Minggu, 28 Desember 2014

Dra M E Budi Siwi R, Pengrajin Batik Khas Ngawi Peraih Pro Poor Award kategori perseorangan Prov Jatim 2014


LEGALITAS ATAS KUALITAS


“Didalam batik terdapat social oriented. Dimana saya menikmati bagaimana bersama orang-orang desa yang bisa dididik, dibina dan berpotensi untuk berkarya. Disamping juga menjadi sumber penghasilan bagi mereka”


Keringat di wajahnya seolah berkata bahwa tubuhnya mulai terasa letih. Sepatu hitam dengan hak 3 cm yang melekat manis di kaki jenjangnya pun sempat dilepasnya. Alih-alih merasa canggung perempuan paruh baya itu justru nampak santai menemui pengunjung, dan beberapa awak media yang hilir mudik menemuinya.
Dialah Dra M E Budi Siwi Riyayanawati, peraih penghargaan Pro Poor Award kategori perseorangan Prov Jatim 2014. Ditemui di sela-sela Peringatan HKG PKK ke 42 dan BBGRM ke 11 Prov Jatim di Kabupaten Ngawi, Budi Siwi bertutur mengenai ketertarikannya pada batik.
Satu hal menurut Budi Siwi, bahwa batik itu memiliki sosial oriented (orientasi kemasyarakatan) disamping profit oriented (orientasi keuntungan) sebagai sebuah usaha yang menjanjikan. Melalui batik Budi Siwi menikmati bagaimana bersama orang-orang desa yang bisa dididik, dibina dan berpotensi untuk berkarya.
“Batik, dari berbagai sisi sangat membantu. Dari sisi ekonomi jelas, ada banyak peningkatan pendapatan ekonomi. Kemudian dari sikap dan budaya, mereka yang dulunya tidak tahu apa itu canting menjadi tahu, lebih menghargai nilai seni dan tahu kenapa batik itu mahal. Ada pendapatan, kesadaran, pengertian terhadap seni batik yang harus dihargai, juga sense of belonging yang besar,” tutur Budi Siwi menggebu.
Kecuali itu, dengan adanya penghargaan Pro Poor Award yang diterimanya, Budi Siwi mengaku semakin tertantang untuk bisa menyerap lebih banyak tenaga kerja. Kendati untuk hal itu dirinya pun harus berupaya lebih keras untuk memperluas ekspansi pasar dari produk miliknya. Dan yang tak bisa dihindari, persaingan dengan kompetitor yang bukan tidak mungkin menggunakan segala macam cara. Termasuk persaingan yang tidak sehat.
Menanggapi hal tersebut, ibu dari tiga putera ini memilih menjadikannya sebagai tantangan untuk tetap maju dan berjuang. Baginya, segala sesuatu yang dimilikinya saat ini adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Tanggung jawabnya hanya berupaya memastikan orang-orang yang bekerja dan bergantung pada usahanya bisa tetap mendapatkan penghidupan layak.

Inspirasi dari alam
            Budi Siwi melalui karya batiknya, seolah ingin menyampaikan pada dunia betapa kayanya Kabupaten Ngawi. Lebih dari 50 motif batik yang telah diciptakan, tak lepas dari inspirasi yang didapatnya dari kekayaan alam dan latar belakang sosial masyarakat Ngawi.
Ngawi merupakan kabupaten di ujung barat Provinsi Jawa Timur dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Menurut sejarah, Ngawi berasal dari kata ‘Awi’ dalam bahasa Sansekerta bermakna bambu. Berada di lereng Gunung Lawu menjadikan beberapa wilayah dataran tinggi Kabupaten Ngawi memiliki udara yang sejuk dan asri. Seperti halnya di area perkebunan teh jamus yang jua meruipakan salah satu objek wisata.
Beda di dataran tinggi, beda pula di dataran rendah. Wilayah dataran rendah Kab Ngawi didominasi hamparan lahan pertanian. Bahkan Kabupaten dengan slogan ‘Ngawi Ramah’ ini pun kondang dengan julukan ‘Lumbung Padi Jatim’.
Tidak jauh dari pusat Kota, terdapat titik pertemuan Bengawan Solo dan Bengawan Madiun yang disebut Kali Tempuk. Tempat ditemukannya situs manusia purba Pythecantropus Erectus .
Tak hanya itu, Ngawi juga tersohor akan Musium Trinil, Benteng Pendem, dan Alas Ketonggo atau Alas Srigati, yang menjadikan Ngawi dianggap sebagai Daerah Pusaka. Lantaran memiliki keterkaitan langsung dengan sejarah berdirinya Bangsa Indonesia. Bahkan, 35 persen wilayah Ngawi yang merupakan hutan mampu menghasilkan se-abreg batang kayu pohon jati.
Batik Widi Nugraha, merupakan branding produk yang disematkan untuk karya batiknya. Mengambil nama putra keduanya yang memiliki keahlian menjahit, mereka berkomitmen untuk membuat Batik Tulis dengan nuansa Asli Khas Ngawi. Berbeda dengan batik yang sebelumnya ada di Ngawi, yang umumnya menghadirkan motif–motif klasik yang berkiblat pada batik Solo dan Surakarta.
Memulai usaha dari nol, Budi Siwi yang tidak memiliki keahlian membatik pun menjalani kursus selama setahun di tahun 2010. Selain itu Budi Siwi juga aktif mencari informasi dan referensi tentang batik di internet. Mulai dari motif , corak pewarnaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan batik tulis.
Usahanya berbuah, dengan semakin dikenalnya brand Batik Widi Nugraha di masyarakat. Dalam beberapa kesempatan, batik hasil desain Budi Siwi yang juga dijahit langsung putranya Widi Nugraha pun dipakai beberapa tokoh penting. Seperti Presiden SBY, Mentri BUMN Dahlan Iskan, Istri Wapres, hingga Istri gubernur Jatim Bude Karwo.
“Semua ini merupakan pengakuan, bahwa batik yang saya ciptakan diminati masyarakat. Itu yang membanggakan dan memacu kami untuk lebih maju. Bagaimanapun bentuknya yang ingin menjatuhkan kami, persaingan seperti apapun saya percaya pada janji Tuhan. Tuhan yang memberi, Tuhan pula yang akan menjaga. Karena tujuan saya adalah bagaimana bisa mengangkat harkat hidup masyarakat untuk menjadi lebih baik dari sisi ekonomi,” tutur pengrajin yang mengaku telah mengantongi uji kelayakan dan kualitas batik dari Balai Batik Nasional dan memiliki cabang di tiga kota besar, Jakarta, Bandung, dan Surabaya tersebut.
(ati,via,tin)



Agar Dia Tetap Eksis Dalam Hidupnya…
Keberhasilan yang dicapainya barangkali merupakan buah dari usaha dan tekadnya yang kuat. Namun tak banyak yang tahu, dibalik kegigihan memberdayakan masyarakat, ada kasih ibu yang tanpa batas yang mencoba melindungi putranya. Widi Nugraha, putra kedua Budi Siwi yang terlahir dengan keterbatasan fisik tunarungu alasannya.
Saya setiap ditanya kok bisa batik, itu anugerah Tuhan. Dan kenapa saya membatik, karena anak kedua saya tunarungu. Dia sekolah SLB, skillnya di tata busana. Kalau hanya menjahit dan terbatas kemampuannya, dia tidak akan bisa bersaing dengan mereka yang normal. Lalu saya beri nilai tambah di batik. Supaya tidak hanya menjahit tapi dia juga bisa menciptakan produknya sendiri,” kenang Budi Siwi dengan mata berkaca.
Perempuan 50 tahun ini pun mengaku bersyukur jika kemudian usaha yang dilakoninya bersama putranya tersebut mendulang sukses. Tak hanya menjanjikan kemandirian bagi putra-putranya, usaha itupun telah mampu menampung puluhan tenaga kerja dari masyarakat sekitar.
Diakhir pertemuan perempuan yang menggenapkan umur pada 15 Februari ini tak lupa menyampaikan wejangan sekaligus harapan agar setiap orang bisa menghargai dan menghormati hak karya cipta orang lain. Seperti halnya batik, karena didalam batik tersimpan makna filosofis yang mendalam, buah dari kerja keras para pengrajinnya.
“Dari saya pertama, hargai dan hormati hak karya cipta seseorang. Kedua, Batik Widi Nugraha bisa tetap eksis dan tetap bisa menghidup orang banyak, kita tetap bisa berkembang dengan kualitas yang lebih baik dan makin diminati baik lokal maupun nasional hingga mancanegara,” tuturnya dipungkasi tawa renyah dari wajah ayu ibu berkacamata ini.
 (ati,via,tin)

BIODATA
Nama              : Dra Maria Elisabeth Budi Siwi Riyayanawati
TTL                 : 15 Februari 1964
Alamat            : Dsn Nglarangan Ds Karangasri Kec Ngawi Kab Ngawi
Workshop      : Desa Munggut RT 01/01 Kec Padas Kab Ngawi.
CP                    : 08123431175

2 komentar:

  1. Halo ibu Budi Siwi. (Kalau tidak salah adik dari Bpk Sunu Sunu satriaji?
    Selamat ya jadi pengusaha sukses semoga terus berkembang terus. dan membanggakan budaya Bangsa
    Wahyu

    BalasHapus
  2. Halo ibu Budi Siwi. (Kalau tidak salah adik dari Bpk Sunu Sunu satriaji?
    Selamat ya jadi pengusaha sukses semoga terus berkembang terus. dan membanggakan budaya Bangsa
    Wahyu

    BalasHapus