Bahkan bagiku yang terlahir dari anugerah Suryadev,
kegelapan pun sanggup menghampiri hidupku. Seumur hidup aku berjuang untuk
membalas penghinaan atas jati diri, kehormatan, dan pengakuan akan kemampuanku.
Tanpa kuketahui, sejujurnya perang ini hanyalah antara aku dan kemalangan
hidupku. Apalah artinya terlahir dengan perlindungan dari kematian, sementara
setiap saat hidupku lebih buruk dari kematian itu sendiri.
Bagaimanapun seseorang yang terlahir hanya dengan
perlindungan dari sang Ayah, hanya dapat berdiri di depan dunia. Tapi di
dunianya sendiri dia tersingkir.
Karna :Dalam
kegelapan hidup ini memikirkanmu setiap saat telah menghiasi di setiap jalan
yang kulalui tetapi hari ini untuk melepaskan kegelapan yang ada di diriku ini
aku memerlukan cahayamu, Ayah.
Suryadev :Hanyalah
dengan menjalankan kewajibanmu akan dapat menghilangkan kegelapan yang ada di
dirimu, Anakku. Meskipun kamu telah menjalankan kewajibanmu jika seseorang
mencoba menghalangi jalanmu maka berhati-hatilah jangan sampai kamu terjatuh ke
dalam tipuannya.
Dengan pengharapan ini, aku datang untuk meminta amal
darimu, Anakku.
Karna :Itu
bukan amal namanya, Ayahku. Itu adalah hak setiap orang tua. Ketika seseorang
mempunyai hak untuk memberkati orang lain. Bagaimana mungkin dia meminta
sesuatu dariku?
Suryadev :Aku hanya minta satu hal sebagai
amal. Jangan lagi terikat dengan amal, Anakku.
Karna :Aku
telah mengambil sumpah, Ayah. Bahwa setiap aku menuangkan air di pagi hari ini
jika seseorang memintaku melakukan sesuatu yang lebih dan aku mampu maka aku
dengan sungguh-sungguh akan memberikannya.
Sebuah sungai yang mengalir menuruni gunung tidak akan
pernah bisa mendakinya. Begitu juga denganku yang tidak akan bisa melanggar
sumpahku, Ayah.
Lagipula jika seseorang berada dalam perlindunganmu,
bagaimana mungkin seseorang bisa menipu orang tersebut?
Suryadev :Janganlah
lupa bahwa musuh-musuhmu telah diberkati oleh dewa lainnya. Dewa-dewa ini
mengharapkan kemenangan dan kesuksesan dari anak-anaknya. Tak lama lagi
Indradev akan datang kepadamu dan meminta Kavaca dan Kundala milikmu. Keduanya
membuatmu abadi dan berarti juga menunjukkan sifat kedewataanmu. Tanpa itu,
senjata dari Arjuna akan dapat menembus tubuhmu.
Karna :Tapi
apakah senjata Arjuna bisa menyentuh tubuhku, Ayah? Jika patung dewa dipahat
dari sebongkah batu maka itu hanya menunjukkan kedewataan batu tersebut dan
bukan ketangguhannya. Kemampuanku terletak pada tangan juga panahku, Ayah.
Atas perhatianmu terhadap hidupku aku akan selalu berhutang
budi kepadamu. Bagaimanapun bagiku, sumpahku adalah hal paling penting dari
hidupku. Dengan membunuh Arjuna, aku akan menunjukkan pada dunia bahwa
kemampuan tidak hanya dilahirkan dari sebuah dinasti, klan, atau suku tertentu.
Kemampuan lahir dari setiap jiwa manusia.
Jika Indradev dan juga anaknya tidak mengetahu hal ini dan
lebih takut kepada baju perang dibandingkan panahku. Maka aku akan melepaskan
baju perang itu dan memberikannya dengan sukarela, Ayah.
Aku
hanya sedang mencoba menghiburnya. Bagaimanapun dia ayahku. Kebesaran dan
kejayaannya adalah tanggung jawabku. Tapi aku juga adalah putra dari ibu yang
anaknya kini adalah musuhku. Jika pada ibu yang telah membuangku, aku sanggup
menjanjikan kehidupan akan kelima putranya. Kenapa aku harus ragu menjanjikan
kebanggaan atas darah kesatria yang diwariskan, Ayahku? Meskipun keduanya
berarti sama, kematianku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar