|
Suasana Senja di Sisi Selatan Pelataran Masjid Nabawi |
Pagi
masih buta, ketika kaki melangkah menuju titik temu di Bandara Internasional
Juanda Terminal IA di Area Air Mancur. Tentu ini bukan pengalaman perdana
melakukan perjalanan dengan pesawat, tapi perjalanan udara terlama dengan
durasi waktu hampir 11 Jam dan tujuan yang tak biasa, Tanah Suci.
|
Masjid Nabawi |
Destinasi
pertama, setelah mendarat di Bandara King Abdul Aziz Jeddah dan menempuh
perjalanan darat menggunakan bis selama hampir 6 jam, para jamaah yang
berangkat bersama Travel Nur Dhuha Wisata pun sampai di Madinatul Munawwaroh.
Kota yang diriwayatkan memiliki dua kali keberkahan dari Kota Makkah Al
Mukarromah berdasarkan Doa Rasulullah dalam sebuah hadist riwayat Anas Bin
Malik RA dalam Shohih Muslim.
Sesuai
dengan namanya, Madinatul Munawwaroh, ‘Kota Yang Bercahaya’. Madinah
memang merupakan gambaran dari struktur tata kota modern dengan banyaknya
gemerlap lampu dan gedung pencakar langit. Di malam hari-dari sudut pandang
yang tepat-, Kota Nabi ini akan nampak seperti taburan bintang di hamparan
langit yang gelap.
|
Pelataran Masjid Nabawi |
Bagi yang
telah berkali-kali melakukan perjalanan suci seperti halnya Umroh atau bahkan Haji,
pemandangan Kota Madinah mungkin bukan hal yang asing lagi. Namun bagi the
first comer bahkan proses terbuka dan menutupnya Payung Masjid Nabawi pun menjadi
momen spesial yang tak ingin dilewatkan.
Masjid
Nabawi-Masjidnya Nabi, tak hanya menjadi Ikon Kota Madinah, tapi sekaligus
tempat suci selain Masjidil Haram di Kota Makkah yang menjadi mimpi setiap Muslim
untuk bisa mengunjunginya. Karena di tempat inilah Junjungan Umat Muslim
sedunia bersama dua karib tercinta Nabi, Abu Bakar Ash-Shiddig dan Umar Bin
Khattab dimakamkan. Bahkan sebuah tempat yang dijuluki sebagai Min Riyadhil
Jannah (sebagian dari taman surga), Roudhoh, merupakan tempat paling
Mustajabah-tempat terkabulnya segala doa- yang hampir selalu ramai
dikunjungi setiap waktu. Roudhoh merupakan tempat mustajab yang berada
diantara mimbar dan Rumah Baginda Rosul, yang saat ini sekaligus Makam Nabi beserta dua sahabat.
|
Masjid Ghamamah |
Masih di
area sekitar masjid dengan 44 Pintu tersebut, para Jamaah Umroh maupun Haji
dapat menemui banyak tempat bernilai sejarah. Sebut saja Area Pemakaman Baqi’,
tempat pemakaman Keluarga dan Sahabat Nabi serta para jamaah haji dan umroh
yang meninggal di Kota Suci. Berada di sisi Timur Masjid Nabawi yang hanya bisa
dikunjungi Jamaah Laki-laki pada jam tertentu. “Pagi setelah Shalat Subuh
sampai pukul 8. Setelah itu Sore Ba’da Shalat Ashar hingga menjelang Maghrib
pukul 16.30 WSA,” terang Affan Syaiful Bahri, salah satu dari dua Muthowwif
(Pembimbing) yang mendampingi jamaah selama berada di dua kota suci.
Berada di
sisi luar Masjid Sebelah Barat keluar dari pintu 6, terdapat masjid dengan
kubah putih bernama Masjid Ghamamah, ‘Awan’. Konon masjid tersebut
merupakan lokasi dimana Rasulullah dan para sahabat melakukan Shalat Istisqho’,
Shalat meminta hujan. Tak lama setelah shalat selasai dilakukan segumpalan awan
pun menyelimuti di atas tempat tersebut dan turunlah hujan. Sehingga untuk
mengenang peristiwa tersebut dibangunlah masjid.
|
Masjid Abu Bakar
(Berada di Barat Masjid Nabawi, tepat arah Pintu 6) |
Bangunan
masjid lainnya di lokasi berdekatan adalah Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Ali
Bin Abi Thalib. Dikisahkan, bahwa tempat dibangunnya masjid tersebut merupakan
kediaman kedua sahabat. Riwayat lainnya mengatakan, tempat tersebut merupakan
lokasi dimana kedua sahabat mengikuti shalat Istisqo' bersama Nabi. Ada pula riwayat menjelaskan, bahwa disanalah shaf kedua sahabat kala mengikuti Sholat Idul Fitri dan Idul Adha. Kendati berjuluk
masjid, ketiga tempat tersebut tidak dipergunakan sebagai tempat shalat. “Tidak
ada keistimewaan khusus untuk melakukan Shalat atau amalan lainnya di tempat-tempat
tersebut selain dari sisi sejarahnya, untuk mengenang peristiwa atau
keberadaannya,” terang Muthowwif yang lebih banyak dipanggil Ustadz
tersebut.
Dialektika
Peradaban Dua Kota Suci
Makkah
dan Madinah layaknya dua sisi mata uang yang sejatinya satu meski memiliki
karakteristik yang berbeda. Menilik pada sejarah, Makkah merupakan tempat
dimana Syiar Agama Islam di masa Rasulullah pertama kali digaungkan. Namun Madinah
merupakan tempat dimana gaung itu akhirnya terdengar sampai ke seluruh penjuru
dunia.
|
Masjidil Haram |
Madinah,
bahkan digambarkan sebagai Replika Kota Madani yang dibangun Rasullullah.
Peradaban yang tinggi serta didukung struktur masyarakat yang dinamis dan
modern. Perbedaan sederhana yang akan didapati pada kedua kota suci, misalnya
dari segi penataan tempat shalat. Di Madinah, kita akan mendapati bahwa wilayah
bagi Akhwat dan Ikhwan terpisah sedemikian rupa, dengan jalur dan
pintu berbeda untuk masuk kedalam masjid. Sedangkan di Makkah, pemandangan Shaf
(Barisan Shalat, red) perempuan di depan laki-laki merupakan hal yang lumrah.
Meski tidak benar-benar berbaur di satu tempat.
Namun,
dari segi ketepatan waktu dan konsistensi, patutlah kita contoh yang dilakukan
di Masjidil Haram. Ketika Adzan berkumandang, maka seketika itu juga para Askar
(Polisi Penjaga) akan menutup pintu masuk ke Masjidil Haram. Sehingga para
jamaah yang datang terlambat harus sholat di pelataran masjid.
Masih
mengenai ketepatan waktu dan konsistensi, baik di Makkah, Madinah, bahkan
Jeddah, hal menakjubkan adalah toko-toko yang akan tutup begitu
adzan berkumandang. Tidak peduli apakah masih ada pembeli atau tidak. “Kalau
ada yang tidak bayar pun mereka tidak peduli,” tutur Muthowwif di
sela-sela perjalanan di Jeddah. (hay)