BIODATA USAHA
Nama : NiO-EL Art n' Design Wire Jewelry
Alamat : Jl. Jeruk 6/No. 6,
Pondok Tjandra Indah Waru-Sidoarjo 61256
Owner : Lydia Waskita Setyawan
Esther Lestari Handajani
Tahun
Berdiri : 2011
Telp. : 0856-4822-7681 (Esther)
0817-9318-335 (Lydia)
Email : nio_el2@yahoo.com
Facebook : nio_el@yahoo.com
Lydia Waskito Setiawan, Pengrajin sekaligus
Owner NiO-EL Art n' Design Wire Jewelry
BERKARYA UNTUK INDONESIA
Apa tujuan seseorang berwirausaha? Keutungan?
Nama besar? Prestise?. Lydia Waskito Setiawan menjawabnya untuk Indonesia. Satu
dari sedikit pengrajin dan pengusaha yang menjadikan keuntungan bukan tujuan
utama, melainkan pemberdayaan. Seperti apakah?
Bersama rekannya, Esther
Lestari Handajani, Lydia –panggilan akrabnya- memprakarsai berdirinya "NiO-EL Art n' Design Wire Jewelry", sebuah rumah kerajinan yang menyediakan
berbagai macam kerajinan berupa perhiasan dan aksesoris dari kawat.
Dengan hanya dibantu oleh tiga orang pekerja yang bekerja paruh waktu, Lydia dan Esther menjalankan usaha yang
diakui beromset sedikitnya 2-3 juta perbulannya. Mulai menekuni kerajinan kawat sejak
tahun 2005. Pada 2008 Lydia dan Esther berinisiatif untuk membuat
sebuah buku keterampilan dari kawat. Pada tahun 2009 buku perdana berjudul Aksesori dari kawat ( 90 desain dari aksesori dari artistic wire ) pun terbit.
Melalui buku tersebutlah nama keduanya mulai dikenal oleh
banyak kalangan termasuk dinas-dinas di lingkungan pemerintahan Provinsi Jatim
yang kerap mengontaknya untuk berbagai event pameran. Diantaranya seperti pada
event Jatim Fair atau Inacraft. Melalui kesempatan pameran ini juga Lydia dan
Esther memperoleh ladang promosi dan kerapkali menerima pesanan dalam jumlah
yang tidak sedikit.
Seluruh desain serta cara perakitan kawat dan batu memang
merupakan kreasi dari Lydia dan Esther. Kendati mengaku tidak pernah belajar di
sekolah seni namun hasil kreasi keduanya cukup banyak diminati konsumen.
Desain kecil yang umumnya bisa dikerjakan secara masal
seperti bros atau cincin memang lebih banyak diserahkan pada ketiga ibu rumah
tangga pekerjanya. Para pekerja tersebut adalah ibu rumah tangga yang mengambil
bahan untuk kemudian dikerjakan di rumah sembari mengurus rumah, setelah
sebelumnya diajarkan cara membuatnya oleh Lydia atau Esther. Upah untuk setiap kerajinan yang dihasilkan yang dibuat sekitar Rp. 15.000
Sementara untuk desain yang rumit dikerjakannya sendiri,
baik oleh Lydia maupun Esther. Desain rumit tersebut umumnya berupa kalung,
gelang, atau paket perhiasan dengan tingkat kerumitan tinggi yang beberapa
merupakan pesanan pelanggan.
“Untuk pengerjaan yang besar bisa
mencapai 2-3 bulan tergantung dari jenis kerumitan anyaman dan bahan yang
dipakai. Jadi untuk beberapa customer yang
menginginkan model khusus harus memesan terlebih dahulu. Tetapi kami juga kerap
membuat kreasi sendiri yang jika customer
suka, bisa langsung dibeli,” jelas Lydia.
Bahan untuk kerajinan seperti batu alam paling banyak didatangkannya dari Pacitan
dan Sukabumi. Meskipun untuk beberapa jenis batu mulia seperti swarowsky harus didatangkannya dari luar negeri. Diantaranya Malaysia,
Singapura, China, hingga Australia.
“Indonesia itu
sebenarnya kaya. Bukan, sebetulnya memang kaya. Tapi kita kalah di teknologi. Batu-batu mulia seperti ini bahannya sebenarya
ada di Indonesia tapi teknologi yang bisa membetuk adanya di luar negeri.
Sehingga ujung-ujungnya kita tetap harus impor dari sana,” ujar Lydia menunjuk beberapa kreasi perhiasan buatannya dari batuan swarowski.
Pasaran
untuk barang kerajinan memang memiliki pasang surutnya. Namun hal itu tidak menjadi beban pikiran baginya maupun Esther. Keduanya yang juga kerap digandeng oleh Dinas
Provinsi untuk memberikan pelatihan kewirausahaan mengaku menjalani usaha
dengan santai. Bagaimanapun usaha yang dijalaninya ini berawal dari hoby.
Bahkan Lidya mengaku sama sekali tidak tertarik untuk
mengajar pelatihan di luar negeri, seperti yang banyak dilakukan oleh rekan
sesama pengrajinnya. Kendati dengan
iming-iming uang saku yang besar. Bisa jadi lebih besar dari keuntungan usaha
yang digelutinya.
“Daripada saya memintarkan dan memperkaya orang luar
negeri kan lebih baik saya melatih orang-orang Indonesia untuk kemudiaan bisa
mengelola sumber daya alamnya sendiri. Itu lebih baik kan?” ujarnya berapi
dengan nada bertanya.
Menjual Seni
Melalui tangan
dinginnya, kawat tembaga dipadu dengan batuan alam pun disulapnya menjadi
berbagai aksesori yang tidak kalah cantiknya dengan perhiasan emas dan
sejenisnya. Tapi jangan tanyakan dimana semua keahlian seni itu dipelajarinya,
karena semuanya murni kreasi alias otodidak.
Kendati menyukai hal-hal berbau seni sejak kecil namun
keinginannya untuk belajar di sekolah seni tak kesampaian. Lantaran terkendala
orang tua yang menganggap bahwa seniman tidak memiliki masa depan.
Tapi hal itu tak menyurutkan kecintaannya pada dunia
seni. Sebelum akhirnya bergelut dengan kerajinan kawat, Lydia sempat aktif bersama Asprinta (Asosiasi Pengusaha Bunga Kering dan Buatan), sebuah perkumpulan yang bergerak di bidang kerajinan daun kering dan
bahan-bahan artificial.
“Dari sana kami
juga tidak jauh-jauh dari kawat dan semacamnya itulah
yang kemudian membawa saya menekuni kerajinan kawat sampai sekarang,” ujar Lydia
sembari menunjukkan alat-alat kerjanya yang ternyata hanya berupa obeng-obeng
kecil untuk memelintir dan membentuk kawat menjadi berbagai bentuk.
Tak hanya sibuk dengan usaha kerajinan kawat, Lydia
bersama Esther pun menerbitkan buku. Tujuannya adalah agar lebih banyak tangan-tangan
terampil yang juga bisa mempelajari kreasi yang mereka ciptakan. Beberapa judul
buku mereka seperti buku Aksesori
dari kawat ( 90 desain dari aksesori dari artistic wire ), Aksesori
Futuristik, Aksesori Kain Flanel, dan aksesori dari
kawat II ( Padu Padan Kreasi Kawat dengan perca Batik ).
Penulisan buku-buku tersebutlah yang kemudian membangun
inisiatif keduanya untuk mendirikan rumah kerajinan dengan nama " NiO-EL Art n' Design Wire Jewelry " pada tahun 2011. Sebuah konsep yang mewakili Kecantikan
,keindahan, kelembutan dan sebuah kekuatan yang berada di dalam setiap
kepribadian para wanita, begitulah salah satu tagline yang diusung dalam
websitenya.
OJO PRITUNGAN
Mendirikan usaha bersama parnert bukanlah perkara mudah.
Kerapkali perbedaan dalam diri masing-masing orang bisa menjadi kendala serius
dalam perjalanan usaha. Hal ini agaknya bukan menjadi kendala bagi Lydia dan
Esther. Keduanya justru bak sejoli yang selalu seiya sekata.
“Partner itu
kalau kita bicara soal pekerjaan, jangan dianggap seperti orang lain. Bahkan
sudah seperti suami istri. Memang harus sehati sejiwa satu tujuan. Kita sudah
tidak memikirkan untung rugi apa yang kita dapat ya itu kita bagi berdua. Kita
juga tidak itung-itungan siapa yang kerja siapa yang tidak,” ujar perempuan berkulit putih yag mengaku
pernah mendapat pesanan pembuatan bunga hiasan hotel sebanyak 200 buah saat
masih aktif di Asprinta.
Prinsip tidak suka pritungan itu bukan saja
mengenai hubungannya dengan Esther. Dalam penjualan hasil kerajinan pun Lydia
mematok harga sesuai kondisi. Kerajinan dengan bentuk cincin misalnya, untuk
harga jual sekitar 100 ribu dilepasnya dengan harga 65 ribu jika pembeli
mengambil dalam jumlah yang besar untuk dijual kembali. Sedang batu-batuan (tanpa desain, red) paling murah dipatok dari
harga 25 ribu untuk batu asli. Sedangkan untuk batu sintetis (atom) mulai dari
5ribu.
Pengalaman menarik yang sempat membuatnya berbisik saat
menceritakannya ketika ditemui di sela-sela pameran pada kesempatan Rakor TP
PKK Provinsi Jatim, 25 Desember 2013 yakni saat mendapati pembeli dari luar
negeri. Pasalnya, sang pembeli sempat menawar harga dengan tidak wajar karena
berpikir Lydia menaikkan harga untuk pembeli luar negeri.
“Padahal saya
memberikan harga sesuai dengan tingkat seni dari kerajinan itu sendiri, gak
peduli yang beli itu orang Indonesaia atau bule,” ujar pengrajin berdarah cina tersebut.
BIODATA
Nama : Lydia Waskita Setiawan
Alamat : Jl. Jeruk 6/No. 6,
Pondok Tjandra Indah Waru-Sidoarjo 61256
T.T.L : 6 Juni 1978
Nama
Suami : Ir. Gideon Setiawan
Pendidikan : SMEA Akuntansi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar