Hanya dua kali Kunti bersenandung untuk Karna. Pertama ketika Karna
dilahirkan sebelum kemudian dihanyutkan di Sungai Aswa (Gangga). Kedua
sekaligus yang terakhir, di padang Kurusetra menjelang kematiannya.
Tangannya melambai, mencoba menggapaimu. Tapi dia tak berdaya bahkan
sekedar mengangkat tubuhnya. Ia serupa bayi, bayi yang kau buang dulu. Dia tak
meminta apapun, tidak harta, gelar, nama besar, ataupun kekuasaan. Ia hanya
minta pengakuan dan hak untuk merebahkan kepalanya di pangkuanmu.
Nyawanya sudah di ujung mata panah putra ketigamu ibu. Ia hampir
melepasnya. Lalu kau datang dan meneriakkan namanya, ia seperti terbangkit
kembali mencari asal suaramu. Suara yang selalu dirindukan seumur hidup. Suara
yang yang selalu terngiang di telinga meski tanpa dikenalnya. Suara yang
menjadi alasan ketenangan tapi juga semua luka dihatinya. Ia merindukanmu ibu,
melebihi semua anak di dunia ini.
Kau berikan haknya, di akhir kehidupannya. Lihatlah dia. Dia tersenyum
menjemput mautnya. Bebannya telah sirna, sumpahnya telah tergenapi, hutangnya
terlunasi, tugasnya pun telah usai. Tak ada lagi yang diingininya. Ia telah
dapatkan dirimu, meski untuk sekali dan terakhir kalinya. Ia puas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar