Sabtu, 23 Agustus 2014

About Radheya KASIH YANG TAK TERBAHASAKAN


Yudhistira kalah dalam permainan dadu melayan Duryudhana yang diwakili oleh Shakuni. Tak hanya harta, Nakula, Sadheva, Arjuna, Bhima hingga dirinya dan Draupadi pun kehilangan kebebasan dan harus menjadi budak Duryudhana.
            Ketika Arjuna yang kala itu disandingkan dengan Basukarna untuk menjadi pertaruhan dari masing-masing kubu, Padhawa dan Kurawa. Dengan hati hancur Arjuna pun terpaksa menuruti perintah Duryudhana agar menyerahkan gandhewa yang didapatnya dari Dewa Agni sebagai anugerah kepada Basukarna, Raja Angga. Saat Karna menolak menerima Gandhewa tersebut dan meminta arjuna untuk menyimpannya sendiri, dengan alasan bahwa dirinya telah merasa cukup dengan keahlian yang dimiliki tanpa membutuhkan senjata sakti apapun, terlihat jelas Arjuna sedemikian murkanya.
            Betapa tidak, barangkali itu dianggapnya sebagai bentuk penghinaan atas kemampuan yang dimilikinya. Ya, dalam kondisi marah bahkan hati kecil pun akan menolak untuk melihat kebenaran.
Namun berbeda dengan Karna yang bahkan dalam kondisi marah dan terhina sekalipun, air mukanya tak pernah seterik surya. Wajahnya tetap nampak hangat dan teduh. Meski di beberapa pandangannya, terlihat jelas rasa sakit dan ketidak berdayaannya.
Inilah kali kedua bukti cintanya yang tak terbahasakan kembali terbaca. Kali pertama saat Arjuna yang juga dengan marah harus membasuh kaki Basukarna sebagai hukuman atas penghinaannya. Karna pun nampak jauh lebih terluka melihat air mata adik seibunya tersebut. Bertambah sakit ketika sang ibu yang juga turut menangis dan melempar pandangan kemarahan.
Lalu Karna kembali menempatkan dirinya sebagai seorang kakak yang takkan pernah tega merebut kebanggaan adiknya. Betapapun marahnya, betapapun dirinya harus menelan segala nista dan cela itu sendiri. Tapi mana bisa Arjuna atau siapapun dari putra Pandu yang akan sadar atau peduli? Agaknya satu lagi dosa Kunti menjelma menjadi kutukan bagi Karna, dan kehancuran bagi Pandhawa.
Tapi tunggu, di bagian lain juga nampak Kunti dan Gandari tengah melakukan pujashiva untuk meminta keselamatan bagi putra-putranya. Kunti bahkan melakukan tapa menyerupai tapa Dewi Parvati (Istri Mahadev Shiva) dengan mengangkat satu kakinya. Pertanyaannya untuk putra yang mana Kunti malakukan puja??
Aiih… kenapa aku jadi sedemikian bodohnya. Tentu saja puja itu untuk Pandhawa, terutama Arjuna putra kesayangannya. Putra yang menjadi tonggak kekuatan Pandhawa. Bukankah Kunti tidak pernah mengakui Karna sebagai putranya. Itulah keberuntungan Arjuna. Pahlawan pilih tanding, kesayangan para dewa, kebanggaan semua orang, dan tentu saja dicintai banyak wanita.
Dan lagi, siapa pula yang mau menjadi Karna, yang walaupun dia putra sang Surya toh dia selalu hidup dalam ketidakadilan. Betapapun ia selalu menjunjung tinggi dharmanya sebagai kesatria. Ya kesatria, yang terlupakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar