Pertarungan
kita berdua telah pasti kejadiannya adikku, Arjuna. Sumpahmu, kewajibanku,
keduanya menghendaki satu dari kita berdua mencapai pembebasannya. Hidupku tak pernah lebih baik daripada
kematian itu sendiri, jadi jika kali ini aku yang harus menghadapi
pembebasanku, lakukan itu atas dasar kebenaran, Adikku.
Karna : Raja Madra, bawa kereta keluar .
Ambil roda kereta keluar dari tanah.
Raja Madra : Itu bukan tugasku. Aku ini dihukum untuk menjadi kusirmu, maka
aku mengendarai keretamu. Bagaimanapun aku bukan pelayanmu. Aku adalah Raja
Madra, berlutut di tanah untuk mengangkat roda kereta adalah penghinaan bagiku.
Karna :
Tugas dari seorang laki-laki tidak membuat dia besar atau kecil, Raja Madra.
Perilakunyalah yang membuat dia besar atau kecil. Aku tidak membutuhkan
bantuanmu. Aku adalah putra dari seorang Shudra. Aku adalah putra dari seorang
kusir. Aku sudah terbiasa dengan kereta sejak aku masih kecil. Roda kereta
telah menjadi mainanku. Dan aku masih ingat hari-hari masa kecilku.
….
Khrisna :
Maharathi Karna. Beberapa saat yang lalu kau menentang Arjuna untuk berduel.
Dengan berdiri di tanah, Sekarang Arjuna terimalah tantangan itu!
Arjuna :
Madhava, dia tidak memiliki senjata apapun. Dan aku tidak bisa menyerang
seseorang yang tidak bersenjata.
Khrisna :
Inilah waktunya menyelesaikan perang, Temanku. Selama Karna memiliki busur di
tangannya, mengalahkannya itu sangat sulit. Dia tidak boleh memberikan
kemenangannya pada temannya, Duryodhana. Bagaimanapun dia harus kala. Untuk
alasan itulah kenapa inilah waktu untuk membunuhnya.
Karna :
Jangan meninggalkan kebenaran, Vasudev. Biarkan aku mengeluarkan roda kereta
ini. Setelah itu aku akan berperang dengan Arjuna.
Khrisna :
Bahkan dengan menggunakan kata-katamu sebagai senjata kamu dapat menyebut seorang
perempuan sebagai pelacur dan meninggalkan kebenaran, Raja Angga Karna?!
Sebentar
lagi matahari tenggelam. Setelah mengambil sumpah, tidak pantas bagi seorang
kesatyria menjadi ragu, Temanku. Temabakkan panahmu!
Karna :
Arjuna, aku selalu membiarkan kebenaran hidup. Aku selalu meminta pertarungan
yang adil denganm,u. biarkan aku mengeluarkan roda kereta ini. Biarkan aku
menjadi maharhati sekali lagi. biarkan aku memegang panahku.
Khrisna :
Jangan menunda temanku. Angkat busurmu!
Karna :
Jangan melakukan kebenaran, Arjuna. Jika kau membiarkan ketidakbenaran maka aku
akan melakukannya juga. Aku akan memanggil brahmastra. Dengan ledakannya,
seluruh pasukan kuru, setiap pria, wanita bahkan binatang akan menjadi abu.
Khrisna :
Tembakkan panahmu!
Karna :
Aku memanggilmu senjata Brahmatra.
….
Khrisna :
Raja Angga Karna melupakan pengetahuannya. Hanya di saat krisis dia akan
melupakan pengetahuannya, Temanku. Jika krisis dihindari maka dia akan
memanggil pengetahuannya kembali. Inilah waktu yang tepat. Bunuh Raja Angga
Karna!
Karna :
Hentikan Arjuna! Jika kamu kesatria. Jika kamu seorang maharathi, Berhentilah!
Kamu tidak menyerang seorang prajurit yang tidak bersenjata.
Khrisna :
Ingatlah saat terakhir Abhimanyu, Raja Angga Karna! Ketika Abhimanyu mati, dia
tidak bersenjata hingga tetesan darah di dadanya, dan kamu membunuhnya, Raja
Angga Karna.
Karna :
Aku membunuh Abhimanyu untuk menghilangkan penderitaannya.
Arjuna :
Dan siapa yang membuatnya menderita, Raja Angga? Temanmu, sekutumu menyikas
seorang anak selama enam jam. Kamu tetap diam, Raja Angga. Bukankan kamu juga
melupakan kebenaran?
Tapi
bagaimanapun aku memberikanmu kesempatan. 30 menit sebelum matahari tenggelam,
Raja Angga. Jika kau tidak memanggil pengetahuanmu dalam 15 menit, maka dalam
15 menit berikutnya aku akan membunuhmu dengan Anjali-Astra.
….
Karna :
Kenapa ini terjadi padaku, Bagwan Parashurama? Pengetahuanku, kemampuanku,
kenapa mereka menjauh dariku? Kenapa ini terjadi padaku, Bagwan Parashurama?
Khrisna :
Raja Angga Karna!
Cobalah
ingat kata-kata Bagwan Parashuram!
(Pergilah, Karna! Suatu saat, ketika itu
menjadi pembuktian terbesar dalam hidupmu, pengetahuanmu akan meninggalkanmu,
akan menghilang, dan tidak akan berguna untukmu)
Kabar
tentang kutukan hidupku, tak pernah sedikitpun membuatku takut. Bagaimana bisa
seseorang merasa takut, sementara seumur hidupnya ia tak pernah berada di
tempat yang aman?