Aku adalah Putra Arjuna yang telah memberikan Kakek Bhisma ranjang dari panah untuk pembaringan terakhirnya. Aku tidak akan mati dengan mudah.
Aku tidak akan menjerit, karena bagiku ini bukan rasa sakit. Aku juga tidak akan mengaduh, karena itu akan menyakiti hati ayah, ibu, juga pamanku. Aku sama sekali tidak berpikir untuk meminta keringanan untuk kematianku. Apalagi meminta pengampunan untuk hidupku. Karena kematian ini telah menjadi dharmaku. Dharma untuk kejayaan ayahku.
Menjadi keponakan dari Shree Khreesna bukan lantas membuatku kebal akan kematian. Tapi aku pasti akan mendapatkan keabadianku. Aku Putra Arjuna, juga bukan berarti aku tak terkalahkan. Tapi aku akan selalu menjadi pemenang. Baik dalam hidup maupun kematianku.
Paman Karna, kenapa mempermudah jalanku?Kesulitan akan mematri jiwa kesatria seseorang dan aku ingin menjadi contoh untuk kekuatan itu. Aku tahu, kau pun merasakan sakit yang teramat dalam dihatimu. Seolah luka ditubuhku ini menyayatmu sendiri. Bagaimana bisa aku takkan dibilang beruntung menjadi keponakan kalian. Lihatlah, kusambut kematianku dengan senyuman.
Paman Karna, hapus airmatamu. Ketahuilah, kau akan menjadi keluarga pertama yang menyusulku. Iya, Paman. Kejayaan seperti ini juga akan jadi milikmu. Dan jalan menuju kejayaanmu akan ditunjukkan ayahku, adikmu yang tercinta. Dan sama sepertiku, kau akan menyambut kejayaanmu dengan senyuman. Serta mendapatkan semua yang selama ini telah hilang darimu, keluargamu.
Paman Khreesna, terima kasih telah menggantikan rasa sakit ini untukku. Terima kasih telah menggantikan fungsi ayah selama aku terpisah dari ayahku. Terima kasih telah memberiku kekuatan. Dan terima kasih untuk kejayaan yang kau anugrahkan padaku.Tak ada keberuntungan terbesar selain terlahir dikeluargamu dengan darah kesatria hebat seperti ayahku, Arjuna.