LEGALITAS
ATAS KUALITAS
“Didalam batik terdapat social oriented. Dimana saya
menikmati bagaimana bersama orang-orang desa yang bisa dididik, dibina dan
berpotensi untuk berkarya. Disamping juga menjadi sumber penghasilan bagi
mereka”
Keringat di wajahnya seolah berkata bahwa tubuhnya
mulai terasa letih. Sepatu hitam dengan hak 3 cm yang melekat manis di kaki
jenjangnya pun sempat dilepasnya. Alih-alih merasa canggung perempuan paruh
baya itu justru nampak santai menemui pengunjung, dan beberapa awak media yang
hilir mudik menemuinya.
Dialah Dra M E Budi Siwi Riyayanawati,
peraih penghargaan Pro Poor Award kategori perseorangan Prov Jatim 2014.
Ditemui di sela-sela Peringatan HKG PKK ke 42 dan BBGRM ke 11 Prov Jatim di
Kabupaten Ngawi, Budi Siwi bertutur mengenai ketertarikannya pada batik.
Satu
hal menurut Budi Siwi, bahwa batik itu memiliki sosial oriented
(orientasi kemasyarakatan) disamping profit oriented (orientasi
keuntungan) sebagai sebuah usaha yang menjanjikan. Melalui batik Budi Siwi
menikmati bagaimana bersama orang-orang desa yang bisa dididik, dibina dan berpotensi
untuk berkarya.
“Batik,
dari berbagai sisi sangat membantu. Dari sisi ekonomi jelas, ada banyak
peningkatan pendapatan ekonomi. Kemudian dari sikap dan budaya, mereka yang
dulunya tidak tahu apa itu canting menjadi tahu, lebih menghargai nilai seni
dan tahu kenapa batik itu mahal. Ada pendapatan, kesadaran, pengertian terhadap
seni batik yang harus dihargai, juga sense of belonging yang besar,”
tutur Budi Siwi menggebu.
Kecuali
itu, dengan adanya penghargaan Pro Poor Award yang diterimanya, Budi
Siwi mengaku semakin tertantang untuk bisa menyerap lebih banyak tenaga kerja.
Kendati untuk hal itu dirinya pun harus berupaya lebih keras untuk memperluas
ekspansi pasar dari produk miliknya. Dan yang tak bisa dihindari, persaingan
dengan kompetitor yang bukan tidak mungkin menggunakan segala macam cara.
Termasuk persaingan yang tidak sehat.
Menanggapi
hal tersebut, ibu dari tiga putera ini memilih menjadikannya sebagai tantangan
untuk tetap maju dan berjuang. Baginya, segala sesuatu yang dimilikinya saat
ini adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Tanggung jawabnya hanya
berupaya memastikan orang-orang yang bekerja dan bergantung pada usahanya bisa
tetap mendapatkan penghidupan layak.
Inspirasi dari alam
Budi Siwi melalui karya batiknya, seolah ingin menyampaikan pada dunia
betapa kayanya Kabupaten Ngawi. Lebih dari 50 motif batik yang telah
diciptakan, tak lepas dari inspirasi yang didapatnya dari kekayaan alam dan
latar belakang sosial masyarakat Ngawi.
Ngawi merupakan kabupaten di ujung barat Provinsi Jawa Timur dan berbatasan
langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Menurut sejarah, Ngawi berasal
dari kata ‘Awi’ dalam bahasa Sansekerta bermakna bambu. Berada di lereng Gunung
Lawu menjadikan beberapa wilayah dataran tinggi Kabupaten Ngawi memiliki udara
yang sejuk dan asri. Seperti halnya di area perkebunan teh jamus yang jua
meruipakan salah satu objek wisata.
Beda di dataran
tinggi, beda pula di dataran rendah. Wilayah dataran rendah Kab Ngawi
didominasi hamparan lahan pertanian. Bahkan Kabupaten dengan slogan ‘Ngawi
Ramah’ ini pun kondang dengan julukan ‘Lumbung Padi Jatim’.
Tidak jauh dari pusat
Kota, terdapat titik pertemuan Bengawan Solo dan Bengawan Madiun yang disebut
Kali Tempuk. Tempat ditemukannya situs manusia purba Pythecantropus
Erectus .
Tak hanya itu, Ngawi juga
tersohor akan Musium Trinil, Benteng Pendem, dan Alas Ketonggo atau Alas
Srigati, yang menjadikan Ngawi dianggap sebagai Daerah Pusaka. Lantaran
memiliki keterkaitan langsung dengan sejarah berdirinya Bangsa Indonesia.
Bahkan, 35 persen wilayah Ngawi yang merupakan hutan mampu menghasilkan se-abreg
batang kayu pohon jati.
Batik Widi Nugraha,
merupakan branding produk yang disematkan untuk karya batiknya. Mengambil nama
putra keduanya yang memiliki keahlian menjahit, mereka berkomitmen untuk
membuat Batik Tulis dengan nuansa Asli Khas Ngawi. Berbeda dengan batik yang
sebelumnya ada di Ngawi, yang umumnya menghadirkan motif–motif klasik yang
berkiblat pada batik Solo dan Surakarta.
Memulai usaha dari
nol, Budi Siwi yang tidak memiliki keahlian membatik pun menjalani kursus
selama setahun di tahun 2010. Selain itu Budi Siwi juga aktif mencari informasi
dan referensi tentang batik di internet. Mulai dari motif , corak pewarnaan dan
hal-hal lain yang berhubungan dengan batik tulis.
Usahanya berbuah, dengan semakin dikenalnya brand Batik
Widi Nugraha di masyarakat. Dalam beberapa kesempatan, batik hasil desain Budi Siwi
yang juga dijahit langsung putranya Widi Nugraha pun dipakai beberapa tokoh
penting. Seperti Presiden SBY, Mentri BUMN Dahlan Iskan, Istri Wapres, hingga
Istri gubernur Jatim Bude Karwo.
“Semua ini merupakan pengakuan, bahwa batik yang saya
ciptakan diminati masyarakat. Itu yang membanggakan dan memacu kami untuk lebih
maju. Bagaimanapun bentuknya yang ingin menjatuhkan kami, persaingan seperti
apapun saya percaya pada janji Tuhan. Tuhan yang memberi, Tuhan pula yang akan
menjaga. Karena tujuan saya adalah bagaimana bisa mengangkat harkat hidup
masyarakat untuk menjadi lebih baik dari sisi ekonomi,” tutur pengrajin yang
mengaku telah mengantongi uji kelayakan dan kualitas batik dari Balai Batik
Nasional dan memiliki cabang di tiga kota besar, Jakarta, Bandung, dan Surabaya
tersebut.
(ati,via,tin)
Agar Dia Tetap Eksis Dalam Hidupnya…
Keberhasilan yang dicapainya barangkali merupakan buah
dari usaha dan tekadnya yang kuat. Namun tak banyak yang tahu, dibalik
kegigihan memberdayakan masyarakat, ada kasih ibu yang tanpa batas yang mencoba
melindungi putranya. Widi Nugraha, putra kedua Budi Siwi yang terlahir dengan
keterbatasan fisik tunarungu alasannya.
“Saya setiap ditanya kok bisa batik, itu
anugerah Tuhan. Dan kenapa saya membatik, karena anak kedua saya tunarungu. Dia
sekolah SLB, skillnya di tata busana. Kalau hanya menjahit dan terbatas
kemampuannya, dia tidak akan bisa bersaing dengan mereka yang normal. Lalu saya
beri nilai tambah di batik. Supaya tidak hanya menjahit tapi dia juga bisa
menciptakan produknya sendiri,” kenang Budi Siwi dengan mata berkaca.
Perempuan
50 tahun ini pun mengaku bersyukur jika kemudian usaha yang dilakoninya bersama
putranya tersebut mendulang sukses. Tak hanya menjanjikan kemandirian bagi
putra-putranya, usaha itupun telah mampu menampung puluhan tenaga kerja dari
masyarakat sekitar.
Diakhir
pertemuan perempuan yang menggenapkan umur pada 15 Februari ini tak lupa
menyampaikan wejangan sekaligus harapan agar setiap orang bisa
menghargai dan menghormati hak karya cipta orang lain. Seperti halnya batik,
karena didalam batik tersimpan makna filosofis yang mendalam, buah dari kerja
keras para pengrajinnya.
“Dari
saya pertama, hargai dan hormati hak karya cipta seseorang. Kedua, Batik Widi
Nugraha bisa tetap eksis dan tetap bisa menghidup orang banyak, kita tetap bisa
berkembang dengan kualitas yang lebih baik dan makin diminati baik lokal maupun
nasional hingga mancanegara,” tuturnya dipungkasi tawa renyah dari wajah ayu
ibu berkacamata ini.
(ati,via,tin)
BIODATA
Nama :
Dra Maria Elisabeth Budi Siwi Riyayanawati
TTL : 15 Februari 1964
Alamat : Dsn Nglarangan Ds Karangasri Kec
Ngawi Kab Ngawi
Workshop : Desa Munggut RT 01/01 Kec Padas Kab
Ngawi.
CP :
08123431175