Minggu, 18 Juni 2017

Dari Rumah Baca Gang Masjid (RBGM) Kab Jombang



GIATKAN MEMBACA, MEMBENTUK KARAKTER

Jika buku adalah jendela dunia, maka kejujuran adalah kunci kesusksesan. RBGM pun hadir di tengah semakin memudarnya semangat belajar serta nilai-nilai positif generasi muda. Kendati seperti layaknya perjuangan, setiap upayanya selalu berjalan penuh tantangan. Seperti apakah?

Senja mulai temaram ketika tim Puspa memasuki gang sempit tepat di sisi selatan Masjid Agung Baitul Mukminin Kabupaten Jombang. Tepatnya di Jl. KH. Dahlan gang Masjid No. 9 Jombatan Kec Jombang Kab Jombang. Sekilas tak ada yang istimewa dengan rumah berukuran 4x11 meter tersebut, berdiri berderet seperti rumah lainnya dengan halaman depan yang tidak luas. Namun ketika memasukinya, pemandangan pertama yang terlihat adalah ruangan bebas berukuran 4x8 dengan satu meja bundar di tengah ruangan. Di sisi ruangan sebelah barat menyambung ke selatan berderet laci yang penuh dengan buku bacaan aneka jenis. Beberapa nampak memiliki tanda warna yang berbeda di bagian punggung bukunya.

“Kuning untuk buku non fiksi dewasa, biru itu fiksi dewasa, pink fiksi anak, dan hijau untuk non fiksi anak,” terang Lukman Hakim, ST menjelaskan pembagian buku berdasarkan segementasi pembaca yang ada di Rumah Baca Gang Masjid (RBGM). Ia adalah salah seorang ‘dalang’ dari hadirnya RBGM di Kab Jombang.

Rumah baca yang dirintis dari dana pribadi ini hadir dari kegelisahan Lukman bersama sang istri, Yusnita Fitriati, S.IP akan banyaknya anak kecil yang menghabiskan malam harinya hanya dengan bermain. Maklum, Masjid Agung Baitul Mukminin memang berhadapan langsung dengan alun-alun Kab Jombang yang selalu ramai setiap malamnya dengan para pedagang dan aneka hiburan. Alhasil, anak-anak lebih senang menghabiskan waktu untuk bermain ketimbang belajar. Bahkan tak jarang waktu sholat pun terlewati tanpa pengawasan.

“Disini banyak anaknya para pedagang. Orang tuanya sibuk berjualan, anaknya bermain. Pas kita tanya, malam-malam masih main apa PR-nya sudah dikerjakan? Mereka bilang gak pernah ngerjakan PR. Dari situlah, saya dan istri tergerak untuk bantu mereka. Ide awalnya murni pengen bantu mereka untuk belajar,” kisah Lukman mengawali ceritanya.

Berawal dari hanya satu-dua anak, kebiasaan gethok tular pun akhirnya membawa lebih dari dua puluh anak ikut nimbrung dan belajar bersama di tempat belajar gratis yang menjadi cikal bakal RBGM tersebut. Berbekal 50 buku, yang sebagian besar adalah buku pelajaran sang anak, Lukman dan istri lantas rutin membeli buku bacaan baru setiap bulan untuk melengkapi bahan bacaan anak bimbingannya. “Saya dan istri memang sudah komitmen dari awal ingin membuat rumah baca. Kami ingin ada ruang bagi anak-anak untuk belajar dan bermain namun tetap bermanfaat,” jelas Lukman.
Seiring dengan berjalannya waktu, rumah yang sebelumnya dibagi dua untuk tempat belajar dan rumah tinggal itupun akhirnya secara penuh digunakan untuk tempat belajar. Tepatnya pada tanggal  1 Juni 2012, ketika Lukman dan istri memutuskan untuk tinggal bersama sang mertua yang sudah sepuh di rumah yang berada tepat disamping rumah tinggalnya. Hari itu pula yang kemudian dijadikan patokan awal berdirinya RBGM sebagai rumah baca dan tempat belajar bagi anak-anak di sekitar Masjid Agung Baitul Mukminin Kab Jombang.

Diklaim Aliran Keras

Tujuan mulia tak selalu mudah. Hal itu dirasakan Lukman serta para relawan yang akhirnya tergabung dalam RBGM. Tak hanya sulitnya menarik minat baca anak, tantangan dari pihak orangtua pun tak luput mendera RBGM pada awal perintisannya. “Kita kan mengajarkan mereka khususnya saat maghrib-isya agar mereka sholat berjamaah di masjid. Kalau tidak, mereka akan mendapat sanksi. Hal itu, entah bagaimana orangtua menangkap maksud kami, RBGM malah sempat diklaim sebagai aliran keras,” kenang Lukman diiringi tawa ringan mengingat perjuangannya.

Beruntung, kejadian tersebut tidak berlarut-larut. Berbekal dukungan dari perangkat desa, Lukman akhirnya dapat melakukan pendekatan kepada warga dan membuat mereka memahami maksud baik dari disiplin yang ia terapkan. Hasilnya, kini para orang tua lebih percaya jika anaknya menghabiskan waktu di RBGM daripada bermain di tempat lain.

Selain membantu anak-anak untuk belajar, rumah baca yang pernah menjadi 10 finalis di Gramedia Reading Community Competition 2016 regional Jawa Timur, Bali, Lombok dan Banjarmasin tersebut secara khusus juga berupaya agar anak-anak semakin mencintai buku dengan gemar membaca. Tidak mudah, tapi Lukman dan kawan-kawan relawannya tidak kehabisan akal. Berbagai permainan menarik, tantangan, maupun reward bagi mereka yang selesai membaca satu buku dan bisa menceritakannya kembali, sukses membuat anak-anak tertarik untuk membaca. Selanjutnya, ia mulai mengajak anak-anak untuk membaca dan belajar pengetahuan lain di luar pelajaran sekolah seperti, astronomi.

Kini, RBGM sudah memiliki puluhan anggota dan relawan dari berbagai komunitas di Jombang. Mereka pun sudah memiliki program rutin, seperti halnya Goes to Dusun, kegiatan mendongeng keliling yang digelar setiap dua bulan sekali. Kemudian ada Mumba (Minggu Membaca) di alun-alun Kabupaten, Minggu Kreatif berupa kegiatan pelatihan membuat kerajinan, kunjungan ke Kantor Pos sebagai praktik pembelajaran bagi anak-anak mengenai pengiriman surat dan barang, hingga nyekar ke taman makam pahlawan. “Sekali waktu kita juga mengadakan Kelas Inspirasi, berupa satu hari berbagi dengan para Profesor, atau tenaga ahli lainnya untuk menjadi guru dadakan bagi anak-anak. Agar mereka memiliki pandangan tentang cita-cita dan karir apa yang kelak ingin mereka raih,” ujar Pegawai  Badan Amil dan Zakat Kab Jombang tersebut. (ati,tur)


KARENA JUJUR ITU AWAL KESUKSESAN

Kendati tagline utamanya adalah ‘Gemar Membaca, Gapai Mimpi’ namun tulisan yang terpajang di dinding sebelah utara RBGM cukup menarik perhatian Puspa kala berkunjung. Sebuah tulisan, ‘Berani Jujur Itu Hebat’. Merasa familiar dengan kalimat itu? Iya, kalimat yang mungkin saat ini identik dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Karena kalimat ini pula, Lukman pernah mengalami kejadian unik dengan petugas KPK. “Pernah ada staff KPK yang datang dan bertanya tentang tulisan itu. Mungkin kita dikira bikin KPK tandingan gitu kali ya,” ujar Lukman berkelakar.

Lantas kenapa kejujuran menjadi salah satu nilai yang ia prioritaskan? Lukman menjawabnya dengan menceritakan bagaimana ia menanamkan nilai itu pada anak-anak bimbingannya.

Suatu ketika, ia mendapati anak bimbingannya tidak melaksanakan sholat berjamaah saat berada di RBGM. Sepulangnya dari masjid, ia pun bertanya pada mereka apakah mereka sudah sholat atau belum. Semuanya kompak menjawab sudah. Ia pun akhirnya menghentikan kegiatan belajar, memberi mereka pengertian tentang pentinya kejujuran, dan lantas menyuruh semuanya pulang ke rumah. Keesokan harinya, beberapa anak tersebut datang dan meminta maaf karena telah tidak jujur. “Anak-anak berbuat salah itu wajar. Karena mungkin mereka memang belum paham mana yang benar dan salah. Tugas kita membuat mereka mengerti. Bagi saya, jujur itu awal dari kesuksesan,” terang ayah tiga anak tersebut.

Selain nilai kejujuran, disiplin dan tanggung jawab juga menjadi nilai yang selalu ia tekankan pada anak-anak. Beberapa aturan seperti mematikan ponsel saat berada di RBGM, meminjam dan mengembalikan buku pada tempatnya setelah selesai dipakai, hingga bagaimana ia melatih anak-anak untuk bisa saling membantu dan mendampingi. “Disini ada sekitar 20 anak yang rutin datang setiap hari. Untuk melatih kepemimpinan mereka, kita ajarkan yang lebih tua untuk mendampingi adik-adiknya,” ujar pria kelahiran Tulungagung, 16 Juni 1979 tersebut. Hal itu selain melatih mental kepemimpinan anak, secara tidak langsung juga memudahkan para pendamping dan relawan yang tidak selalu bisa datang setiap harinya. (ati,tur)

BIODATA
Nama               : Lukman Hakim, ST
Istri                  : Yusnita Fitriati, S.IP
TTL                 : Tulungagung, 16 Juni 1979
Alamat            : Jl. KH. A. Dahlan Gang Masjid No. 9 Kab Jombang
Telp                 : 0857-3395-6369
Website           : rumahbacagm.wordpress.com
Putra/i              :

  1. Marsha            (10 th)
  2. Raihan             (8 th)
  3. Razzan            (1,5 th)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar