Bisakah aku lebih tidak beruntung lagi dari ini?
Jika bisa, maka biarlah tuntas hari ini. Agar kelak saat kau datang, tak ada lagi ketidakberuntungan yang harus kuterima.
Aku menelan begitu banyak rasa sakit sendirian, dalam sunyi. Bukan untuk apa, aku hanya ingin memiliki kekuatan untuk berdiri dengan senyuman orang-orang yang kucintai. Bagiku, biarlah aku jatuh jika itu sepadan dengan kebahagiaan mereka.
Tapi tidak, itu adalah keinginan yang konyol. Nyatanya, mereka selalu menjadi alasan dari kelemahanku. Menggerogoti sedikit demi sedikit pertahanan hidupku. Aku selalu pulang untuk kembali mendapati luka yang sama. Aku selalu berdiri di jalan yang sama, tempat dimana aku terhempas tanpa siapapun, seorang diri dalam keterpurukan.
Aku memang akan selalu bangkit. Itu hal yang setiap saat kuyakini. Tapi untuk alasan yang sama, aku selalu dipaksa jatuh dan tersungkur di tempat yang sama. Seolah aku tidak pernah belajar, bagaimana, dan seperti apa rasa sakit itu.
Cinta, dimanapun kini dirimu telah sampai. Kuharap kau mendengar, bagaimana rindu dan cinta yang tersisa dari hatiku untukmu, nyaris berlumur darah dari rasa sakitku. Hari ini, aku hanya berharap, kau datang di saat yang tepat. Saat dimana cinta ini dan rindu ini masih hidup untuk tercurahkan. Bukannya menjadi kenangan yang tak teraih.
Karena saat kau datang, itu adalah hari dimana ketidakberuntungan yang terakhir dalam hidupku telah dituntaskan.