Minggu, 28 Desember 2014

Desa Badarasri Kec Ngoro Kab Mojokerto


Data Desa:
Nama Desa: Bandarasri, Kec. Ngoro, Kab. Mojokerto
Kepala Desa: Darsianto
Dusun   :  ada 4
·         Dusun Bandarasri
·         Dusun Kalanganyar
·         Dusun Sengon
·         Dusun Tawangsari
Batas Desa:
-          Barat: Tanjangrono, Ngoro
-          Timur: Tambakrejo, Krembung, Sidoarjo
-          Utara: Tanjekwagir, Krembung, Sidoarjo
-          Selatan: Ngoro



Wakili Kecamatan dalam Lomba KB-Kesehatan
                Dari 19 desa yang ada di Kecamatan Ngoro, Bandarasri terpilih untuk mewakili Ngoro dalam lomba KB-Kesehatan tingkat kabupaten. Kemajuan program dan tingkat partisipasi warga menjadi faktor terpilihnya desa ini.
                Letak Desa Bandarasri yang berbatasan langsung dengan wilayah Sidoarjo membuat perjalanan dari Surabaya ke desa ini lebih dekat jika melalui Kecamatan Krembung, Sidoarjo. Rutenya pun relatif mudah dicari. Cukup temukan jembatan Sungai Porong, lantas ikuti jalan kecil yang berada di sebelah utara jembatan.
                Melihat lokasinya, siapa sangka Desa Bandarasri mempunyai berbagai potensi yang unggul daripada daerah sekitarnya. Salah satunya adalah Kesatuan Gerak Keluarga Berencana (KB)-Kesehatan. Bahkan, karena perkembangan yang baik dalam KB-Kesehatan, Desa Bandarasri terpilih untuk mewakili kecamatan yang terkenal sebagai daerah industri itu dalam lomba KB-Kesehatan tingkat kabupaten. Terlebih, di desa ini hampir tidak pernah terjadi banjir dan kasus demam berdarah (DBD).
                 Dalam penilaian yang dilakukan tim dari kabupaten pada 10 Desember 2013 lalu, terlihat antusiasme warga dalam berusaha memenangkan desanya. Persiapan dari keempat Pokja PKK dilakukan dengan matang. Di samping itu, berbagai kegiatan yang berhubungan dengan KB dan kesehatan pun digelar. Mulai dari cuci tangan pakai sabun, senam, donor darah hingga pemasangan alat KB. Kader PKK, BKB, BKR, BKL serta warga desa lain turut berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan tersebut. Mereka bergerak bahu membahu demi memikat tim penilai.
                Tim penilai yang merupakan gabungan dari beberapa instansi, yakni Bapemas, Dinkes, PKK, dan beberapa instansi lain dengan telaten meneliti laporan-laporan program dari keempat Pokja PKK dan bidan desa dengan detail. Beberapa pertanyaan mengenai perkembangan program di desa juga diajukan tim penilai.
                Meski harus bersaing dengan desa-desa lain, Camat Ngoro, Ketua TP PKK Kecamatan Ngoro dan jajaran perangkat desa tidak berkecil hati. Mereka tetap optimis Desa Bandarasri menang.
“Mudah-mudahan bisa diunggulkan dan mewakili kabupaten sebagai desa KB-Kesehatan,” harap Ketua TP PKK Kecamatan Ngoro, Etik Ridwan.

Mitra Pabrik Gula
                Potensi lain yang menjadi unggulan Bandarasri adalah pertanian. Namun, meski dekat dengan Sungai Porong, tanah di Bandarasri termasuk kering, sehingga tidak memungkinkan untuk ditanami padi atau jenis palawija lain. Para petani di desa ini hanya menanam satu jenis tanaman saja, yaitu tebu. Bahkan, sudah sejak lama para petani tebu di desa ini menjadi mitra dan binaan dari Pabrik Gula (PG) Kremboong dan PG. Candi yang berada di Sidoarjo.
                 Tahun ini, hasil rendemen (prosentase gula dalam tebu) yang rendah membuat para petani tebu, termasuk di Bandarasri mengeluh. Karena dengan rendemen yang rendah, penghasilan para petani juga menyusut.
                “Sekitar tahun 1996/1997 waktu saya jadi petani, saya pernah demo pada PTPN karena rendemen rendah. Waktu itu kami diberi dana sharing dari PTPN, tapi kalau tahun ini sepertinya tidak,” ujar Darsianto, Kepala Desa Bandarasri.
                Ketergantungan petani tebu di desanya dengan pabrik gula membuat para petani tidak bisa berbuat banyak ketika rendemen rendah. Selama ini harga gula memang ditentukan pemerintah, sedangkan rendemen ditentukan pabrik. Agar petani tidak terlalu bergantung dengan pabrik, Darsianto mempunyai ide agar petani tebu di desanya bisa memproduksi tebu sendiri, entah berbentuk gula merah atau yang lainnya. Untuk merealisasikannya, pria yang baru beberapa bulan menjabat kepala desa ini berencana datang ke BLK dan mengusulkan pelatihan dan pembinaan untuk petani tebu di desanya.
                Selain berencana membuat pelatihan mengolah tebu sendiri, Darsianto juga berkeinginan untuk membuat sumur bor. Mengingat kendala yang dihadapi warga dalam menanam palawija adalah pengairannya, sehingga jika terdapat sumur bor di desanya akan lebih memungkinkan warga untuk menanam palawija atau tanaman lainnya.
                Kenapa harus sumur bor? Menurut Darsianto, jika harus membuat bendungan akan lebih tidak mungkin, dikarenakan sumber airnya ada di desa sebelah yang masuk dalam wilayah Sidoarjo. (uul, hay)


               
               Dawiyono, Bagian Budchips (Penyediaan Bibit Tebu) PG Krembung,
KELUHKAN ADANYA KONTRAKTOR
Kondisi tenaga kerja yang minim memaksa PG Krembung untuk mengoptimalkan produksi lahan tebu yang ada. Berbagai inovasi dari penyediaan bibit siap tanam hingga alternatif pengairan yang efektif dan efisien pun diupayakan. Seperti Apa?
Memulai kemitraan dengan masyarakat sejak tahun 1975, PG Krembung yang sebelumnya merupakan BUMN bertindak sebagai penyewa lahan untuk kemudian dijadikan lahan pertanian. Lahirnya Inpres No. 9 Tahun 1975 tentang Tebu Rakyat Intensifikasi membawa babak baru dalam hal hubungan PG dengan Pemilik lahan (yang kemudian diperbarui dengan Intruksi Presiden No.5 tahun 1998).
Dalam Inpres tersebut petani tebu diberikan tempat istimewa. Dengan kata lain, inpres ini bertujuan agar para petani tebu menjadi “raja” di tanahnya sendiri.  Kebijaksanaan ini mengubah hubungan Pabrik Gula (PG)-Tanah, menjadi Pabrik Gula-Petani, dan petani memasok tebu kepada PG. Inpres ini bertujuan meningkatkan pendapatan petani tebu, peningkatan produksi gula dan mencapai swasembada gula konsumsi rumah tangga.
Sejak saat itulah PG yang kemudian berperan sebagai pembina terus mengupayakan perbaikan dalam setiap sietem kerjanya. Diantaranya dalam hal penyediaan bibit temu bagi petani. Sebelumnya bibit diperoleh dengan cara stek batang dari jenis tebu bagalan, yang diakui memiliki resiko kematian yang masih cukup tinggi.
Dengan kondisi tenaga kerja yang minim, PG Krembung melalui bagian Budchips yang tersebar di setiap wilayah pun mengupayakan penyediaan bibit dengan prosentase kehidupan mencapai 95%. Yakni dengan menanam bibit yang telah hidup, dengan kata lain tanaman tebu hidup yang berusia 3 sampai 3,5 bulan dan telah mengalami proses pengerdilan. Bibit ini kemudian dijual kepada petani denga harga Rp.450.
Kondisi tanah untuk wilayah Kec Krembung dan sekitarnya termasuk Desa Bandarasri merupakan daerah delta (kawasan aliran sungai) dan pegununungan. Untuk wilayah delta dengan kondisi drainase yang tinggi umumnya menggunakan bibit dari varietas tebu jenis 92750, 862, dan Kidang Kencono.
Namun, diungkapkan Dawiyono, kecenderungan sulitnya tenaga kerja serta bukan lagi petani murni yang mengerjakan lahan tebu menjadi permasalahan tersendiri. Sejauh ini tujuan dari kemitraan yang diharapkan pemerintah adalah bagaimana para petani merasakan sendiri menggarap dan memperoleh keuntungan dari lahannya, tak terealisasi.
“Jadi tebu yang ada dihamparan ini yang sejumlah 13,4 ha ini itu aslinya kan dari PG juklaknya itu kan juklak petani tetapi ternyata ini miliknya orang satu yaitu kontraktor. Jadi yang menjual tebu pada kita itu pada dasarnya adalah kontraktor,” jelas Kepala Bagian Budchips PG Krembung Desa Bandarasri tersebut.
Jadi petani kembali buruh? Tidak. Menurut Dawiyono, saat ini jarang sekali petani yang mengerjakan lahannya. Tenaga kerja justru banyak yang mendatangkan dari luar daerah.
“Petani kebanyakan sekarang lebih banyak menyewakan lahannya, kalau habis masa sewanya ya disewakan lagi. Jadi sekedar menikmat hasil sewa tanah tersebut. Ndak mau jegur sendiri padahal kami dari PG sendiri sudah memfasilitasi segala sesuatunya yang dikehendaki petani yang kooperatif. Yaitu petaninya sendiri, lahannya sendiri, bibitnya dari PG dan SKHUnya bagi hasil diwakili oleh ketua kelompok yang ada di desa, koptan tebu yang dipilih sendiri oleh masyarakat,” keluh Dawiyono sembari memperlihatkan sistem penyiraman baru yang dikembangkan PG Krembung.
Menggunakan pipa paralon yang disambungkan dengan pompa air yang akan langsung menyiram bibit dibawahnya begitu listrik pompa air dinyalakan. Hal ini terbukti lebih efisien daripada menyiram secara manual. Sekaligus mengurangi beban tenaga kerja.
(hay,uul)


Darsianto, Kepala Desa Badarasri Kec Ngoro Kab Mojokerto
IRI KABUPATEN SIDOARJO
Kendati mengakui keguyuban masyarakat, Darsianto tetap saja merasa resah. Pasalnya, desa yang belum genap satu periode dipimpinnya masih menyisakan banyak masalah, khususnya terkait pengairan lahan pertanian.
Desa Bandarasri merupakan satu dari beberapa desa yang berbatasan langsung dengan Kec Krembung Kab Sidoarjo. Sehingga tidak mengherankan jika atmosfer Kota Delta itu masih sangat kental di desa milik Bumi Majapahit ini.
Dengan sekitar 10 Ha lahan pertanian, masyarakat Bandarsri mayoritas menggantungkan hidupnya pada hasil pertanian, terutama tebu. Hanya sekitar 15% lahan yang ditanami palawija. Hal ini melihat kondisi tanah yang cenderung kering.
Berada tidak jauh dari aliran Sungai Porong, nyatanya tak membuat masyarakat di desa Bandarsri merasakan manfaat penuh darinya. Mengingat Sungai Porong secara administratif merupakan bagian dari wilayah Kec Krembung Kab Sidoarjo. Sehingga jikapun ingin mengusahakan pengairan untuk lahan, yang paling memungkinkan adalah dengan membangun sumur bor.
Kondisi tanah yang kering dengan pengairan yang minim, menjadi salah satu alasan kenapa tebu menjadi komoditas utama Desa Bandarasri. Tebu, merupakan jenis tanaman rumput yang terkenal tahan terhadap cuaca kering.
Namun harga rendemen gula yang rendah lagi-lagi menjadi masalah klasik yang membuat masyarakat tak bisa mengharap banyak dari komoditas utama desanya tersebut. Hal inilah yang juga mengganggu pikiran Darsianto sebagai kepala desa.
Dirinya berharap, kendatipun menjadi mitra binaan PG Krembung dan PG Candi masyarakat tetap memiliki daya kreatifitas lain guna mengatasi harga gula yang tidak menentu. Seperti halnya membuat pelatihan khususn agar masyarakat bisa mengolah sendiri hasil tebu yang dimilikinya. Untuk itu, diperlukan keikutsertaan pihak terkait untuk memberikan perhatian.
Harapan kami kepada Pakde Karwo (Pemerintah, red), seyogyanya desa kami bisa seperti desa-desa lain di sekitar, tetangga kami. Termasuk wilayah Kabupaten Sidoarjo, berikutnya wilayah kecamatan krembung, baik nanti bisa mengintruksikan kepada bupati atau pihak tertentu. Terkait keluhan sebagian besar masyarakat di desa kami,” ujar Kades yang baru menjabat sekitar 2 bulan tersebut.
(hay,uul)


BIODATA
NAMA                                   : Darsianto
TTL                                        : Mojokerto, 10 Juni 1964
ISTRI                                     : Retno Pujianti
TTL ISTRI                            : Mojokerto 25 Agustus 1966
ANAK 2                                 : Rani Indah Kurniawati
                                                 Reni Dwiyana Mayasari
PEND TERAKHIR              : SLTA
TLP                                        : 085232771431 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar