Minggu, 28 Desember 2014

Lydia Waskito Setiawan, Pengrajin sekaligus Owner NiO-EL Art n' Design Wire Jewelry


BIODATA USAHA
Nama               : NiO-EL Art n' Design Wire Jewelry
Alamat                        : Jl. Jeruk 6/No. 6, Pondok Tjandra Indah Waru-Sidoarjo 61256
Owner             : Lydia Waskita Setyawan
                          Esther Lestari Handajani
Tahun Berdiri  : 2011
Telp.                : 0856-4822-7681 (Esther)
                          0817-9318-335 (Lydia)
Email               : nio_el2@yahoo.com
Facebook         : nio_el@yahoo.com

Lydia Waskito Setiawan, Pengrajin sekaligus Owner NiO-EL Art n' Design Wire Jewelry
BERKARYA UNTUK INDONESIA

Apa tujuan seseorang berwirausaha? Keutungan? Nama besar? Prestise?. Lydia Waskito Setiawan menjawabnya untuk Indonesia. Satu dari sedikit pengrajin dan pengusaha yang menjadikan keuntungan bukan tujuan utama, melainkan pemberdayaan. Seperti apakah?


Bersama rekannya, Esther Lestari Handajani, Lydia –panggilan akrabnya- memprakarsai berdirinya "NiO-EL Art n' Design Wire Jewelry", sebuah rumah kerajinan yang menyediakan berbagai macam kerajinan berupa perhiasan dan aksesoris dari kawat.
Dengan hanya dibantu oleh tiga orang pekerja yang bekerja paruh waktu, Lydia dan Esther menjalankan usaha yang diakui beromset sedikitnya 2-3 juta perbulannya. Mulai menekuni kerajinan kawat sejak tahun 2005. Pada 2008 Lydia dan Esther berinisiatif untuk membuat sebuah buku keterampilan dari kawat. Pada tahun 2009 buku perdana berjudul Aksesori dari kawat ( 90 desain dari aksesori dari artistic wire ) pun terbit.
Melalui buku tersebutlah nama keduanya mulai dikenal oleh banyak kalangan termasuk dinas-dinas di lingkungan pemerintahan Provinsi Jatim yang kerap mengontaknya untuk berbagai event pameran. Diantaranya seperti pada event Jatim Fair atau Inacraft. Melalui kesempatan pameran ini juga Lydia dan Esther memperoleh ladang promosi dan kerapkali menerima pesanan dalam jumlah yang tidak sedikit.
Seluruh desain serta cara perakitan kawat dan batu memang merupakan kreasi dari Lydia dan Esther. Kendati mengaku tidak pernah belajar di sekolah seni namun hasil kreasi keduanya cukup banyak diminati konsumen.
Desain kecil yang umumnya bisa dikerjakan secara masal seperti bros atau cincin memang lebih banyak diserahkan pada ketiga ibu rumah tangga pekerjanya. Para pekerja tersebut adalah ibu rumah tangga yang mengambil bahan untuk kemudian dikerjakan di rumah sembari mengurus rumah, setelah sebelumnya diajarkan cara membuatnya oleh Lydia atau Esther. Upah untuk setiap kerajinan yang dihasilkan yang dibuat sekitar Rp. 15.000
Sementara untuk desain yang rumit dikerjakannya sendiri, baik oleh Lydia maupun Esther. Desain rumit tersebut umumnya berupa kalung, gelang, atau paket perhiasan dengan tingkat kerumitan tinggi yang beberapa merupakan pesanan pelanggan.
 Untuk pengerjaan yang besar bisa mencapai 2-3 bulan tergantung dari jenis kerumitan anyaman dan bahan yang dipakai. Jadi untuk beberapa customer yang menginginkan model khusus harus memesan terlebih dahulu. Tetapi kami juga kerap membuat kreasi sendiri yang jika customer suka, bisa langsung dibeli,” jelas Lydia.
Bahan untuk kerajinan seperti batu alam paling banyak didatangkannya dari Pacitan dan Sukabumi. Meskipun untuk beberapa jenis batu mulia seperti swarowsky harus didatangkannya dari luar negeri. Diantaranya Malaysia, Singapura, China, hingga Australia.
Indonesia itu sebenarnya kaya. Bukan, sebetulnya memang kaya. Tapi kita kalah di teknologi. Batu-batu mulia seperti ini bahannya sebenarya ada di Indonesia tapi teknologi yang bisa membetuk adanya di luar negeri. Sehingga ujung-ujungnya kita tetap harus impor dari sana,” ujar Lydia menunjuk beberapa kreasi perhiasan buatannya dari batuan swarowski.
Pasaran untuk barang kerajinan memang memiliki pasang surutnya. Namun hal itu tidak menjadi beban pikiran baginya maupun Esther. Keduanya yang juga kerap digandeng oleh Dinas Provinsi untuk memberikan pelatihan kewirausahaan mengaku menjalani usaha dengan santai. Bagaimanapun usaha yang dijalaninya ini berawal dari hoby.
Bahkan Lidya mengaku sama sekali tidak tertarik untuk mengajar pelatihan di luar negeri, seperti yang banyak dilakukan oleh rekan sesama pengrajinnya. Kendati dengan iming-iming uang saku yang besar. Bisa jadi lebih besar dari keuntungan usaha yang digelutinya.
“Daripada saya memintarkan dan memperkaya orang luar negeri kan lebih baik saya melatih orang-orang Indonesia untuk kemudiaan bisa mengelola sumber daya alamnya sendiri. Itu lebih baik kan?” ujarnya berapi dengan nada bertanya.
Menjual Seni
Melalui tangan dinginnya, kawat tembaga dipadu dengan batuan alam pun disulapnya menjadi berbagai aksesori yang tidak kalah cantiknya dengan perhiasan emas dan sejenisnya. Tapi jangan tanyakan dimana semua keahlian seni itu dipelajarinya, karena semuanya murni kreasi alias otodidak.
Kendati menyukai hal-hal berbau seni sejak kecil namun keinginannya untuk belajar di sekolah seni tak kesampaian. Lantaran terkendala orang tua yang menganggap bahwa seniman tidak memiliki masa depan.
Tapi hal itu tak menyurutkan kecintaannya pada dunia seni. Sebelum akhirnya bergelut dengan kerajinan kawat, Lydia sempat aktif bersama Asprinta (Asosiasi Pengusaha Bunga Kering dan Buatan), sebuah perkumpulan yang bergerak  di bidang kerajinan daun kering dan bahan-bahan artificial.
Dari sana kami juga tidak jauh-jauh dari kawat dan semacamnya itulah yang kemudian membawa saya menekuni kerajinan kawat sampai sekarang,” ujar Lydia sembari menunjukkan alat-alat kerjanya yang ternyata hanya berupa obeng-obeng kecil untuk memelintir dan membentuk kawat menjadi berbagai bentuk.
Tak hanya sibuk dengan usaha kerajinan kawat, Lydia bersama Esther pun menerbitkan buku. Tujuannya adalah agar lebih banyak tangan-tangan terampil yang juga bisa mempelajari kreasi yang mereka ciptakan. Beberapa judul buku mereka seperti buku Aksesori dari kawat ( 90 desain dari aksesori dari artistic wire ), Aksesori Futuristik, Aksesori Kain Flanel, dan aksesori dari kawat II ( Padu Padan Kreasi Kawat dengan perca Batik ).
Penulisan buku-buku tersebutlah yang kemudian membangun inisiatif keduanya untuk mendirikan rumah kerajinan dengan nama " NiO-EL Art n' Design Wire Jewelry " pada tahun 2011. Sebuah konsep yang mewakili Kecantikan ,keindahan, kelembutan dan sebuah kekuatan yang berada di dalam setiap kepribadian para wanita, begitulah salah satu tagline yang diusung dalam websitenya.

OJO PRITUNGAN
Mendirikan usaha bersama parnert bukanlah perkara mudah. Kerapkali perbedaan dalam diri masing-masing orang bisa menjadi kendala serius dalam perjalanan usaha. Hal ini agaknya bukan menjadi kendala bagi Lydia dan Esther. Keduanya justru bak sejoli yang selalu seiya sekata.
Partner itu kalau kita bicara soal pekerjaan, jangan dianggap seperti orang lain. Bahkan sudah seperti suami istri. Memang harus sehati sejiwa satu tujuan. Kita sudah tidak memikirkan untung rugi apa yang kita dapat ya itu kita bagi berdua. Kita juga tidak itung-itungan siapa yang kerja siapa yang tidak,” ujar perempuan berkulit putih yag mengaku pernah mendapat pesanan pembuatan bunga hiasan hotel sebanyak 200 buah saat masih aktif di Asprinta.
Prinsip tidak suka pritungan itu bukan saja mengenai hubungannya dengan Esther. Dalam penjualan hasil kerajinan pun Lydia mematok harga sesuai kondisi. Kerajinan dengan bentuk cincin misalnya, untuk harga jual sekitar 100 ribu dilepasnya dengan harga 65 ribu jika pembeli mengambil dalam jumlah yang besar untuk dijual kembali. Sedang batu-batuan (tanpa desain, red) paling murah dipatok dari harga 25 ribu untuk batu asli. Sedangkan untuk batu sintetis (atom) mulai dari 5ribu.
Pengalaman menarik yang sempat membuatnya berbisik saat menceritakannya ketika ditemui di sela-sela pameran pada kesempatan Rakor TP PKK Provinsi Jatim, 25 Desember 2013 yakni saat mendapati pembeli dari luar negeri. Pasalnya, sang pembeli sempat menawar harga dengan tidak wajar karena berpikir Lydia menaikkan harga untuk pembeli luar negeri.
Padahal saya memberikan harga sesuai dengan tingkat seni dari kerajinan itu sendiri, gak peduli yang beli itu orang Indonesaia atau bule,” ujar pengrajin berdarah cina tersebut.
BIODATA
Nama               : Lydia Waskita Setiawan
Alamat                        : Jl. Jeruk 6/No. 6, Pondok Tjandra Indah Waru-Sidoarjo 61256
T.T.L               : 6 Juni 1978
Nama Suami    : Ir. Gideon Setiawan
Pendidikan      : SMEA Akuntansi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar