Senin, 23 November 2015

SADARI KEKURANGAN, MAKSIMALKAN KELEBIHAN


SADARI KEKURANGAN, MAKSIMALKAN KELEBIHAN

Kondisi kita saat ini tak bisa diubah tanpa kita sendiri yang mengubahnya. Sadari kekurangan, perbaiki diri, dan maksimalkan potensi! Saat kesempatan datang, manfaatkan, maka semua impian bisa menjadi kenyataan.

Kita tak pernah bisa memilih, bagaimana, di mana, kapan, serta latar belakang seperti apa kita dilahirkan. Ada yang terlahir kaya, miskin, dengan beragam suku bangsa serta agama. Semua itu hanya bisa dan akan berubah sesuai dengan perkembangan dan pengaruh lingkungan sekitar di mana kita lahir dan tumbuh. Karena itu, apa pun latar belakang dan kondisi di mana kita dilahirkan, sudah selayaknya kita harus tetap bersyukur. Sebab, tak ada makhluk yang dicipta tanpa tujuan dan makna dalam hidupnya.
Untuk itu, satu hal pertama dan utama yang harus dilakukan adalah melihat ke dalam diri, apa saja kekurangan yang perlu diperbaiki. Ketahui juga, potensi apa saja yang masih bisa kita tingkatkan. Dengan cara ini, kita akan menemukan fondasi yang kokoh untuk mencari jalan menuju kesuksesan.
Puspanita,
Ada sebuah cerita yang bisa menjadi penggambaran perbedaan orang yang menyadari kekurangan dan mau berubah, dan orang yang memilih untuk berdiam diri saja, menunggu peruntungannya.
Alkisah, ada dua orang pemuda miskin yang bersahabat sejak kecil. Mereka sering kali berkhayal, bagaimana rasanya menjadi orang yang kaya dan serba berkecukupan. Saat mereka beranjak dewasa, mereka bekerja pada seorang pedagang besar yang cukup terpandang menjadi buruh angkut barang di pelabuhan. Mereka pun kembali berkhayal, bagaimana agar bisa memperbaiki nasib, bahkan kalau bisa menjadi seperti sang pedagang besar.
Pemuda pertama memilih untuk melakukan sesuatu. Ia bekerja lebih keras dan lebih cepat. Ia mengatakan pada kawannya, bahwa dengan bekerja keras, kemungkinan besar ia akan mendapatkan upah lebih besar dan kepercayaan dari sang pedagang. Sehingga bisa segera naik kelas, paling tidak agar tak lagi menjadi buruh angkut saja. Sedangkan pemuda kedua, merasa ia tak punya modal selain tenaga, memilih untuk melakukan apa adanya, sesuai dengan upah yang dibayarkan saat itu. Meski mereka berdua berkhayal dengan impian yang sama, pemuda pertama bekerja lebih giat dan tekun untuk mewujudkan impian itu. Sementara pemuda kedua hanya menjadikan impian itu sebagai lamunan belaka.
Bulan demi bulan berlalu. Tanpa disadari, sang pedagang sering mengawasi pekerjanya. Dan, dia terkesan dengan pekerjaan si pemuda pertama yang terlihat sangat cekatan, melebihi buruh yang lain. Maka, dipanggilnyalah si pemuda pertama. Dan, saat ditanya, mengapa ia bekerja lebih keras dibandingkan rekan-rekannya, ia menjawab, dirinya punya impian untuk mengubah nasib.
Singkat cerita, sang pedagang melihat kesungguhan si pemuda pertama. Maka, ia pun dipercaya menjadi kurir untuk mengantar pesan sang pedagang pada relasi-relasinya. Pekerjaan itu pun dilakukan dengan sangat cekatan dan penuh tanggung jawab. Ia pun selalu bersikap baik dengan semua relasi sang pedagang, sehingga banyak relasi pedagang yang bersimpati padanya. Maka, tak heran jika si pedagang pun mau memberikan kepercayaan lebih besar pada pemuda pertama.
Tahun demi tahun. Si pemuda akhirnya sukses menjadi wakil sang pedagang. Dari sana, kehidupannya pun berubah seperti yang diimpikannya. Berkat kerja keras dan ketekunannya, si pemuda pertama mampu mewujudkan khayalannya menjadi nyata.
Puspanita,
Begitulah, ada banyak orang sukses, yang menapaki jejak kesuksesannya dengan mau berubah. Mereka tak peduli komentar orang lain. Justru, dengan kritikan dan bahkan cemoohan, mereka terpacu untuk membuktikan bahwa impiannya bukan sekadar bualan. Mereka inilah sang pemenang sejati kehidupan.
Karenanya, mari kita sadari posisi kita saat ini. Lalu mulai berubah dengan mengerahkan kekuatan yang kita miliki untuk memperbaiki diri. Landasi semua impian dengan tindakan nyata, niscaya pintu kesuksesan akan selalu terbuka. Salam sukses, luar biasa! (aw,ati)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar