Data Desa:
Nama
Desa: Bandarasri, Kec. Ngoro, Kab. Mojokerto
Kepala
Desa: Darsianto
Dusun : ada 4
·
Dusun Bandarasri
·
Dusun Kalanganyar
·
Dusun Sengon
·
Dusun Tawangsari
Batas
Desa:
-
Barat: Tanjangrono, Ngoro
-
Timur: Tambakrejo, Krembung, Sidoarjo
-
Utara: Tanjekwagir, Krembung, Sidoarjo
-
Selatan: Ngoro
Wakili Kecamatan dalam Lomba KB-Kesehatan
Dari 19 desa yang ada di
Kecamatan Ngoro, Bandarasri terpilih untuk mewakili Ngoro dalam lomba
KB-Kesehatan tingkat kabupaten. Kemajuan program dan tingkat partisipasi warga
menjadi faktor terpilihnya desa ini.
Letak Desa Bandarasri yang
berbatasan langsung dengan wilayah Sidoarjo membuat perjalanan dari Surabaya ke
desa ini lebih dekat jika melalui Kecamatan Krembung, Sidoarjo. Rutenya pun
relatif mudah dicari. Cukup temukan jembatan Sungai Porong, lantas ikuti jalan kecil yang berada di sebelah
utara jembatan.
Melihat lokasinya, siapa sangka
Desa Bandarasri mempunyai berbagai potensi yang unggul daripada daerah
sekitarnya. Salah satunya adalah Kesatuan Gerak Keluarga Berencana (KB)-Kesehatan.
Bahkan, karena perkembangan yang baik dalam KB-Kesehatan, Desa Bandarasri
terpilih untuk mewakili kecamatan yang terkenal sebagai daerah industri itu
dalam lomba KB-Kesehatan tingkat kabupaten. Terlebih, di desa ini hampir tidak
pernah terjadi banjir dan kasus demam berdarah (DBD).
Dalam penilaian yang dilakukan tim dari
kabupaten pada 10 Desember 2013 lalu, terlihat antusiasme warga dalam berusaha
memenangkan desanya. Persiapan dari keempat Pokja PKK dilakukan dengan matang. Di
samping itu, berbagai kegiatan yang berhubungan dengan KB dan kesehatan pun
digelar. Mulai dari cuci tangan pakai sabun, senam, donor darah hingga
pemasangan alat KB. Kader PKK, BKB, BKR, BKL serta warga desa lain turut berpartisipasi
dalam rangkaian kegiatan tersebut. Mereka bergerak bahu membahu demi memikat
tim penilai.
Tim penilai yang merupakan
gabungan dari beberapa instansi, yakni Bapemas, Dinkes, PKK, dan beberapa
instansi lain dengan telaten meneliti laporan-laporan program dari keempat
Pokja PKK dan bidan desa dengan detail. Beberapa pertanyaan mengenai
perkembangan program di desa juga diajukan tim penilai.
Meski harus bersaing dengan
desa-desa lain, Camat Ngoro, Ketua TP PKK Kecamatan Ngoro dan jajaran perangkat
desa tidak berkecil hati. Mereka tetap optimis Desa Bandarasri menang.
“Mudah-mudahan bisa diunggulkan dan mewakili kabupaten sebagai desa
KB-Kesehatan,” harap Ketua TP PKK Kecamatan Ngoro, Etik Ridwan.
Mitra Pabrik Gula
Potensi lain yang menjadi
unggulan Bandarasri adalah pertanian. Namun, meski dekat dengan Sungai Porong, tanah di Bandarasri termasuk kering,
sehingga tidak memungkinkan untuk ditanami padi atau jenis palawija lain. Para
petani di desa ini hanya menanam satu jenis tanaman saja, yaitu tebu. Bahkan,
sudah sejak lama para petani tebu di desa ini menjadi mitra dan binaan dari
Pabrik Gula (PG) Kremboong dan PG. Candi yang berada di Sidoarjo.
Tahun ini, hasil rendemen (prosentase gula
dalam tebu) yang rendah membuat para petani tebu, termasuk di Bandarasri
mengeluh. Karena dengan rendemen yang rendah, penghasilan para petani juga
menyusut.
“Sekitar tahun 1996/1997 waktu
saya jadi petani, saya pernah demo pada PTPN karena rendemen rendah. Waktu itu
kami diberi dana sharing dari PTPN, tapi kalau tahun ini sepertinya
tidak,” ujar Darsianto, Kepala Desa Bandarasri.
Ketergantungan petani tebu di
desanya dengan pabrik gula membuat para petani tidak bisa berbuat banyak ketika
rendemen rendah. Selama ini harga gula memang ditentukan pemerintah, sedangkan
rendemen ditentukan pabrik. Agar petani tidak terlalu bergantung dengan pabrik,
Darsianto mempunyai ide agar petani tebu di desanya bisa memproduksi tebu sendiri,
entah berbentuk gula merah atau yang lainnya. Untuk merealisasikannya, pria
yang baru beberapa bulan menjabat kepala desa ini berencana datang ke BLK dan
mengusulkan pelatihan dan pembinaan untuk petani tebu di desanya.
Selain berencana membuat
pelatihan mengolah tebu sendiri, Darsianto juga berkeinginan untuk membuat
sumur bor. Mengingat kendala yang dihadapi warga dalam menanam palawija adalah
pengairannya, sehingga jika terdapat sumur bor di desanya akan lebih
memungkinkan warga untuk menanam palawija atau tanaman lainnya.
Kenapa harus sumur bor? Menurut
Darsianto, jika harus membuat bendungan akan lebih tidak mungkin, dikarenakan sumber
airnya ada di desa sebelah yang masuk dalam wilayah Sidoarjo. (uul, hay)
Dawiyono, Bagian Budchips
(Penyediaan Bibit Tebu) PG Krembung,
KELUHKAN ADANYA KONTRAKTOR
Kondisi tenaga kerja yang minim memaksa PG Krembung untuk mengoptimalkan
produksi lahan tebu yang ada. Berbagai inovasi dari penyediaan bibit siap tanam
hingga alternatif pengairan yang efektif dan efisien pun diupayakan. Seperti
Apa?
Memulai kemitraan dengan masyarakat sejak tahun 1975, PG Krembung yang
sebelumnya merupakan BUMN bertindak sebagai penyewa lahan untuk kemudian
dijadikan lahan pertanian. Lahirnya Inpres No. 9 Tahun 1975
tentang Tebu Rakyat Intensifikasi
membawa babak baru dalam hal hubungan PG dengan Pemilik lahan (yang kemudian
diperbarui dengan Intruksi Presiden No.5
tahun 1998).
Dalam Inpres tersebut
petani tebu diberikan tempat istimewa. Dengan kata lain, inpres ini bertujuan agar para
petani tebu menjadi
“raja” di tanahnya sendiri. Kebijaksanaan ini mengubah hubungan Pabrik
Gula (PG)-Tanah, menjadi Pabrik Gula-Petani, dan petani memasok tebu kepada PG. Inpres
ini bertujuan meningkatkan pendapatan petani tebu, peningkatan produksi gula
dan mencapai swasembada gula konsumsi rumah tangga.
Sejak saat itulah PG yang kemudian berperan sebagai pembina terus
mengupayakan perbaikan dalam setiap sietem kerjanya. Diantaranya dalam hal
penyediaan bibit temu bagi petani. Sebelumnya bibit diperoleh dengan cara stek
batang dari jenis tebu bagalan, yang
diakui memiliki resiko kematian yang masih cukup tinggi.
Dengan kondisi tenaga kerja yang minim, PG Krembung melalui bagian
Budchips yang tersebar di setiap wilayah pun mengupayakan penyediaan bibit
dengan prosentase kehidupan mencapai 95%. Yakni dengan menanam bibit yang telah
hidup, dengan kata lain tanaman tebu hidup yang berusia 3 sampai 3,5 bulan dan
telah mengalami proses pengerdilan. Bibit ini kemudian dijual kepada petani
denga harga Rp.450.
Kondisi tanah untuk wilayah Kec Krembung dan sekitarnya termasuk Desa Bandarasri
merupakan daerah delta (kawasan aliran sungai) dan pegununungan. Untuk wilayah delta
dengan kondisi drainase yang tinggi umumnya menggunakan bibit dari varietas
tebu jenis 92750, 862, dan Kidang Kencono.
Namun, diungkapkan Dawiyono, kecenderungan sulitnya tenaga kerja serta
bukan lagi petani murni yang mengerjakan lahan tebu menjadi permasalahan
tersendiri. Sejauh ini tujuan dari kemitraan yang diharapkan pemerintah adalah
bagaimana para petani merasakan sendiri menggarap dan memperoleh keuntungan
dari lahannya, tak terealisasi.
“Jadi tebu yang ada dihamparan ini yang sejumlah 13,4 ha ini itu aslinya
kan dari PG juklaknya itu kan juklak petani tetapi ternyata ini miliknya orang
satu yaitu kontraktor. Jadi yang menjual tebu pada kita itu pada dasarnya
adalah kontraktor,” jelas Kepala Bagian Budchips PG Krembung Desa Bandarasri
tersebut.
Jadi petani kembali buruh? Tidak. Menurut Dawiyono, saat ini jarang
sekali petani yang mengerjakan lahannya. Tenaga kerja justru banyak yang mendatangkan
dari luar daerah.
“Petani kebanyakan sekarang lebih banyak menyewakan lahannya, kalau
habis masa sewanya ya disewakan lagi. Jadi sekedar menikmat hasil sewa tanah
tersebut. Ndak mau jegur sendiri padahal kami dari PG sendiri sudah
memfasilitasi segala sesuatunya yang dikehendaki petani yang kooperatif. Yaitu
petaninya sendiri, lahannya sendiri, bibitnya dari PG dan SKHUnya bagi hasil
diwakili oleh ketua kelompok yang ada di desa, koptan tebu yang dipilih sendiri
oleh masyarakat,” keluh Dawiyono sembari memperlihatkan sistem penyiraman baru yang
dikembangkan PG Krembung.
Menggunakan pipa paralon yang disambungkan dengan pompa air yang akan
langsung menyiram bibit dibawahnya begitu listrik pompa air dinyalakan. Hal ini
terbukti lebih efisien daripada menyiram secara manual. Sekaligus mengurangi
beban tenaga kerja.
(hay,uul)
Darsianto, Kepala Desa
Badarasri Kec Ngoro Kab Mojokerto
IRI KABUPATEN SIDOARJO
Kendati mengakui keguyuban
masyarakat, Darsianto tetap saja merasa resah. Pasalnya, desa yang belum genap
satu periode dipimpinnya masih menyisakan banyak masalah, khususnya terkait
pengairan lahan pertanian.
Desa Bandarasri merupakan satu dari beberapa desa yang berbatasan
langsung dengan Kec Krembung Kab Sidoarjo. Sehingga tidak mengherankan jika
atmosfer Kota Delta itu masih sangat kental di desa milik Bumi Majapahit ini.
Dengan sekitar 10 Ha lahan pertanian, masyarakat Bandarsri mayoritas
menggantungkan hidupnya pada hasil pertanian, terutama tebu. Hanya sekitar 15%
lahan yang ditanami palawija. Hal ini melihat kondisi tanah yang cenderung
kering.
Berada tidak jauh dari aliran Sungai Porong, nyatanya tak membuat masyarakat
di desa Bandarsri merasakan manfaat penuh darinya. Mengingat Sungai Porong
secara administratif merupakan bagian dari wilayah Kec Krembung Kab Sidoarjo.
Sehingga jikapun ingin mengusahakan pengairan untuk lahan, yang paling
memungkinkan adalah dengan membangun sumur bor.
Kondisi tanah yang kering dengan pengairan yang minim, menjadi salah
satu alasan kenapa tebu menjadi komoditas utama Desa Bandarasri. Tebu,
merupakan jenis tanaman rumput yang terkenal tahan terhadap cuaca kering.
Namun harga rendemen gula yang rendah lagi-lagi menjadi masalah klasik
yang membuat masyarakat tak bisa mengharap banyak dari komoditas utama desanya
tersebut. Hal inilah yang juga mengganggu pikiran Darsianto sebagai kepala
desa.
Dirinya berharap, kendatipun menjadi mitra binaan PG Krembung dan PG Candi
masyarakat tetap memiliki daya kreatifitas lain guna mengatasi harga gula yang
tidak menentu. Seperti halnya membuat pelatihan khususn agar masyarakat bisa
mengolah sendiri hasil tebu yang dimilikinya. Untuk itu, diperlukan
keikutsertaan pihak terkait untuk memberikan perhatian.
“Harapan kami kepada Pakde Karwo (Pemerintah, red), seyogyanya desa kami
bisa seperti desa-desa lain di sekitar, tetangga kami. Termasuk wilayah Kabupaten
Sidoarjo, berikutnya wilayah kecamatan krembung, baik nanti bisa
mengintruksikan kepada bupati atau pihak tertentu. Terkait keluhan sebagian
besar masyarakat di desa kami,” ujar Kades yang baru menjabat sekitar 2 bulan
tersebut.
(hay,uul)
BIODATA
NAMA :
Darsianto
TTL : Mojokerto, 10 Juni 1964
ISTRI : Retno Pujianti
TTL ISTRI : Mojokerto 25
Agustus 1966
ANAK 2 : Rani Indah Kurniawati
Reni Dwiyana Mayasari
PEND TERAKHIR :
SLTA
TLP :
085232771431
Tidak ada komentar:
Posting Komentar