Aku membaca kisahmu, dan aku mulai mengagumimu.
Ia dilahirkan karena keisengan Kunti, mencoba mantra
Adityahredaya saat menatap matahari pagi. Betara Surya datang dan memberinya
bayi laki-laki berbaju besi menyilaukan dan sepasang anting dan kalung. Ia tak
bisa menolak anugerah itu, pun tak bisa mempertahankannya.
Bagian paling tragis dari kelahiran Karna adalah karena tak
ada yang mempertahankan kehadirannya. Tidak juga Kunti, yang demi harga diri
dan kehormatan, menjadi ibu yang tega melarung anak laki-laki pertamanya di
sungai.
Karna seumur hidup menyebut diri Radheya. Ia yang dipungut pasangan
sais kereta Adirata dan Radha selamanya merasa berutang budi pada pasangan yang
menyelamatkan hidupnya itu. Bahkan ketika Kunti mendatanginya bertahun-tahun
kemudian. Ia menolak cap Kunteya, meski itu adalah kenyataan darah.
Tapi bakti tetap ia bagi pada sang ibu kandung. Karna
berjanji tak akan membunuh para Pandawa, kecuali Arjuna. Karena perang antara
keduanya harus terjadi. Bagi Karna, Kunti dapat tetap memiliki 5 anak. Dimana anak
ke-5 ini adalah salah satu diantara ia atau Arjuna. Yang tersembunyi dari
sumpah ini adalah bahwa sesungguhnya Karna sendiri yakin dirinya akan mati
dalam perang baratayudha.
Kisah Karna yang tragis adalah hasil dari pertemuan maupun
persimpangan antara berbagai sifat buruk, kesialan, tipu muslihat, waktu dan
tempat yang tak tepat. Karna adalah ksatria yang hidup sebagai sudra, brahmana,
namun tak pernah sepenuhnya menjadi bagian kaum yang ia perankan.
Seumur hidupnya, Karna adalah sosok yang lain dan terus
dipersalahkan. Ia adalah ksatria yang sudra, ksatria yang brahmana, kakak
Pandawa yang Kurawa, ia putra Kunti yang Radheya.
Seolah belum cukup, Karna mendapatkan tiga kutukan dalam
hidupnya, yang ia peroleh pada waktu yang berbeda-beda. Namun kutukan itu
menjadi kenyataan pada saat yang bersamaan. Ketika ia harus berhadapan dengan
Arjuna.
Bahkan alam semesta pun seolah menghukumnya pada saat yang
bersamaan. Terlahir dan dibuang, ditolak Drona atas alasan darah, mengalami
penghinaan demi penghinaan oleh Drupadi, Arjuna serta Bimasena karena berasal
dari kasta sudra.
Kemarahan yang membara atas kutukan kelahirannya sungguh
berlawanan dengan kedermawanannya yang tanpa pamrih. Bahkan ketika Batara Indra
menyamar menjadi brahmana tua, meminta baju besi yang melekat di badannya, ia
pun memberikannya, meskipun tahu ini hanya sebuah muslihat.
Dikisahkan, Karna bergabung dengan para Pandawa di
Swargaloka setelah Bharatayudha di Kurusetra. Apakah itu sebanding dengan nista
yang telah dihadiahkan, justru oleh orang-orang terdekatnya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar