"Boleh kulihat lukamu?"
"Luka yang mana?
"Berhentilah menjawab pertanyaanku
dengan pertanyaan,"
"Kau marah,"
"Tidak. Aku tidak akan pernah bisa
marah padamu. Tapi iya, aku kesal. Kau begitu keras kepala,"
"Candu, aku hidup hanya dengan
bertanya, lalu mati setelah pertanyaan itu terjawab. Lantas apa lagi?"
"My Sweetest Heart, please, ulurkan
tanganmu!"
"Tidak,"
"Kenapa?"
"Kau bertanya? Tentu saja karena
aku tidak ingin kau melepasnya setelah kuulurkan. Itu sakit, Candu!"
"Aku tahu aku menyakitimu. Karena
itu berhentilah menambah sakitnya dengan memikirkanku,"
"Lalu apa aku harus
melupakanmu?"
"Itu juga jangan. Aku mati saat kau
melupakanku,"
"Candu . . . Candu . . . Candu . .
. Berhentilah menarik ulur hatiku. Aku tersakiti dalam prosesnya. Lalu
bagaimana caraku tidak terluka karenamu?"
"My Sweetest Heart, kasihanilah
hatiku. Seperti yang selalu kau lakukan, hilangkan kekhawatiranku. Kumohon
ulurkan tanganmu. Biarkan kulihat lukamu,"
"Kau melewati batasnya, Candu.
Tidak hanya langkahku, bahkan pandanganku pun seharusnya pergi darimu,"
"Hanya hari ini, itu tak mengapa,"
"Pergilah,"
"Please,"
"Kau yang bilang, kau akan pergi
saat aku meminta,"
"Tapi hari ini kau tidak meminta.
Kau mengusirku. Kau marah. Itu tak berarti aku harus pergi,"
"Kau sama keras kepalanya denganku.
Kita adalah pasangan yang berkebalikan. Itu sebabnya kita tak pernah
bersama,"
"Kenapa lagi dengan dirimu?
Seberapa besar pengaruh samudera dibanding cahayaku?"
"Kuharap air bahnya mampu
melenyapkan sinarmu. Setidaknya dari pandanganku. Sehingga aku hanya akan
bernapas dalam kubangannya. Tapi kau tahu, saat kau pergi kau telah membawa
segalanya dari hatiku. Termasuk kepercayaan diriku. Aku tak memiliki apapun selain pertanyaan-pertanyaan yang siap membunuhku. Lantas bagaimana bisa kau pikir aku akan sanggup berdiri lagi menerima Deru Samudera,"
"Rasanya sakit, My Sweetest Heart.
Kau terluka begitu dalam,"
"Karena itu pergilah sebelum aku benar-benar mati dan membangkai di kakimu. Kau akan lebih tidak tahan akan sakitnya, meski tak bisa berbuat apapun. Kau selalu begitu kan,"
"Dan sejauh yang kutahu, kau tak akan berakhir seperti itu. Apapun yang terjadi. Aku bercahaya, tapi kaulah cahayaku. Aku hanya wujud tanpamu,"
"Dan aku hanyalah ilusi jika tanpa wujud. Kita sama-sama menang dan kalah di satu waktu,"
*CANDU*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar