Di sebuah hutan, hidup berbagai
hewan. Mereka tinggal sebagaimana layaknya siklus kehidupan. Ada yang saling
menolong, ada yang saling memangsa. Semua dilakukan karena itulah pola
kehidupan, sehingga kehidupan terus bergulir dan menciptakan keharmonisan.
Tinggallah sekelompok lebah di
sebuah pohon tua. Lebah terkenal sebagai makhluk yang giat bekerja. Mereka
membentuk koloni-koloni untuk mengumpulkan serbuk bunga dan menjadikannya jelly
dan madu untuk menghidupi sang ratu dan cadangan makanan bagi bayi-bayi lebah.
Suatu waktu, seekor lebah pekerja
bertemu dengan seekor burung elang yang sedang mencari makan untuk anak-anaknya
yang baru menetas.
“Hai lebah kecil, sedang apa kau di
pinggir hutan?” tanya sang elang.
“Aku sedang mencari serbuk bunga dan
menghisap madu, persediaan madu kami hampir habis,” ujar sang lebah pekerja.
Sang elang terbahak-bahak dengan
suara sombong, “Sudahlah, kenapa harus capek-capek bekerja dengan tubuhmu yang
kecil itu. Apa kau tidak sayang dengan tubuhmu? Kalian para lebah tidak seperti
kami. Elang adalah makhluk yang kuat dan tangguh walaupun hidup seorang diri,”
Mendengar hal itu, sang lebah
pekerja tersenyum, “Justru karena tubuh kami kecil, kami harus hidup bersama
lebah yang lain untuk saling bekerja sama. Kami jadi mengerti arti sebuah kerja
sama, dan kami bersyukur,”
Sang elang tidak mau kalah, “Lalu
kenapa kamu mau menjadi lebah pekerja? Kenapa kamu tidak hidup sendiri saja.
Ratumu pasti malas dan hanya diam di sarang, disuapi setiap saat oleh lebah
pekerja, bukankah itu tidak adil? Kami para elang selalu mandiri dan mencari
makan untuk diri kami sendiri, tidak pernah menyusahkan elang lain,”
Sang lebah kembali tersenyum, “Kami
para lebah pekerja tidak pernah merasa kesusahan atau dimanfaatkan. Kami ikhlas
bekerja untuk ratu kami dan para pejantan. Mungkin mereka terlihat malas,
tetapi tanggung jawab untuk meneruskan keturunan para lebah ada di tangan
mereka, itu adalah tanggung jawab yang berat,” ujar sang lebah bijaksana. “Kami
percaya bahwa Tuhan itu adil, Dia menciptakan kami dengan sistem seperti ini
pasti ada manfaatnya. Dan Tuhan menciptakan elang yang mandiri juga pasti ada
manfaatnya. Benar kan?”
***
Pernahkah terpikir bagaimana jika
seluruh manusia yang ada di dunia ini sama? Jawabannya sudah pasti menjemukan.
Hidup indah karena ada begitu banyak karakter yang saling mengisi. Seperti
pelangi yang takkan indah jika hanya terdiri dari satu warna. Perbedaan itu
indah jika kita sadari.
Tuhan menciptakan makhluknya
berbeda-beda. Semua dengan tugas, kelebihan dan kekurangan yang berbeda. Karena
itu, jangan membuat sebuah perbedaan sebagai faktor untuk menyombongkan diri
atau tidak mau menerima makhluk yang lain. Jadilah makhluk yang berguna untuk
diri sendiri dan orang lain.
Terkadang berbeda bukan berarti
terpisah, tapi agar bisa berpikir dan bekerja bersama.-Anonim