Kau
hebat adikku. Langkah pertama kemenanganmu telah dimulai. Bhisma Yang Agung akhirnya
mendapatkan alasan mengakhiri pergulatannya, melepas keterikatan sumpahnya, juga
pembebasan atas kesalahannya.
Kelak,
satu dari kami bertiga pun akan mengalaminya. Bhisma Yang Agung, Guru Drona,
dan Aku hanyalah alasan bahwa perang ini akan dianggap seimbang. Meski hasil
dari peperangan ini sejatinya telah digariskan.
Temanku
Druyudhana, mengangkatku menjadi senopati perang menggantikan Bhisma Yang Agung
yang telah kau lumpuhkan. Bukan karena ketidakmampuan Guru Drona, tapi karena
keyakinannya, bahwa aku akan menjadi perantara kehancuran kalian, Pandawa. Kalau
saja dia atau kalian tahu yang sebenarnya, barangkali perang ini akan berakhir bahkan
sebelum dimulai. Entah kalian yang menyerah, atau Druyudhana yang kehilangan
nyali melawanmu.
Malam
hari sebelum memasuki medan perang, aku menemui Bhisma Yang Agung di Padang
Kurusetra. Terlepas kenyataan dia kini adalah kakekku, aku menghormatinya jauh
sebelum jati diriku terungkap. Betapapun penghinaan yang kudapat darinya, dia
tetaplah pribadi yang agung bagiku.
Karna :
Bhisma Yang Agung, sebelum memasuki medan pertempuran aku kesini untuk
memberikan hormatku padamu.
Bhisma :
Aku sudah tidak mempunyai restu lagi untuk kuberikan kepadamu, Raja Angga.
Karna :
Aku tahu Bhisma Yang Agung. Anda tidak menyukai diriku. Engkau selalu
menghinaku. Engkau selalu mencoba menjauhkanku dari Hastinapura. Tapi Bhisma
Yang Agung, rasa hormatku tidak akan pernah berkurang.
Bhisma :
Kamu orang yang bodoh, Putra Kunti.
Ya,
aku tahu bahwa kamu adalah Putra Kunti. Bahwa kamu adalah keturunan dari Dewa
Surya. Kamu adalah kakak tertua dari para Pandawa. Dan tidak hanya saat ini,
aku telah mengetahuinya bertahun-tahun yang lalu, Anakku. Kau sangat istimewa
dan aku tidak membencimu tetapi kasihan padamu. Aku mencoba menjauhkanmu dari
Hastinapura. Karena aku tahu bahwa sentuhan pada perunggu berubah menjadi emas
putih, tapi tidak akan merubah perunggu tersebut. Sama halnya semakin cepat dia
sampai di atas, maka akan semakin cepat pula jatuhnya.
Karna :
Engkau mengetahui rahasia atas kelahiranku, Bhisma Yang Agung. Tapi apakah
engkau tahu rahasia hidupku? Ketika seluruh masyarakat menolak seseorang,
seluruh kehidupannya tampak seperti kematian baginya. Seseorang yang tenggelam
di sungai mencoba meraih pundak buaya untuk keselamatannya. Ketika seluruh
masyarakat menolak seseorang, dia tidak bisa membedakan mana yang boleh dan
tidak boleh.
Bhisma :
Aku tahu itu, Anakku. Benih kecambah akan tumbuh dengan baik tergantung dimana
kita menanamnya. Tempatnya tidak dapat diganti. Ini adalah kemalanganmu. Bahwa
kamu telah menemukan tempat diantara orang-orang jahat itu. Dan kemalanganmu
telah menjadi kemalangan bagi seluruh masyarakat.
Seandainya
saat itu, di kompetisi itu aku menerimamu sebagai kesatria daripada anak kusir,
maka saat ini situasinya akan berbeda. Selama masa weda, sistem kasta dalam
masyarakat didasarkan atas perbuatan dan kemampuan seseorang. Saat itu, apakah
dia mendapatkan status kelahirannya tidaklah berarti apa-apa. Ini adalah dosa
yang dilakukan oleh pejabat sepertiku. Aku tidak menyalahkanmu, Anakku.
Sekarang
setelah mengetahui semuanya, kamu dapat menjauhkan diri dari perang ini,
Anakku.
Karna :
Itu tidak mungkin, Bhisma Yang Agung. Temanku telah memberiku alasan untuk
tetap hidup. Dengan menjauhinya aku tidak ingin menjadi penyebab kematiannya.
Bhisma :
Lakukanlah apa yang menurutmu benar. Takdir akan membuka jalannya sendiri, Anakku.
Kita setuju ataupun tidak, tidaklah berarti apa-apa. Aku tidak dapat memberikan
restuku agar kamu mendapatkan kemenangan. Tetapi jika kamu meminta restu
lainnya maka akan aku lakukan untukmu.
Karna :
Aku hanya minta satu restu, Bhisma Yang Agung. Seumur hidupku, aku berjuang
untuk mendapatkan penghormatan. Setelah kematianku, aku ingin namaku mendapat
penghormatan dari seluruh masyarakat. Hanya itu yang aku minta.
Bhisma :
Seseorang bisa mendapatkan penghormatan melalui kekayaannya. Kadang-kadang juga
diperoleh melalui kepandaiannya. Tetapi melalui restu seseorang tidak bisa
mendapatkan penghormatan, Anakku. Jika kamu mengharapkan penghormatan maka
jadilah pemenang dan berusaha tidak mati. Seseorang bisa di bunuh melalui
penghianatan dan penyangkalan. Tetapi untuk menjadi seorang pemenang, maka dia
harus mempunyai kemampuan. Hanya itu caramu mendapatkannya, Anakku. Inilah
restuku padamu. Jika kamu yakin akan kemampuanmu dan tidak menggunakan
cara-cara penghianatan serta tipu muslihat, kamu akan mendapatkan penghormatan
itu.
Lihatlah
adikku, Arjuna kemalangan dari saudaramu ini. Jika benar dia mengakuiku sebagai
kakak tertua dari Pandawa, bukankah aku memiliki hak di sebagian doanya? Tapi baiklah,
dia bicara benar. Takdir akan membuka jalannya sendiri. Semuanya telah
digariskan, baik itu kemenanganmu, pembebasan daerah Arya, musnahnya dinasti
Kuru dan Yadawa, juga kematianku.