Seorang Brahmana
duduk bersila tak jauh dari tenda pasukan Hastinapura. Aku tahu dia adalah
Indradev, ayahmu Arjuna. Seperti halnya juga aku tahu apa maksud kedatangannya.
Menemuiku dan meminta amal dariku. Ya, amal. Jika tidak ingin kukatakan itu
sebagai jebakan atau tipuan.
Tapi benar
apa yang dikatakannya, “Mencari cara untuk memastikan keselamatan dari seorang
anak adalah hak setiap ayah”. Dan itulah yang dilakukannya. Tak peduli kalaupun
itu akan menodai kedudukannya. Bukankah itu yang akan dilakukan semua orang
tua? Tak terkecuali ibumu? Yang membuka kebungkamannya setelah membiarkanku
jatuh dalam kubangan sumpah yang tak bisa kutinggalkan. Untuk apa? Untuk keselamatanmu,
untuk keselamatan kalian, Putra Pandu.
Indradev : Aku seorang peminta-minta. Aku telah
berkeliling untuk mencari sesuatu Raja Angga, yang mana keduanya berhubungan
dengan kematian dan keabadian. Keduanya hidup dan juga penyebab hidup itu
sendiri. Keduanya kelihatan dan juga tidak terlihat. Ini lembut juga kuat. Ini adalah
bagian dari tubuh. Tapi juga sebuah sarana. Keduanya bisa suci dan tidak suci.
Karna : Itu adalah Kavaca dan Kundalaku. Selama
mereka diberkati mereka adalah suci. Mereka berdua kelihatan dan juga tidak
kelihatan. Selama mereka tetap berada di dalam tubuhku mereka adalah bukti
keabadianku. Bagaimanapun ketika mereka akan dipisahkan dari tubuhku, mereka akan
menjadi penyebab dari kematianku. Bukankah kedatanganmu kemari untuk memintanya,
Indradev?
Indradev : Ayahmu pasti sudah mengatakan hal itu
kepadamu, Anakku. Besok saat subuh tiba, aku akan meminta Kavaca dan Kundalamu.
Karna : Apakah puteramu tidak mempunyai
kemampuan untuk bertarung melawanku? Apakah dia merasa takut dengan Kavaca dan
Kundalaku?
Indradev : Mencari cara untuk memastikan keselamatan
dari seorang anak adalah hak setiap ayah. Ketakutan anakku tidak ada
hubungannya dengan hal ini. Walaupun demikian, kekhawatiran yang ada di hati
seorang ayah sudahlah pasti berhubungan dengan hal itu.
Karna : Disamping menjadi seorang dewa
bagaimana bisa kamu ikut campur dengan hal ini Indradev? Permusuhan diantara
manusia dibatasi oleh kematiannya. Jika dewa-dewa yang abadi mulai memihak
salah satu pihak, itu akan menjadi hal yang mamalukan buat mereka. Walaupun ombak-ombak
di lautan saling bersaing satu dengan yang lainnya. Tetapi laut tidaklah memihak
salah satu ombak tersebut.
Indradev : Apakah kamu juga tidak mempunyai keyakinan
akan kemampuanmu? Atau tanpa Kavaca dan Kundalamu itu akankah kamu tidak akan
mampu melawan arjuna? Apakah itu juga ketakutanmu?
Karna : Aku tidak takut akan diriku Indradev. Aku
punya keyakinan yang kuat bahwa aku bisa membunuh Arjuna. Kemudian seluruh
dunia akan tahu siapa yang benar-benar pemberani diantara kami. Tetapi yang
kita bicarakan disini tidaklah tentang keberanianku. Ini tentang kepercayaan
dari teman-temanku. Aku telah bersumpah untuk melindunginya dan membantunya
meraih kemenangan. Dengan mengambil Kavaca dan Kundala, anda baru saja berbuat
tidak adil terhadap temanku.
Indradev : Aku memintamu…. Keputusan ada di tanganmu. Jika
kamu tidak berharap melepaskannya sebagai amal maka katakanlah. Dan jika kamu
tidak mempunyai keberanian untuk menolak permintaanku, maka berilah Suryadev
air di saat subuh sebagai tanda kamu tidak lagi berhak memakai pemberiannya
itu. Kamu harus memutuskan apakah sumpah itu lebih penting bagimu daripada
kedua sumpahmu lainnya. Aku akan menunggumu di tepi sungai saat subuh tiba
untuk mendapatkan amal darimu.
Tapi bahkan kebencianku pun melebur
bersama dharma yang seketika membelitku atas pertalian darah ini. Kejayaanku,
kehawatiran ayahku, sumpahku, atau cintaku pada kalian adik-adikku. Dilema ini
lagi-lagi mencekikku.
Satu hari menjelang pertempuran.
Ayahku,
Suryadev menolak untuk muncul pagi ini. Aku tahu kenapa, karena dia teramat
mengasihiku dan ingin menjamin keselamatanku. Seperti yang dia lakukan selama
ini. Disaat aku tak seberuntung anak lainnya yang mendapat perlindungan dari
ibu kandungnya.
Seperti yang
juga dilakukan ayahmu, Arjuna adikku. Semua ayah ternyata sama saja. Mereka hanya
akan terlihat kuat saat mengajarkan anaknya untuk hidup. Tapi jika sudah
menyangkut keselamatan putranya, hidup mereka seolah telah terenggut bahkan
sebelum nyawa beranjak dari tubuhnya.
Karna : Suryadev, sudah waktunya bagi anda
untuk terbit. Seluruh makhluk di dunia ini telah menunggumu. Semua manusia
adalah anakmu. Demi keuntungan salah satu dari anak-anakmu. Jangan sembunyikan
anakmu yang lain dari cahayamu.
Dulu putra dari Pavandev telah menyembunyikanmu
di dalam mulutnya. Maka semua makhluk mendekati bencana kehancuran. Aku mohon
padamu, Ayah. mohon tunjukkanlan dirimu dan terimalah persembahanku.
Dalam sebuah dilema kehidupan, untuk
sekali saja penuhilah keinginan putramu. Dalam kehidupan, dimana setiap orang
dirampas dari perlindungan ayahnya, maka itu adalah dimana kemampuannya
benar-benar sedang mendapatkan ujian, Ayah.
Bahkan sebuah pohon membiarkan buahnya
dalam rangka membantu penciptaan kehidupan yang baru. Biarkan dunia menguji
kemampuanku, Ayah. Sehingga tidak akan ada satupun yang mampu mengatakan, bahwa
aku memperoleh kemenangan dengan bantuanmu.
Jika itu sampai terjadi maka seumur
hidupku akan ternoda. Aku juga adalah bagian dari cahayamu, Ayah. Daripada hidup
dalam kegelapan dan ternoda akan lebih baik jika aku mati dengan penuh
kehormatan. Aku mohon padamu, Ayah. Tolong tunjukkanlah dirimu dan terimalah
persembahanku.
Suryadev muncul dengan cahayanya yang
tak pernah sekalipun menyilaukan bagiku. Meski kali ini aku tahu, dalam
cahayanya ada air mata kesedihan.
Arjuna, jika kulakukan ini demi sumpah
dan ambisiku, barangkali itu benar. Tapi jika alasan dari kebodohan yang
kulakukan ini karena aku adalah kakakmu, itu juga tidak bisa kusangkal. Hidupku
terikat dengan begitu banyak sumpah, kutukan, dan penderitaan. Tapi beban
terberat adalah ketika aku tak sanggup memelukmu sebagai seorang kakak,
melainkan mempersembahkan nyawaku sebagai penebus kemenanganmu.
Karna : Aku sudah siap memberikan
kesempatan kepada anakmu untuk menang Indradev. Memberikan cahaya kepada dunia
tidak akan mengurangi kekuatan matahari. Anak Suryadev masihlah mempunyai
kemampuan yang cukup. Katakan padaku, apakah ini yang kamu inginkan dariku?