Kamis, 23 Oktober 2014

The Untold Love, Karn-Suryadev



Bahkan bagiku yang terlahir dari anugerah Suryadev, kegelapan pun sanggup menghampiri hidupku. Seumur hidup aku berjuang untuk membalas penghinaan atas jati diri, kehormatan, dan pengakuan akan kemampuanku. Tanpa kuketahui, sejujurnya perang ini hanyalah antara aku dan kemalangan hidupku. Apalah artinya terlahir dengan perlindungan dari kematian, sementara setiap saat hidupku lebih buruk dari kematian itu sendiri.
Bagaimanapun seseorang yang terlahir hanya dengan perlindungan dari sang Ayah, hanya dapat berdiri di depan dunia. Tapi di dunianya sendiri dia tersingkir.

Karna    :Dalam kegelapan hidup ini memikirkanmu setiap saat telah menghiasi di setiap jalan yang kulalui tetapi hari ini untuk melepaskan kegelapan yang ada di diriku ini aku memerlukan cahayamu, Ayah.
Suryadev  :Hanyalah dengan menjalankan kewajibanmu akan dapat menghilangkan kegelapan yang ada di dirimu, Anakku. Meskipun kamu telah menjalankan kewajibanmu jika seseorang mencoba menghalangi jalanmu maka berhati-hatilah jangan sampai kamu terjatuh ke dalam tipuannya.
Dengan pengharapan ini, aku datang untuk meminta amal darimu, Anakku.
Karna      :Itu bukan amal namanya, Ayahku. Itu adalah hak setiap orang tua. Ketika seseorang mempunyai hak untuk memberkati orang lain. Bagaimana mungkin dia meminta sesuatu dariku?
Suryadev :Aku hanya minta satu hal sebagai amal. Jangan   lagi terikat dengan amal, Anakku.
Karna     :Aku telah mengambil sumpah, Ayah. Bahwa setiap aku menuangkan air di pagi hari ini jika seseorang memintaku melakukan sesuatu yang lebih dan aku mampu maka aku dengan sungguh-sungguh akan memberikannya.
Sebuah sungai yang mengalir menuruni gunung tidak akan pernah bisa mendakinya. Begitu juga denganku yang tidak akan bisa melanggar sumpahku, Ayah.
Lagipula jika seseorang berada dalam perlindunganmu, bagaimana mungkin seseorang bisa menipu orang tersebut?
Suryadev  :Janganlah lupa bahwa musuh-musuhmu telah diberkati oleh dewa lainnya. Dewa-dewa ini mengharapkan kemenangan dan kesuksesan dari anak-anaknya. Tak lama lagi Indradev akan datang kepadamu dan meminta Kavaca dan Kundala milikmu. Keduanya membuatmu abadi dan berarti juga menunjukkan sifat kedewataanmu. Tanpa itu, senjata dari Arjuna akan dapat menembus tubuhmu.
Karna    :Tapi apakah senjata Arjuna bisa menyentuh tubuhku, Ayah? Jika patung dewa dipahat dari sebongkah batu maka itu hanya menunjukkan kedewataan batu tersebut dan bukan ketangguhannya. Kemampuanku terletak pada tangan juga panahku, Ayah.
Atas perhatianmu terhadap hidupku aku akan selalu berhutang budi kepadamu. Bagaimanapun bagiku, sumpahku adalah hal paling penting dari hidupku. Dengan membunuh Arjuna, aku akan menunjukkan pada dunia bahwa kemampuan tidak hanya dilahirkan dari sebuah dinasti, klan, atau suku tertentu. Kemampuan lahir dari setiap jiwa manusia.
Jika Indradev dan juga anaknya tidak mengetahu hal ini dan lebih takut kepada baju perang dibandingkan panahku. Maka aku akan melepaskan baju perang itu dan memberikannya dengan sukarela, Ayah.           



Aku hanya sedang mencoba menghiburnya. Bagaimanapun dia ayahku. Kebesaran dan kejayaannya adalah tanggung jawabku. Tapi aku juga adalah putra dari ibu yang anaknya kini adalah musuhku. Jika pada ibu yang telah membuangku, aku sanggup menjanjikan kehidupan akan kelima putranya. Kenapa aku harus ragu menjanjikan kebanggaan atas darah kesatria yang diwariskan, Ayahku? Meskipun keduanya berarti sama, kematianku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar