Rabu, 21 September 2016
KAU DAN SYAIRKU
Hari dimana aku sadar, jalanku kepadamu terhenti
Aku bahkan gagal memahami apa yang kurasakan
Bahagia dan sedih seperti sesuatu yang tak pernah kupahami
Seperti diksi yang tak kukenal
Hingga beberapa hari berlalu dan aku kembali mencoba untuk bertanya
Pada hatiku, hati yang tak pernah mau berdamai denganku
dan hanya satu kenyataan yang diperdengarkannya padaku
Kau hidup dalam syairku
Setiap kata yang kurangkai adalah kerinduanku pada kekuatan tak berbahasa
Yang hanya kudapatkan dengan mengingatmu
Mengingat setiap hal yang kupelajari untuk hidupku darimu
Lantas, apakah aku bisa disebut tengah bersedih hanya karena tak lagi sanggup menjangkaumu?
Atau aku harus dikatakan akan tetap bahagia dengan setiap hal tentang syairku yang terlahir dari wujudmu?
Sekali lagi, keduanya bukanlah diksi yang bisa kupahami sekarang
Bukan juga sesuatu yang ingin kuketahui
Itu saja.
Langganan:
Postingan (Atom)