Dia hanya seorang kakak yang tidak pernah diajarkan cara untuk
menyayangi adik-adiknya. Tapi dia tahu, bahwa hidupnya adalah untuk
menyempurnakan kebahagiaan, kehormatan, dan kebanggaan adik-adiknya. Maka dilepaslah
satu-satunya alasan ketakutan mereka. meski untuk itu berarti membawanya
selangkah lebih dekat pada kematian. Takkan lagi lahir kakak sepertinya, yang
tak pernah meminta ataupun belajar cara mengasihi tapi memberikan kasih
berlebih untuk yang dikasihi. Mengasihi tanpa memanjakan, menjaga tanpa
mengikat, mendukung tanpa mendorong, memberi tanpa menerima.
Dia juga hanya seorang anak yang tak pernah mendapatkan haknya
untuk disayangi. Tapi dharma dan kasihnya sebagai anak tak pernah meminta
alasan untuk dilupakan. Kemalangannya bahwa dia tak pernah benar-benar berhak
menyandang nama sebagai putra ibunya. Tapi keberuntungan bahwa dikasihinya
keduanya tanpa berbeda kadar. Ibu yang memberinya nama, juga ibu yang menjadi
alasan keberadaannya. Dia mewarisi seluruh budi baik sang ayah meski tak pernah
menjadikannya alasan mencapai penghormatan dan nama besarnya.
Dengan hidup dia menjalani dan menuntaskan takdirnya. Satu-satunya
hal yang pernah benar-benar berhak dimiliki dan didharmakan untuk menuntaskan
karya besar sejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar