GIATKAN MEMBACA, MEMBENTUK KARAKTER
Jika buku adalah jendela dunia, maka kejujuran adalah kunci
kesusksesan. RBGM pun hadir di tengah semakin memudarnya semangat belajar serta
nilai-nilai positif generasi muda. Kendati seperti layaknya perjuangan, setiap
upayanya selalu berjalan penuh tantangan. Seperti apakah?
Senja mulai temaram ketika tim Puspa memasuki gang sempit tepat di sisi
selatan Masjid Agung Baitul Mukminin Kabupaten Jombang. Tepatnya di Jl. KH.
Dahlan gang Masjid No. 9 Jombatan Kec Jombang Kab Jombang. Sekilas tak ada yang
istimewa dengan rumah berukuran 4x11 meter tersebut, berdiri berderet seperti
rumah lainnya dengan halaman depan yang tidak luas. Namun ketika memasukinya,
pemandangan pertama yang terlihat adalah ruangan bebas berukuran 4x8 dengan
satu meja bundar di tengah ruangan. Di sisi ruangan sebelah barat menyambung ke
selatan berderet laci yang penuh dengan buku bacaan aneka jenis. Beberapa
nampak memiliki tanda warna yang berbeda di bagian punggung bukunya.
“Kuning untuk buku non fiksi
dewasa, biru itu fiksi dewasa, pink fiksi anak, dan hijau untuk non fiksi
anak,” terang Lukman Hakim, ST menjelaskan pembagian buku berdasarkan
segementasi pembaca yang ada di Rumah Baca Gang Masjid (RBGM). Ia adalah salah
seorang ‘dalang’ dari hadirnya RBGM di Kab Jombang.
Rumah baca yang dirintis dari
dana pribadi ini hadir dari kegelisahan Lukman bersama sang istri, Yusnita
Fitriati, S.IP akan banyaknya anak kecil yang menghabiskan malam harinya hanya
dengan bermain. Maklum, Masjid Agung Baitul Mukminin memang berhadapan langsung
dengan alun-alun Kab Jombang yang selalu ramai setiap malamnya dengan para
pedagang dan aneka hiburan. Alhasil, anak-anak lebih senang menghabiskan waktu
untuk bermain ketimbang belajar. Bahkan tak jarang waktu sholat pun terlewati
tanpa pengawasan.
“Disini banyak anaknya para
pedagang. Orang tuanya sibuk berjualan, anaknya bermain. Pas kita tanya,
malam-malam masih main apa PR-nya sudah dikerjakan? Mereka bilang gak pernah ngerjakan PR. Dari situlah, saya dan istri tergerak untuk
bantu mereka. Ide awalnya murni pengen
bantu mereka untuk belajar,” kisah Lukman mengawali ceritanya.
Berawal dari hanya satu-dua anak,
kebiasaan gethok tular pun akhirnya
membawa lebih dari dua puluh anak ikut nimbrung dan belajar bersama di tempat
belajar gratis yang menjadi cikal bakal RBGM tersebut. Berbekal 50 buku, yang
sebagian besar adalah buku pelajaran sang anak, Lukman dan istri lantas rutin
membeli buku bacaan baru setiap bulan untuk melengkapi bahan bacaan anak bimbingannya.
“Saya dan istri memang sudah komitmen dari awal ingin membuat rumah baca. Kami
ingin ada ruang bagi anak-anak untuk belajar dan bermain namun tetap
bermanfaat,” jelas Lukman.
Seiring dengan berjalannya waktu,
rumah yang sebelumnya dibagi dua untuk tempat belajar dan rumah tinggal itupun
akhirnya secara penuh digunakan untuk tempat belajar. Tepatnya pada
tanggal 1 Juni 2012, ketika Lukman dan
istri memutuskan untuk tinggal bersama sang mertua yang sudah sepuh di rumah yang berada tepat
disamping rumah tinggalnya. Hari itu pula yang kemudian dijadikan patokan awal
berdirinya RBGM sebagai rumah baca dan tempat belajar bagi anak-anak di sekitar
Masjid Agung Baitul Mukminin Kab Jombang.
Diklaim Aliran Keras
Tujuan mulia tak selalu mudah.
Hal itu dirasakan Lukman serta para relawan yang akhirnya tergabung dalam RBGM.
Tak hanya sulitnya menarik minat baca anak, tantangan dari pihak orangtua pun
tak luput mendera RBGM pada awal perintisannya. “Kita kan mengajarkan mereka khususnya saat maghrib-isya agar mereka
sholat berjamaah di masjid. Kalau tidak, mereka akan mendapat sanksi. Hal itu,
entah bagaimana orangtua menangkap maksud kami, RBGM malah sempat diklaim
sebagai aliran keras,” kenang Lukman diiringi tawa ringan mengingat perjuangannya.
Beruntung, kejadian tersebut
tidak berlarut-larut. Berbekal dukungan dari perangkat desa, Lukman akhirnya
dapat melakukan pendekatan kepada warga dan membuat mereka memahami maksud baik
dari disiplin yang ia terapkan. Hasilnya, kini para orang tua lebih percaya
jika anaknya menghabiskan waktu di RBGM daripada bermain di tempat lain.
Selain membantu anak-anak untuk
belajar, rumah baca yang pernah menjadi 10
finalis di Gramedia Reading Community
Competition 2016 regional Jawa Timur, Bali, Lombok dan Banjarmasin tersebut
secara khusus juga berupaya agar anak-anak semakin mencintai buku dengan gemar
membaca. Tidak mudah, tapi Lukman dan kawan-kawan relawannya tidak kehabisan
akal. Berbagai permainan menarik, tantangan, maupun reward bagi mereka yang selesai membaca satu buku dan bisa menceritakannya
kembali, sukses membuat anak-anak tertarik untuk membaca. Selanjutnya, ia mulai
mengajak anak-anak untuk membaca dan belajar pengetahuan lain di luar pelajaran
sekolah seperti, astronomi.
Kini, RBGM sudah memiliki puluhan
anggota dan relawan dari berbagai komunitas di Jombang. Mereka pun sudah memiliki
program rutin, seperti halnya Goes to
Dusun, kegiatan mendongeng keliling yang digelar setiap dua bulan sekali.
Kemudian ada Mumba (Minggu Membaca) di alun-alun Kabupaten, Minggu Kreatif
berupa kegiatan pelatihan membuat kerajinan, kunjungan ke Kantor Pos sebagai
praktik pembelajaran bagi anak-anak mengenai pengiriman surat dan barang,
hingga nyekar ke taman makam
pahlawan. “Sekali waktu kita juga mengadakan Kelas Inspirasi, berupa satu hari
berbagi dengan para Profesor, atau tenaga ahli lainnya untuk menjadi guru
dadakan bagi anak-anak. Agar mereka memiliki pandangan tentang cita-cita dan
karir apa yang kelak ingin mereka raih,” ujar Pegawai Badan Amil dan Zakat Kab Jombang tersebut. (ati,tur)
KARENA JUJUR ITU AWAL KESUKSESAN
Kendati tagline utamanya adalah ‘Gemar Membaca, Gapai Mimpi’ namun tulisan
yang terpajang di dinding sebelah utara RBGM cukup menarik perhatian Puspa kala berkunjung. Sebuah tulisan, ‘Berani
Jujur Itu Hebat’. Merasa familiar dengan kalimat itu? Iya, kalimat yang mungkin
saat ini identik dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Karena kalimat ini
pula, Lukman pernah mengalami kejadian unik dengan petugas KPK. “Pernah ada
staff KPK yang datang dan bertanya tentang tulisan itu. Mungkin kita dikira bikin KPK tandingan gitu kali ya,” ujar Lukman berkelakar.
Lantas kenapa kejujuran menjadi
salah satu nilai yang ia prioritaskan? Lukman menjawabnya dengan menceritakan
bagaimana ia menanamkan nilai itu pada anak-anak bimbingannya.
Suatu ketika, ia mendapati anak
bimbingannya tidak melaksanakan sholat berjamaah saat berada di RBGM.
Sepulangnya dari masjid, ia pun bertanya pada mereka apakah mereka sudah sholat
atau belum. Semuanya kompak menjawab sudah. Ia pun akhirnya menghentikan
kegiatan belajar, memberi mereka pengertian tentang pentinya kejujuran, dan
lantas menyuruh semuanya pulang ke rumah. Keesokan harinya, beberapa anak tersebut
datang dan meminta maaf karena telah tidak jujur. “Anak-anak berbuat salah itu
wajar. Karena mungkin mereka memang belum paham mana yang benar dan salah. Tugas
kita membuat mereka mengerti. Bagi saya, jujur itu awal dari kesuksesan,”
terang ayah tiga anak tersebut.
Selain nilai kejujuran, disiplin dan
tanggung jawab juga menjadi nilai yang selalu ia tekankan pada anak-anak.
Beberapa aturan seperti mematikan ponsel saat berada di RBGM, meminjam dan
mengembalikan buku pada tempatnya setelah selesai dipakai, hingga bagaimana ia
melatih anak-anak untuk bisa saling membantu dan mendampingi. “Disini ada
sekitar 20 anak yang rutin datang setiap hari. Untuk melatih kepemimpinan
mereka, kita ajarkan yang lebih tua untuk mendampingi adik-adiknya,” ujar pria
kelahiran Tulungagung, 16 Juni 1979 tersebut. Hal itu selain melatih mental kepemimpinan
anak, secara tidak langsung juga memudahkan para pendamping dan relawan yang
tidak selalu bisa datang setiap harinya.
(ati,tur)
BIODATA
Nama :
Lukman Hakim, ST
Istri :
Yusnita Fitriati, S.IP
TTL :
Tulungagung, 16 Juni 1979
Alamat :
Jl. KH. A. Dahlan Gang Masjid No. 9 Kab Jombang
Telp :
0857-3395-6369
Website :
rumahbacagm.wordpress.com
Putra/i :
- Marsha (10 th)
- Raihan (8 th)
- Razzan (1,5 th)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar