Seni itu Terapi Emosi dan Kontrol Diri
Siapa bilang jadi seniman harus punya bakat atau keturunan seniman? Lihat saja Maria Novita Sechan, berawal dari iseng dirinya kini dikenal sebagai satu dari sedikit seniman sekaligus tutor seni lukis hand painting. Baginya, melukis bukan sekedar seni tapi juga sarana terapi dan kontrol diri. Keuntungan lain, seni juga mampu mendulang pundi-pundi rupiah. Seperti apakah?
Mengenakan baju dan celana berwarna
senada biru tua dipadu blazer jeans tanpa lengan warna coklat, Maria Novita
Sechan lebih nampak seperti model. Apalagi didukung dengan sandal wedges serta
kalung manik-manik menambah kesan anggun perempuan berkerudung yang akrab
disapa Ita tersebut.
Orang yang baru mengenalnya mungkin
takkan menyangka jika ia adalah seorang seniman. Maklum, umumnya orang berpikir
seniman itu selalu tampil apa adanya dan cenderung ‘amburadul’. Berbeda dengan
Ita yang melanggar kebiasaan melalui tampilan modis dan rapi.
“Perempuan itu memang harus hemat,
tapi bukan berarti tidak bisa tampil cantik. Dan lagi cantik itu tidak harus
mahal,” ujarnya kala ditemui Puspa beberapa waktu yang lalu.
Cantik tidak harus mahal. Kalimat
ini hampir seperti mantra ampuh yang digunakannya untuk membakar semangat
orang-orang, kala ia menjadi tutor pelatihan. Ita mencontohkan, bahwa untuk
tampil modis seseorang tidak harus selalu menggunakan baju baru dan mahal. Tapi
dengan sedikit sentuhan seni, baju lama pun bisa nampak baru dan berkelas.
Salah satunya melalui seni lukis hand painting.
Selain kerap menerima pesanan lukisan untuk baju, kerudung, tas,
dan lain-lain Ita juga merupakan salah satu tutor tetap seni lukis hand
painting di UPT Pelatihan dan Pengembangan Pendidikan Kejuruan (PPPK) Dinas
Pendidikan Provinsi Jatim. Di sela kesibukannya, Ita
pun masih meluangkan waktu dalam berbagai event yang digelar Dewan Kesenian
Jatim.
Ditanya mengenai passion-nya pada dunia seni khususnya
melukis, Ita menampik kalau itu diwarisinya dari keluarga. Pasalnya, tak ada
satupun anggota keluarga Ita yang berprofesi seperti dirinya. Ita juga
menggaris bawahi, bahwa untuk menjadi seniman tidak harus memiliki bakat seni.
Ataupun terlahir dari keluarga seniman.
“Jaman sekarang semua itu bisa dipelajari. Buka saja google,
semua informasi yang kita inginkan ada disana. Mulai dari teknik melukis, aliran
naturalis dan sebagainya. Jadi tidak perlu sekolah sampai empat tahun kayak
aku,” tutur Ita setengah berkelakar.
Oleh karena itu, Ita juga selalu menekankan pada setiap pelatihan bahwa yang terpenting adalah
seberapa kuat kemauan kita untuk mengasah kemampuan. Karena mereka yang
ditakdirkan memiliki bakat seni pun tidak akan berguna ketika itu tidak diasah.
Bagi bungsu dari 11 bersaudara ini, seni memiliki
banyak manfaat. Di antaranya terapi emosi sekaligus kontrol diri. Dengan melukis, seseorang akan telaten dan bersabar dalam mencampurkan
warna dan menggoreskan kuas di atas suatu media. Aktivitas melukis juga bisa
menjadi terapi ketika emosi sedang buruk.Ita mencontohkan ketika menghadap
psikolog, hal pertama yang pasti diminta adalah menulis, menggambar, atau
sekedar membuat coretan.
“Seni itu kompleks. Bukan sekedar teori, tapi
juga sarana refreshing dan terapi. Dan akhirnya seni juga bisa menjadi
industri dan tambahan pendapatan,” ujar ibu dari Zahwa Nayla Shakira ini.
Meski menekuni dunia seni rupa sejak SMK, Ita mengaku tak menyangka
dirinya akan menggelutinya sebagai sebuah bisnis. Sebelumnya, beberapa karya hand
painting dibuat semata karena hobi. Tapi
ternyata, banyak
yang meminati hasil karyanya. Sehingga muncullah
keinginan untuk menjadikan peluang bisnis dan
mengajarkannya pada orang lain.
Meski begitu, jika kebanyakan perajin berburu trademark untuk
hasil karyanya. Ita mengaku bahkan belum sempat terpikirkan
untuk membuat brand bagi hasil karyanya. Karena menurutnya,
goresan tangan tidak akan pernah bisa ditipu. Orang boleh mengklaim karya miliknya
dengan menempel merek tertentu, tapi bukan keahliannya.
“Suatu saat, ketika pembeli menginginkan kualitas yang sama dengan
yang aku buat. Mau tidak mau penjual akan kembali pada aku. Jadi aku tidak pernah
ambil pusing. Karena rejeki tidak akan kemana,”
jelas Ita ringan.
Ditanya mengenai prospek usaha, Ita mengaku usaha seperti yang digelutinya terbilang sangat prospektif. Selain banyaknya peminat, adanya kluster tertentu untuk setiap hasil
karya menjadikan usaha hand painting bisa dinikmati semua kalangan. Kluster tersebut didasarkan pada pemilihan bahan, teknik pewarnaan, dan tingkat kerumitan desain.
Hobi
jadi Profesi
Berawal dari mengikuti les melukis yang diadakan salah seorang yang tinggal di rumah kos milik ibunya, Ita mulai belajar seni secara gratis. Keisengan itu berlanjut ketika dirinya memutuskan masuk pendidikan kejuruan di Sekolah Menengah Seni Rupa Negeri (Sekarang SMKN 12) Surabaya. Menariknya, disana Ita menjadi satu-satunya yang diterima di jurusan seni rupa dari 13 anak perempuan yang mendaftar. Dunia melukis pun semakin ditekuni dengan melanjutkan pendidikan strata satu jurusan seni rupa di Kampus Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Beberapa
komunitas seperti perkumpulan pelukis perempuan ‘Seronce Melati’ yang kerap
disebutnya ‘geng ibu-ibu’, Ikatan Wanita Pelukis Indonesia (IWPI),
Adecipta Art Community, semakin meneguhkan posisinya sebagai pelukis perempuan. Bagi Ita, berbagai komunitas tersebut tidak hanya menjadi ajang kumpul-kumpul. Namun banyak hal yang bisa dilakukan bersama, melukis, mempelajari pembuatan kerajinan baru, hingga kegiatan sosial.
Tak ketinggalan, melalui komunitas Ita memiliki banyak teman yang
bisa diajaknya berbagi job kala pesanan membludak dan tidak bisa ditanganinya
sendiri. “Sampai sekarang aku tidak punya pekerja dirumah. Semua aku handle sendiri.
Dan kalau pesanan banyak, aku kan punya geng ibu-ibu. Mereka bisa aku
berdayakan sekaligus bagi-bagi rejeki,” ujarnya dengan gaya centil dan riang
khasnya.
(ati, via)
Riang
dan Penuh Kepedulian
“Aku selalu happy. Jadi bingung kalau
ditanya pengalaman apa yang paling berkesan. Semuanya berkesan,” tutur Ita yang
juga akrab dipanggil Novi. Pembawaannya yang low profile menjadikannya
sangat menyenangkan untuk diajak ngobrol.Tak jarang, Puspa yang kala itu
menemuinya di Kantor Dewan Kesenian Jatim dibuat tertawa riang dengan cerita
yang disampaikan.
Penampilan yang tomboy dan cekatan tak menutupi keanggunan perempuan
yang menggenapkan usia pada 16 Oktober ini. Disela-sela perbincangan, Ita juga sempat
menunjukkan beberapa foto dirinya berpose bak model catwalk menggunakan hasil
karyanya.
“Ya beginilah, kalau gak kuat mbayar model. Dadi dimodeli dewe (kalau
tidak sanggup membayar model. Sehingga jadi model sendiri, red)” tuturnya diringi
tawa renyah.
Selain riang dan ramah pada siapapun, Ita ternyata juga memiliki kepedulian
yang tinggi. Kendati keahlian maupun usaha seni lukis hand painting
dikatakannya bisa dipelajari siapapun. Namun tingginya harga bahan baku di
pasaran bisa menjadi hambatan bagi mereka yang ingin memulai usaha.
Berawal dari pemikiran tersebut, Ita bersama komunitasnya
bereksperimen menciptakan cat hand painting yang murah tapi dengan
kualitas yang tidak kalah. Cat tersebut pula yang kerap digunakan dalam setiap
mengisi pelatihan. Meski Ita juga tidak pernah luput untuk menjelaskan berbagai
jenis cat serupa yang dijual di pasaran.
“Kita bicara tentang membantu
masyarakat untuk bisa berdaya dan berproduksi. Tapi kalau secara produksi saja sudah
tinggi bagaimana bisa?” ungkap Ita dengan ketulusan yang tidak bisa
disembunyikan.
(ati, via)
Biodata
Nama : Maria
Novita Sechan, S.Pd
Panggilan : Novi,
Ita
Lahir :
Sidoarjo, 16 Oktober 1979
Putri :
Zahwa Nayla Shakira (10th)
Pendidikan :
1. Sekolah
Menengah Seni Rupa Negeri (SMSR N) Surabaya (Sekarang SMKN 12 Surabaya)
angkatan 1996
2. S1
Seni Rupa Unesa Angkatan 1999
Pengalaman :
1. Pameran
di berbagaikota di Indonesia sejak 1996
2. Komunitas
Seronce Melati
3. Pengurus
Ikatan Wanita Pelukis Indonesia (IWPI) Jatim
4. Anggota
Adecipta Art Community sejak 2006
5. Sekretaris
Komunitas Surabaya Membara
Saat waktu bagi kita adalah relatif dari suatu " MUATAN " rutin bulanan.
BalasHapusFx dari keputusan kemandirian .
Aku paham dan mengerti kebutuhanmu TETAPI kamu jua harus TIDAK GAGAL PAHAM tentang " muatan " ku yang atas nama disiplin dan profesionalisme.
......
BalasHapus