Jumat, 03 Oktober 2014

ABOUT IT (Last Moment Karna)




 Aku tak berhenti terenyuh setiap kali memaknai peran Karna. Tak jarang pula menangis. Merasa seperti melihat diri sendiri? Barangkali. Bagaimana seseorang bisa menahan begitu banyak rasa sakit dalam hidupnya tanpa menjadi rapuh? Bagaimana seseorang bisa menerima setiap inchi ketidakadilan atas dirinya tanpa sedikitpun rasa dendam? Sementara mereka yang hanya sekali tersakiti lantas merasa berhak mengajukan perang atas nama kebenaran dan harga diri. Bagaimana seseorang dengan hati sedalam samudera tanpa setitikpun kebencian pada orang-orang yang seharusnya bertanggung jawab atas semua luka dalam hidupnya?


Ibu, kali ini sungguh aku merasa lelah. Berharap bisa kembali tidur dan terlelap di pangkuanmu seperti saat-saat yang sudah nyaris tak bisa kuingat. Bahkan matipun disana tak mengapa. Aku lelah berpura-pura kuat di hadapan dunia, juga mungkin dihadapanmu. Aku lelah membohongi diriku sendiri. Boleh tidak, aku menangis di pangkuanmu? Tapi jangan menjadi lemah karena itu. Karena itu sama dengan kematian bagiku. Aku butuh kau yang kuat. Berikan aku kebebasan seperti Kunti membebaskan Karna dari beban kehidupannya. Sekalipun itu menuju kematiannya.
Aku seperti tengah berlari tanpa tahu ujung dari pelarianku ini, Ibu. Bisakah kau ajarkan lagi kemana aku harus berlari, juga dimana aku harus berhenti?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar