Aku berdusta jika mengatakan tak pernah bahagia selepas kau pergi
Selalu ada alasan bagiku untuk tersenyum setiap harinya
Kujalani hidup yang penuh kemurahan tanpa syarat
Tapi tahukah kau, ketidakberuntunganku adalah bahwa di akhir hari
Aku selalu berhenti pada bayanganmu yang sendu di penghujung ruang hati
Hati yang pernah kunisbatkan padamu
Hati yang aku sendiri tak tahu berbentuk seperti apa sekarang
Lantas kita duduk bersama
Berbagi cerutu beraroma darah
Kau tak bicara, hanya melempar senyum pahit yang tak bisa tak kusuka
Sebab hanya itu yang dapat kukenang dari wajahmu
Kau tak menyentuhku
Hanya melukisku di udara
Seolah berusaha mencipta sketsa tanpa gambarku
Kita menangis
Aku ingin bicara, tapi kau isyaratkan jangan
Lantas aku pun diam
Dan kita hanya saling menatap
Sampai angin mengeringkan air mata kita
Menggantinya dengan rintik gerimis
Aku menangis lagi, jika kau tak tahu
Kau juga menangis lagi
Dan aku cukup yakin untuk itu
Meski kita tak lagi bicara dan berbagi
Kau berbalik tanpa bicara
Menoleh dan melempar senyum
Setangkai mawar jatuh di kakiku
Kelopaknya tercerai seperti hatiku
Aku pun sadar, kenanganmu takkan pernah cukup untukku
Meski harus kupaksakan untuk cukup
Bayanganmu takkan pernah lengkap dalam hidupku
Tapi hidup ini berjalan setelah kulengkapkan bayanganmu dalam diriku
Aku lelap, dan berharap
Esok kita akan bertemu
Dan berjanjilah untuk bicara dan tersenyum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar