Selasa, 10 Januari 2017

GADIS MELAYU



by: Reza Zakarya

Engkau ku cinta, gadis melayu
kau ku sayang oh bunga melatiku
harum mewangi mekar di hati
oh bunga cinta yang aku rindu

Begitu indah bahasa kalbu kamu
menusuk jiwa membuatku terlena
begitu indah bahasa kalbu kamu
menusuk jiwa membuatku terlena

Kau yang selalu aku puja
kan ku peluk, takkan pernah ku lepaskan
kau yang selalu aku damba
hati ini merindui cinta kamu

Tulusnya cinta yang selalu ku berikan
hanya untukmu wahai gadis melayu
tulusnya cinta yang selalu aku berikan
engkau ku puja, yang selalu ku mimpikan

Engkau ku cinta, gadis melayu
kau ku sayang oh bunga melatiku
harum mewangi mekar di hati
oh bunga cinta yang aku rindu

Begitu indah bahasa kalbu kamu
menusuk jiwa membuatku terlena
begitu indah bahasa kalbu kamu
menusuk jiwa membuatku terlena

Kau yang selalu aku puja
kan ku peluk, takkan pernah ku lepaskan
kau yang selalu aku damba
hati ini merindui cinta kamu

Tulusnya cinta yang selalu ku berikan
hanya untukmu wahai gadis melayu
tulusnya cinta yang selalu aku berikan
engkau ku puja, yang selalu ku mimpikan

Engkau ku cinta, gadis melayu 



PERGI TAK KEMBALI


by: Reza Zakarya

Itukah Caramu Jauhi Aku
Tanpa Ada Kata Kau Pergi Dariku
Kutak Mengerti Yang Kau Inginkan
Datang Dan Pergi Semau Hatimu 

Kutak Mengerti Yang Kau Inginkan
Datang Dan Pergi Ssemau Hatimu

Mana Sumpah Janjimu Yang Dulu Kau Ucapkan
Kini Kau Noda  Begitu Saja 
Mana Setiamu Itu Yang Dulu Engkau Ucapkan
Kini Hilanglah Sudah Ditelan Dusta

Kutak Mengerti Yang Kau Inginkan
Datang Dan Pergi Ssemau Hatimu

Itukah Caramu Jauhi Aku
Tanpa Ada Kata Kau Pergi Dariku
Kutak Mengerti Yang Kau Inginkan
Datang Dan Pergi Semau Hatimu

Kutak Mengerti Yang Kau Inginkan
Datang Dan Pergi Semau Hatimu

Mana Sumpah Janjimu Yang Dulu Kau Ucapkan
Kini Kau Noda  Begitu Saja 
Mana Setiamu Itu Yang Dulu Engkau Ucapkan
Kini Hilanglah Sudah Ditelan Dusta

Kutak Mengerti Yang Kau Inginkan
Datang Dan Pergi Semau Hatimu
Kutak Percaya Dirimu Lagi
Pergilah Jauh  Dari Hidupku

Itukah Caramu Jauhi Aku
Tanpa Ada Kata Kau Pergi Dariku
Kutak Mengerti Yang Kau Inginkan
Datang Dan Pergi Sesuka Hatimu

Kutak Mengerti Yang Kau Inginkan
Datang Dan Pergi Semau Hatimu

Rindu Yang Terlarang


Broery Marantika (Feat. Dewi Yull)


L : Sekian lama sudah kita telah berpisah
Ku rasa kini kau tak sendiri lagi

P : Aku pun kini seperti diri mu
Satu hati telah mengisi hidup ku
Tak perlu engkau tahu rasa rindu ini
Dan lagi mungkin kini kau telah bahagia

L : Namun andai kau dengar syair lagu ini
Jujur saja aku sangat merindui mu
Memang tak pantas menghayal tentang diri mu
Sebab kau tak lagi seperti yang dulu
Kendati berat rasa rindu ku pada mu
Biar ku hadang rindu ku terlarang

P : Biar ku simpan saja
Biar ku pendam sudah

L : Terlarang sudah rindu ku pada mu

L : Namun andai kau dengar syair lagu ini
Jujur saja aku sangat merindui mu
Memang tak pantas menghayal tentang diri mu
Sebab kau tak lagi seperti yang dulu

P : Kendati berat rasa rindu ku pada mu

L : Biar ku hadang rindu ku terlarang

L : Ku isi kan rindu di hati ku
Ku harap tiada seorang yang tahu

P : Biar ku simpan saja
Biar ku pendam sudah

L : Terlarang sudah rindu ku pada mu

Selasa, 03 Januari 2017

BENCI KUSANGKA SAYANG


Masih membasah luka, yang dulu pernah kau cipta
Kau sayat kembali, diatas derita lama
Tak pernah menjadi impian
Dan hitam bukanlah harapan
Mengering airmata, mengenang percintaan
Yang kini tinggal igauan

Masih segar diingatan, kenangan kita bersama
Cinta yang telah berlalu, kusimpan jadi sejarah
Biarlah ku jalani lara
Biarlah kan kutelan duka
Semoga kau mengerti, tak pernah kurestui
Pemergian dirimu sungguh menyayat hati

Benar kata pujangga selasih kusangka mayang
Mayang ku sangkakan daun selada
Orang benci kusangka sayang
Namun diri tak merasa
Tetapi apakan daya.. aa...aa..

Kenang-kenanglah aku sayang
Rinduilah aku dalam ingatanmu
Yang telah tinggalkan ku selama ini
Jauh mengejar mimpi yang tiada pasti
Biar hujan datang berturun
Takkan tawar rasa lautan cinta
Ku khayalkan kasih mu mengekalkan rasa
Kiranya gerimis mu tawarkan lautan


Selasa, 27 Desember 2016

CAHAYA

Akankah pagi yang benderang kujelang,
Ketika petang tak memberi ladang berperang.
Bilamanakah harus berhenti,
Ketika candra pun lupa cara menepi.

Jumat, 25 November 2016

SEPATU LUPA




"Gaun apa yang akan kau pakai malam ini?" tanyamu di pagi hari
Tanpa lupa mengobrak-abrik isi lemari
Yang telah dengan setengah hati kutata berhari-hari

"Apa aku harus memakai sesuatu yang istimewa?" jawabku asal.
"Tentu saja," jawabmu mantab. "Ini bukan rutinitas yang akan kau lalui setiap hari. Tampillah dengan mempesona. Bukankah dia istimewa?" ucapmu dengan pertanyaan yang aku yakin sama sekali tidak butuh jawaban.

"Seistimewa apa?"

Apakah seistimewa roti lapis yang selalu kau buatkan untuk pagiku yang sibuk
Atau seistimewa selimut yang selalu kau balutkan setiap malam
bahkan ketika aku lupa melepas sepatu sebelum tidur
Ataukah masih lebih istimewa dari pijatan lembutmu di kepalaku ketika aku mengeluh pusing?

"Ayo, katakan! Apakah ada yang lebih istimewa dari itu?"

"Kau terus mendebatku. Dia bukan ibumu yang akan melakukan setiap hal kecil yang menjadi tugas kami itu. Sebaliknya, kau yang harus menjaganya," satu jeweran mendarat di telinga

Jaga rumahnya untuk tetap nyaman ditinggali
Jaga piringnya untuk tetap terisi
Jaga ranjangnya untuk tetap hangat ditiduri
Juga jaga hatinya untuk tetap kau miliki

"Sebanyak itu?"
"Akan lebih banyak lagi. Tapi kau akan menikmatinya,"

"Kalau begitu dia tidak istimewa," ucapku menghakimi.
"Kau mau mendebatku lagi?" sekarang kau mulai berkacak pinggang.

"Tidak. Tidak. Baiklah, aku akan menurutimu ibuku yang istimewa dan satu-satunya,"

Akan kupakai gaun paling istimewa yang kau beli dari hasil menjual sawah
Supaya dia tahu, aku adalah putri dari ibu yang istimewa
yang menyayangiku seolah aku adalah satu-satunya

Akan kupakai bedak berwarna tanah
Supaya dia melihat bagaimana aku akan hidup dalam dunianya

Akan kupasang celak yang hitam bagai tinta di mataku
Supaya dia ingat, bagaimana garis hidup kami menyatu

Juga akan kupoleskan gincu berwarna merah
Supaya dia tidak lupa,
Disini,
Ada hati sewarna darah
Yang harus dia jaga dengan nyawanya

"Sekarang aku sempurna kan?" aku berputar bagai manekin pajangan
"Belum,"
"Kenapa lagi?"
"Karena kau lupa memakai sepatumu,"

"Ya ampun....!"


Rabu, 23 November 2016

BUNGA RAMPAI


Senja itu sewarna tembaga
Ketika gelak tawa memilih pergi
Di ujung hari engkau berdiri
Gelap diantara semburat cahaya

Getar bibirmu menyambutku
Basah dirimu menyelimutiku
Hangat suaramu menjanjikan kerinduan
Seperti sumpah yang tak meminta persetujuan

Disini,
Dalam gelap sunyi
Hati meronta merintih
Meminta candu untuk obati luka diri

Disini,
Ditengah deras mata air penantian
Tergambar cinta dalam kubangan
Menunggu perjamuan tanpa sajian

Disini,
Pada tanah ladang tempatmu menuai janji merah
Ada hati sewarna darah
Yang telah lupa cara mengikat sumpah

Disini,
Ditempat kau berdiri
Hujan ini tumpah
Lengkap dengan kisah
Yang tak pernah sempat diakhiri