Tapi ketidakberdayaan adalah yang paling menyiksaku
Sebab sekalipun marah, tak ada amarah yang terlampiaskan
Bahagiapun tak serta merta menciptakan tawa
Dadaku sesak oleh beban yang tak kasat mata
Hatiku sakit oleh luka yang tak berdarah
Latunan lagu, terdengar bagai nyanyian pemakaman tanpa kematian
Juga hembusan napas yang tak lagi berarti kehidupan
Setiap beban dan luka barangkali hanya sementara
Pun juga bahagia yang menjadi gula untuk hidup yang ada
Tapi bukankah hati tercipta untuk merasa
Dan kini ia memilih menyesap segalanya
Mencoba menikmatinya dengan cara yang gila
Dan ketika aku menangis, maka lihatlah!
Air mataku telah menggenangi halaman rumahmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar