19 November 2017
6.49
Check In
Perjalanan menuju kotamu. Masihkah kau seperti biasa? Dengan binar mata api, dan senyum perahu nagamu.
Ataukah seperti terakhir kalinya, pandanganmu sedalam telaga yang siap menelanku dalam kesedihan tanpa syarat.
Aku merindukan suaramu, tapi ketika itu terdengar; sesuatu meremas jantungku tanpa ampun.
Seseorang menghirup udara untuk hidup. Aku menyesap rindu akanmu untuk berdiri yang meski seakan mati.
11.08
Sampai di kotamu. Seperti menyesap harummu. Mendengar tawamu yang renyah. Menggenggam erat jemari kokohmu. Tapi kau tahu, semua itu hanya anganku. Salah satu caraku bernapas.
20 November 2017
09.40
Seperti angka 224 yang tiada meski tetap akan jadi hitungan yang terucap. Kau yang tak lagi ada akan tetap terkenang dalam memory kekurangajaran hatiku
21 November 2017
Aceh, seperti mengekalkan rinduku. Kejadian dahsyat yang memporakporandakan pertahanan hatiku.
Cinta tanpa kepantasan yang terpatri bagai kebandelan yang tak terelakkan.
22 November 2017
Aku jelas tidak lupa dirimu, hanya mungkin tak ingat bagaimana cara bernapas dengan benar. Rindu ini mencoba membunuhku. Perlahan.
23 November 2017
Seolah, tak ada jalan tempatku melangkah saat kau tiada. Sebelumnya, kau tujuan dari pengembaraan ini. Kini, berjalan ke arahmu adalah ketidakpatutan yang mengganggu. Masihkan aku memiliki hak sekedar mengatakan, biarlah cinta untukmu terkubur bersama hati yang telah kau bawa berlari.
24 November 2017
Can you hear my heart??? Candu, bolehkah aku sekali lagi, berkali-kali lagi mengatakan bahwa aku merindukanmu? Meski itu tak layak. Hanya agar sakit ini memiliki alasan. Sedih ini memiliki pelampiasan. Dan luka ini memiliki penyebab.
17.20
Tertahan di kotamu.
Berharap kaulah alasan ketertahanan ini. Maka kan kujalani ini dengan kebahagiaan tanpa syarat.