Tulisan dibawah adalah tulisan versi asli milikmu, tanpa
perubahan. Warna merah menunjukkan kata ataupun kalimat yang menurutku tidak
tepat pemakaiannya. Sebelum lebih jauh, penting kiranya kita samakan persepsi
dulu. Pertama, aku tidak menilai isi tulisan (ilmune gak nyandak nek ngurusi
iku). Kedua, sebagaimana kapasitasku penilaian estetika kepenulisan akan
cenderung mengarah pada estetika kepenulisan secara jurnalistik. Dimana lebih
mengandalkan, efektifitas pemakaian bahasa. Intinya, bagaimana pembaca itu bisa
memahami maksud tulisan tanpa harus menguras banyak energi (umumnya tulisan
akademis kayak begitu). Ketiga, kalaupun nati ada perubahan dalam
versiku, itu juga mengabaikan kesinambungan antar paragraph.
Sedikit refreshing pegetahuan jaman sekolah dasar dulu.
1.
Satu kalimat itu terdiri
dari satu pokok pikiran.
2.
Satu paragraf berisi satu
induk dengan beberapa anak kalimat, yang masih dalam satu tema pembahasan..
3.
Baik secara akademis ataupun
jurnalistik, pemborosan kalimat itu tidak dibenarkan.
4.
Penggunaan tanda baca secara
tepat, penting untuk membuat tulisan itu nyaman dibaca.
5.
Dalam sebuah tulisan setiap
paragraf satu dengan yang lainnya harus saling terkait dalam sebuah grand tema.
(artinya, jangan sampai paragraf pertama bahas telo, paragraf kedua bahas harga
cabe, gak nyambung!)
Sepakat? Mari kita mulai!
Pendidikan karakter anak bisa di mulai dari kamar
Saya
mendapati seorang ibu muda dan seorang (kata ini seharusnya tidak perlu
lagi. Itu pemborosan kata.) putra kecilnya
yang nampak seperti kelas 3 SD berada di dalam warung, (ini seharusnya titik bukan koma. Karena kalimat selanjutnya memiliki
pokok pikiran sendiri. Ingat satu kalimat satu pokok pikiran. Jangan buat
pembaca menguras energi dengan kalimat yang terlalu panjang.) mereka
bercengkrama dengan sangat akrab dan hangat. Pada saat si ibu ingin membayar
makan, ibu
ini (ini juga pemborosan.) memberikan
sebuah tanggung jawab kepada putranya dengan menitipkan tasnya kepada anaknya (pemborosan). Dengan bangga si anak
menerima tanggung jawab yang di berikan oleh (bukan pemborosan, tapi kata yang
tidak perlu. Kurangi penggunaan kata yang jika tidak dipakai pun arti kalimat
tidak terganggu) ibunya, (seharusnya titik.) terlihat sangat jelas bahwa anak
tersebut mendekap erat tas itu (‘anak tersebut’ ‘tas itu’ kombinasi kata yang
menjemukan. Serasa tengah didikte.) dengan menggunakan kedua
tanggannya (aku
sarankan menggunaan titik disini. Kalimatmu lagi-lagi beranak cucu kalimat,
kepanjangan.) seakan-akan anak ini tidak
ingin membuat tas kesayang ibunya hilang dan akhirnya membuat si ibu kecewa (pada kalimat ini banyak sekali partikel ‘nya’ yang
dipakai.). Inilah sebuah
bentuk sederhana dari rasa tanggung jawab yang dimiliki oleh anak itu.
Keberhasilan
anak yang terlihat dan dirasakan para orang tua saat ini tidak terlepas dari
pola asuh yang berkarakter dari orang tuanya. Anak-anak adalah
rezeki atau anugrah yang paling dahsyat yang di berikan oleh Allah swt kepada
para pasangan yang baru saja menikah atau pun yang pasangan yang sudah lama
menikah. (kepanjangan.) Sebagai rasa syukur kepada sang pencipta, sudah
semestinya jika orang tua sangat memperhatikan pendidikan anak, memilihkan
lingkungan yang baik, pola asuh yang benar, asupan gizi yang cukup dan lain
sebagainya.
Membangun
rasa tanggung jawab pada anak merupakan hal sederhana yang bisa di lakukan oleh keluarga. Anak
pada umur 6 tahun sampai 10 tahun merupakan masa-masa penting bagi orang tua
dalam pembentukan karakter. Kegiatan sederhana yang dapat membangun rasa
tanggung jawab terhadap anak yaitu dengan mengajak anak untuk merapikan dan
membersihkan kamar sendiri. Kenapa harus dimulai dengan kamar? Kamar
anak adalah teritori tanggung jawabnya secara langsung. Mungkin orang tua
beranggapan dia masih terlalu muda untuk membersihkan kamarnya
sendiri. Tapi ini tidak berarti, orang tua atau pembantu mengambil alih
tanggung jawab atas kamar anak. Secara bertahap,
anak bisa di ajak untuk mandiri dan bertanggung jawab terhadap ruangannya
sendiri. Kewajiban orang tua adalah mengenalkan dan mendampingi buah hatinya
untuk mengerti dan memahami pentingnya memiliki sifat tanggung jawab.(kurangi penggunaaan partikel ‘nya’ yang tidak perlu.) Langkah paling
mudah bagi orang tua untuk menanamkan rasa tanggung jawab pada anak, bisa
dimulai dengan mengajak anak bersama-sama mengganti seprai dan sarung
bantal/guling. Mulai usia 6 tahun, anak semestinya sudah bisa mengganti sarung
bantal dan guling. Ajak anak bersama-sama mengganti seprai dan sarung
bantal/guling. Mulai usia 6 tahun, anak semestinya sudah bisa mengganti sarung
bantal dan guling. Ketika mengganti seprai, minta anak untuk membantu
memegang satu sisi seprai. Ajari anak untuk melipat pinggiran seprai ke bawah
kasur. Pada usia 10-12 tahun anak juga bisa belajar menyapu kamarnya
sendiri agar Anda sekeluarga tidak terlalu bergantung pada pembantu atau
orang tua. (paragraf
ini kepanjangan. Ada lebih dari satu tema tulisan didalamnya. )
Jika kita melihat
sebuah sumber cahaya ataupun lampu jika dalam rumah. (dalam kaidah jurnalis diperbolehkan memakai dan di awal
kalimat. Tapi kali ini peletakan ini tidak sesuai. Dua Kalimat ini seharusnya
bisa disederhanakan.) Dan pada saat itu kita berdiri tepat dibawah sumber
cahaya, maka secara otomatis bayangan kita berada di bawah
tepat kita
berdiri.
Apabila kita bergeser menjauhi dari sumber cahaya, maka bayangan juga akan
menyesuaikan pada letak, posisi, dan ukuran mengikuti kondisi kita. Jika
bayangan tidak sesuai dengan keinginan kita, tidak mungkin kita akan memarahi
bayangan tersebut. Pastilah kita yang akan menyesuaikan diri dengan sumber
cahaya (titik) agar letak
bayangan sesuai dengan harapan dan keinginan kita. Begitu juga dengan anak,
anak merupakan hasil dari citra dan bayangan para orang tua masing. Baik dan
menawannya tindakan anak merupakan hasil dari pola pendidikan karakter dan pola
asuh orang tua. Kepribadian para orang tua dalam mendidikan anak
juga akan berpengaruh besar dalam pembentukan karakter. Mulailah memiliki rasa
tanggung jawab dari para orang tua terlebih dahulu.
Kalau saja aku bertindak sebagai editor, maka kurang
lebih tulisanmu akan jadi seperti ini. (tanpa melihat apakah setiap paragraf
saling terkait atau tidak. Karena aku hanya menata struktur kalimat yang kau
pakai.)
Pendidikan
Karakter Anak Bisa Di Mulai Dari Kamar
Saya
mendapati seorang ibu muda dan putra kecilnya yang nampak seperti kelas 3 SD, berada di dalam warung.
Mereka
bercengkrama dengan sangat akrab dan hangat. Pada saat si ibu ingin membayar
makan, ia memberikan sebuah tanggung jawab dengan
menitipkan tas kepada anaknya. Dengan bangga si anak menerima tanggung jawab
yang di berikan ibunya. Terlihat sangat
jelas bahwa anak tersebut mendekap erat tas dengan menggunakan kedua tanggannya. Seakan-akan tidak ingin membuat tas kesayangan sang
ibu
hilang dan membuatnya kecewa. Inilah
sebuah bentuk sederhana dari rasa tanggung jawab yang dimiliki anak itu.
Keberhasilan
anak yang terlihat dan dirasakan para orang tua saat ini, tidak
terlepas dari pola asuh yang berkarakter dari orang tuanya. Anak-anak adalah
rezeki atau anugrah paling dahsyat yang di berikan oleh Allah swt kepada para
pasangan. Baik yang baru saja menikah atau pun yang pasangan
yang sudah lama menikah. Sebagai rasa syukur kepada Sang Pencipta, sudah
semestinya jika orang tua sangat memperhatikan pendidikan anak, memilihkan
lingkungan yang baik, pola asuh yang benar, asupan gizi yang cukup, dan lain sebagainya.
Membangun
rasa tanggung jawab pada anak merupakan hal sederhana yang bisa di lakukan keluarga.
Anak pada umur 6 sampai 10 tahun merupakan masa-masa penting bagi orang tua
dalam pembentukan karakter. Kegiatan sederhana yang dapat membangun rasa
tanggung jawab terhadap anak yaitu dengan mengajak anak untuk merapikan dan
membersihkan kamar sendiri.
Kenapa
harus dimulai dengan kamar? Kamar anak adalah teritori tanggung jawabnya
secara langsung. Mungkin orang tua beranggapan dia masih terlalu muda untuk
membersihkan kamarnya sendiri. Tapi ini tidak berarti, orang tua atau
pembantu mengambil alih tanggung jawab atas kamar anak. Secara
bertahap, anak bisa di ajak untuk mandiri dan bertanggung jawab terhadap
ruangannya sendiri. Kewajiban orang tua adalah mengenalkan dan mendampingi buah
hatinya untuk mengerti dan memahami pentingnya memiliki sifat tanggung jawab.
Langkah
paling mudah bagi orang tua untuk menanamkan rasa tanggung jawab pada anak,
bisa dimulai dengan mengajak anak bersama-sama mengganti seprai dan sarung
bantal/guling. Mulai usia 6 tahun, anak semestinya sudah bisa mengganti sarung
bantal dan guling. Ajak anak bersama-sama mengganti seprai dan sarung bantal/guling.
Ketika mengganti seprai, minta anak untuk membantu memegang satu sisi seprai.
Ajari anak untuk melipat pinggiran seprai ke bawah kasur. Pada usia 10-12
tahun anak juga bisa belajar menyapu kamarnya sendiri. Sehingga Anda
sekeluarga tidak terlalu bergantung pada pembantu atau orang tua.
Jika
kita melihat sebuah sumber cahaya ataupun lampu dan
berdiri tepat dibawahnya, maka secara
otomatis bayangan kita berada tepat di bawah kita berdiri. Apabila kita
bergeser menjauhi dari sumber cahaya, maka bayangan juga akan menyesuaikan pada
letak, posisi, dan ukuran mengikuti kondisi kita. Jika bayangan tidak sesuai
dengan keinginan kita, tidak mungkin kita akan memarahi bayangan tersebut.
Pastilah kita yang akan menyesuaikan diri dengan sumber cahaya. Agar letak bayangan sesuai dengan harapan dan
keinginan kita. Begitu juga dengan anak. Anak merupakan
hasil dari citra dan bayangan para orang tua. Baik dan menawannya tindakan anak
merupakan hasil dari pola pendidikan karakter dan pola asuh orang tua.
Kepribadian para orang tua dalam mendidikan anak juga akan berpengaruh besar
dalam pembentukan karakter. Mulailah memiliki rasa tanggung jawab dari para
orang tua terlebih dahulu.
SATU
LAGI YANG HAMPIR KETINGGALAN. PENGGUNAAN EYD JUGA PENTING DIPELAJARI KETIKA
INGIN MENULIS!!! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar