyayangi adik-adiknya. Tapi dia tahu, bahwa hidupnya adalah untuk
menyempurnakan kebahagiaan, kehormatan, dan kebanggaan adik-adiknya. Maka dilepaslah
satu-satunya alasan ketakutan mereka. meski untuk itu berarti membawanya
selangkah lebih dekat pada kematian. Takkan lagi lahir kakak sepertinya, yang
tak pernah meminta ataupun belajar cara mengasihi tapi memberikan kasih
berlebih untuk yang dikasihi. Mengasihi tanpa memanjakan, menjaga tanpa
mengikat, mendukung tanpa mendorong, memberi tanpa menerima.
Dia juga hanya seorang anak yang tak pernah mendapatkan haknya
untuk disayangi. Tapi dharma dan kasihnya sebagai anak tak pernah meminta
alasan untuk dilupakan. Kemalangannya bahwa dia tak pernah benar-benar berhak
menyandang nama sebagai putra ibunya. Tapi keberuntungan bahwa dikasihinya
keduanya tanpa berbeda kadar. Ibu yang memberinya nama, juga ibu yang menjadi
alasan keberadaannya. Dia mewarisi seluruh budi baik sang ayah meski tak pernah
menjadikannya alasan mencapai penghormatan dan nama besarnya.
Dia pun hanya seorang teman, yang tak meminta banyak kebaikan
untuk hidupnya. Tapi mendharmakan hidup untuk satu kebaikan yang mengangkat
dirinya dari nista. Seluruh dunia akan meminta teman sepertinya sekalipun
takkan lagi ada yang sanggup untuk mencintai seperti caranya.
Dengan hidup dia menjalani dan menuntaskan takdirnya. Satu-satunya
hal yang pernah benar-benar berhak dimiliki dan didharmakan untuk menuntaskan
karya besar sejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar