Selasa, 23 Juli 2013

BERDAMAI DENGAN TUHAN

‘Nduk.... kapan kamu akan mulai belajar sholat lagi?’
suara parau nenek sheeva kala melihat cucu semata wayangnya itu sibuk dengan pekerjaannya. Dan melupakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Dan seperti biasa sheeva hanya membalasnya dengan senyuman.
            ‘nanti nek. ...Kalo waktunya sudah tiba ya!
Rayunya pada sang nenek sekedar memberinya harapan bahwa mungkin kelak ia akan kembali pada hidayah. Mungkin....hanya mungkin. Jika sudah begitu, sang nenek hanya bisa pasrah sembari terus berdoa agar sudi kiranya Tuhan membagi hidayah pada cucunya tersebut. Tak jarang sheeva mendapati neneknya menangis dalam doanya. Doa untuknya.
            Sebenarnya Sheeva bukan tak bisa sholat. Ia terlahir dalam lingkungan keluarga yang agamis. Ayahnya adalah seorang dosen filsafat di sebuah universitas islam negeri, yang juga masih memiliki hubungan darah dengan kasultanan Demak. Ibunya meski bukan dari kalangan priyayi namun memiliki dasar pengetahuan agama yang cukup matang, yang didapatnya dari kuliah di Al Azhar Cairo, Mesir. Ibunya adalah lulusan terbaik di kampusnya yang mendapatkan beasiswa S2 ke luar Negeri. Sheeva pun adalah lulusan perancis di jurusan perbandingan agama. Sebuah dasar agama yang cukup kuat sebenarnya.
           
Awalnya sheeva tumbuh sebagai gadis yang taat beragama dan tekun. Namun semua berubah semenjak kepergian kedua orang tuanya yang secara tiba-tiba, tepat dihari dimana dia di wisuda. Kedua orang tuanya meninggal dalam penerbangan pesawat menuju perancis ketika hendak menghadiri acara wisudanya.
            Tragedi naas tersebut sontak mengubah jalan hidup Sheeva secara drastis. Kini ia tak lebih sekedar seorang gadis tanpa akidah. Dia memilih menyibukkan diri meniti karir sebagai sekretaris direksi sebuah perusahaan otomotif. Semua itu dijalaninya sebagai bentuk pemberontakannya pada takdir. Ia tengah berseteru dengan Tuhan. Tuhan yang telah merenggut kedua orang tua dari sisinya.
            “Jika benar kata nenek, Tuhan itu ada. Maka lihatlah Tuhan, aku campakkan semua symbol nama-Mu. Akan kusempurnakan pemberontakan ini padaMu”.
            Sheeva benar-benar kalap oleh ambisinya sendiri. Hanya neneknya lah yang masih dengan setia mendampingi Sheeva dan terus berusaha memotivasinya untuk berubah. Walaupun sang nenek sadar hal itu bukanlah sesuatu yang mudah.
            Suatu ketika kejadian aneh dialami Sheeva. Berkali-kali dia bermimpi dalam tidurnya melihat seorang perempuan tua, mati setelah terjatuh ke dalam sebuah sumur. Awalnya diabaikannya mimpi itu. Namun ia mulai dihinggapi perasaan was-was ketika mimpinya semakin jelas menunjukkan bahwa perempuan tua dalam mimpinya tersebut adalah neneknya sendiri. 
            Sheeva yang kehilangan akal sehat mulai melakukan hal-hal yang tidak masuk akal . Akibat ketakutannya kehilangan orang yang paling disayangi untuk yang kedua kalinya. Ia melarang neneknya untuk mendekati sumur, bahkan ia pun menutup sumur yang ada dirumahnya. Ia berusaha mencegah mimpinya menjadi kenyataan.
            “aku kan udah bilang nek, jangan dekati sumur itu lagi. Nenek tahu kan, aku gak mau kehilangang nenek. Apa nenek mau aku semakin marah pada Tuhan nenek itu, karena telah mencoba untuk mengambil nenek dariku?
            Nduk, semua orang pada akhirnya akan mati. Tidak ada yang harus kau sesali”.
            Cukup nek cukup! Dulu aku juga pernah mencoba untuk percaya hal itu. Tapi kenyataannya, aku gak kuat sewaktu ayah, ibu, juga adik direnggut secara tiba-tiba dariku. Dan aku tidak mau itu terjadi lagi nek, aku gak sanggup... tangisnya tumpah dalam pangkuan sang nenek.
            Sang nenek tak lagi mendebat, karena ia sadar sheeva bukannya tak tahu tentang taqdir. Ia hanya tengah mencari, surganya. Biarlah Allah yang membuka pintu hatinya.
            Namun manusia hanya bisa berkehendak tapi kuasa tetap Allah yang menentukan. Nenek Sheeva meninggal ketika tengah mengambil air wudlu di kamar mandi. Ia jatuh terpeleset dan kepalanya membentur dinding bak mandi. Karena darah yang keluar tak kunjung berhenti akhirnya merenggut nyawa neneknya. Kembali Sheeva dihadapkan pada goncangan batin yang menguji keimanannya.
            Hidayah datang pada siapa yang dikehendaki-NYA. Kematian neneknya membawa Sheeva pada babak baru tentang arti sebuah perjalanan hidup dan keharusan memasrahkan diri pada taqdir yang telah digariskan. Pilihannya hanyalah apakah kita akan menjalani semua dengan baik sebelum ajal menjemput. Atau memilih menantang taqdir dan mempertanyakannya.
            ‘Sheeva manusia memang diberi kemampuan untuk berkehendak sejauh yang bisa ia tempuh. Namun ia tetap berada dalam suatu dimensi dimana Tuhanlah yang berkuasa penuh. Segala apa yang terjadi dalam hidup kita bukannya tanpa arti. Semua itu adalah roda kehidupan yang telah dirancang oleh Tuhan agar dapat menjadi pelajaran bagi manusia. Lalu, masih pantaskah kita mempertanyakannya??‘, 
***
                        Sampai detik ini, aku tidak pernah tahu masih pantaskah aku menyebut diriku muslimah. Aku hanya berharap bahwa Islam seperti yang dikatakan nenek. Penuh ampunan, yang menjanjikan keselamatan dan perlindungan bagi yang beriman pada-NYA. Kini akan kukabarkan pada semesta bahwa Islam tlah mengkhitbahku dengan sebait kata syahadat sebagai bukti kepasrahanku pada-MU. Dalam hati yang penuh harap akan Ridlo-Mu kupasrahkan jiwa dan raga ini menjadi budak di langit-langit surga-MU.

3 komentar:

  1. maaf mas/mbak itu kan karya saya yang saya muat di deviantart..kalau mau pake boleh kok tapi tolong cantumkan nama saya dan link deviantart saya…
    https://www.facebook.com/hana.novi
    nanti kalau mau mas/mbak kontak saya untuk link deviantart saya ..salam dan terimakasih sebelumnya...

    karya saya berjudul silky hair..dengan image wajah gadis menggunakn kain menyelubungi..

    BalasHapus
  2. begitu ya??? saya bisa pastikan itu tulisan saya meskipun beberapa
    alur cerita terinspirasi dari sebuah novel berjudul silence, tapi
    pengarangnya saya lupa. kalau boleh saya dikirimkan versi silky hair
    milik mbak novi,
    mohon maaf sebelumnya atas ketidak sengajaan ini.

    BalasHapus
  3. kalau yang mbak novie maksudkan gambar yang saya cantumkan saya memang hanya sekedar mengambilnya di google image. karena merasa sangat sesuai dengan cerita saya, jadi saya cantumkan.

    BalasHapus